Triiiiiing...Triiiiiing
Alarm Riana berbunyi, membuatnya menggeliat di atas ranjang sembari duduk. Sekali-kali dia menguap, masih merasa ngantuk. Gadis itu bangun, mengambil ponselnya dan duduk di tepi ranjang untuk membuka Instagram.
Masih ada komentar jahat.
Riana menghela nafas, menunduk dalam. Mereka siapa? Kenapa berani sekali berkomentar kasar begitu? Rasanya, dia tidak pernah mencari gara-gara kepada orang lain. Dia tidak akan pernah. Hm? Buang-buang waktu saja.
"Bodoh amat, deh." Gadis itu melempar ponselnya ke ranjang, lalu menatap sekeliling. Kepalanya terhenti ketika dia mendongak, melihat Kupu-kupu berwarna putih dengan dua lingkaran kecil dimasing-masing sayapnya. Senyumnya kembali terukir, kakinya melangkah mendekat.
"Kenapa bisa ada Kupu-kupu ke dalam, ya?" gumamnya sambil terus memandangi hewan imut tersebut. "Ayo, sini!" teriaknya seperti Orang Gila.
Dia terus berlari mengejarnya, mengangkat-angkat tangan ingin menggapainya namun tidak sampai. Senyumannya berubah jadi tawa, Riana senang karena sekarang bisa melihat Kupu-kupu lagi. Sayapnya mengepak indah, dan bentuknya lucu.
"Sini, dong!" Riana diam sebentar, lalu melangkah cepat menuju meja riasnya untuk mengambil parfum. "Aku sudah wangi, cepat sini!" teriaknya heboh.
Kadang-kadang Riana mengibaskan bajunya, bermaksud agar wangi parfumnya tercium oleh Kupu-kupu itu. Kakinya terus melangkah ke sana-sini, mengikuti terbangnya Kupu-kupu.
Dia diam sebentar, lalu mengecek jam. "Sebentar lagi, ah." Matanya bergerak ke sana-sini, mencari Kupu-kupu tadi karena dia tidak lagi melihatnya.
Riana mendekat ke arah gorden, memeriksanya di sana. Tidak ada. Dia mendengkus, membalikkan badan berniat mencari lagi. Namun, baru satu langkah, dia jadi berhenti karena pintu kamarnya terbuka. Gadis itu mematung, tangannya masih terangkat dan kakinya sedang melangkah.
"Lo ngapain?"
Riana meneguk ludah susah-susah, menenangkan dirinya karena melihat Leon yang sedang memandanginya. Kumplit dengan seragam sekolah. Pandangannya jadi beralih, melihat sesuatu yang terbang dari sebelah Leon.
"Ah ... di sana." Dia melirik lagi ke arah Leon sambil menunjuk Kupu-kupu, pria itu sedang menyandarkan bahu kanannya pada pintu.
"Gak ada kerjaan," gumam Leon.
"Kak Leon ngapain? Jemput Riana?"
Leon diam sejenak. "Enggak, sih. Kebetulan lewat aja," jawabnya enteng. Dia mengedarkan pandanannya, melihat kamar Riana. "Berantakan," gumamnya tajam.
"Hehe. Kan baru bangun," cicitnya merasa malu. "Ya udah, aku mandi dulu. Kak Leon tungguin Ria." Dia buru-buru masuk ke kamar mandi, tidak mau membuat Leon menunggu terlalu lama.
Pria itu terdiam, matanya terus memandang Kupu-kupu yang baru Riana kejar. Senyumannya terukir, Leon menurunkan tangannya dari saku celana, lalu berlalu pergi ke lantai dasar.
"Yon, kotak bekal yang tadi lo bawa ada di meja. Udah gue buatin sandwich sama kayak punya Riana."
Leon mendengarkan apa yang Daffin katakan, kemudian matanya membulat menyadari sesuatu. "Leon gak usah, Kak. Tadi cuma ngembaliin aja." karena dia pikir, nantinya pasti couple dengan Riana.
Daffin mendekat ke arah Leon yang sedang duduk disofa, tangannya melipat di atas sofa sambil agak mencondongkan tubuhnya. Sorot matanya tidak dapat Leon tebak, namun sepertinya Daffin akan memarahinya.
"Jemput Riana sepagi ini, berangkat dari rumah jam berapa? Bangun tidur jam berapa? Lo pasti enggak sarapan, Gara...!"
Mendengar sebutan "Gara" membuat Leon mengerjap, malu mengingat masa kecilnya. Di mana dia sering minta ditemani main kelereng, atau menyuruh Daffin memberikan bando lucu pada Riana.
KAMU SEDANG MEMBACA
RL's Story
TienerfictieBagaimana jika hidupmu dipenuhi dengan misteri? Sama seperti Riana Maudy yang berhari-hari kebingungan karena mendapat notes aneh, dan itu kerap terjadi semenjak bertemu dengan pria menyebalkan. Sudah berapa notes yang dia temukan? Riana pun malas...