27. Curiga

48 9 31
                                    

Malam hari yang dingin, Riana sibuk memperhatikan jejeran notes yang kini menjadi misteri. Dia menumpukkan tangannya di meja belajar, sambil menenggelamkan wajahnya di sana.

Riana memainkan ponselnya, memutar-mutarnya di atas meja tanpa semangat. Dia baru selesai mandi, kaos putih polos dan celana pendek sepaha melekat ditubuhnya. Rambutnya yang panjang sengaja dia gulung, hingga menyisakan beberapa helai dekat telinga.

 Rambutnya yang panjang sengaja dia gulung, hingga menyisakan beberapa helai dekat telinga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tring....

Punggungnya menegak, dia segera membuka aplikasi whatsapp guna mencari tahu dari siapa notifikasinya. Riana membulatkan mata ketika orang yang mengiriminya chat adalah Leon.

Kak Leon

Ada yang mau gue omongin

Apa, tuh?


Riana masih setia menunggu balasan dari Leon. Dia menebak-nebak apa yang akan dibicarakan Leon padanya. Tumben sekali Leon mengiriminya pesan, jadi Riana pikir ini hal yang penting.

Sembari menunggu balasan, Riana memutar musik yang berjudul 'ON' yang dinyanyikan oleh Bangtan Sonyeondan, boy group Korea. Menurutnya, lagu itu membuatnya bersemangat.

Handphone-nya masih belum berbunyi, dia berdiri sambil memegang ponselnya. Riana mondar-mandir tidak jelas di depan ranjang, memasang ekspresi yang sulit diartikan.

Karena pegal, dia mulai duduk di tepi ranjang sambil sesekali mengecek ponselnya. Barangkali ada notifikasi dari Leon yang tidak Riana dengar.

Sungguh, Riana benar-benar penasaran dengan hal yang ingin Leon ucapkan. Dia gregetan sendiri, bahkan Riana sendiri tidak sadar bahwa dia sering menggigit jari telunjuknya.

Kini Riana berdiri lagi menuju sofa, dia membaringkan dirinya di sana. Beberapa kali Riana menyanyikan part lagu tadi yang dia hafal. Walaupun dia yakin, Riana pasti menyanyikan lagu dengan lirik yang kurang tepat.

Riana berdecak sebal, dia bangkit duduk sambil memandangi layar ponselnya. "Ih, kenapa coba harus nunggu gini?" dia bergumam sendiri. "Gak penting juga."

Ponselnya dia lempar ke ranjang, sudah tidak mood menunggu chat dari Leon yang kurang pasti kapan waktunya. Riana melirik jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam. Untung saja, Riana tidak mati penasaran. Leon berhasil membuatnya ingin tahu apa yang ingin disampaikannya.

Drrtt....

Riana terlonjak kaget, dia buru-buru mengambil ponselnya di atas ranjang dengan semangat.

Dia pikir yang menelponnya adalah Leon, ternyata itu panggilan dari Anira. Wajah Riana yang tadinya terlihat senang kini berubah cemberut. Senyumnya perlahan memudar, dia menempelkan ponselnya di telinga.

RL's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang