Hari pertama mereka berpacaran, sukses membuat geger se-SMA Gemilang. Apalagi ketika Riana dibonceng Leon ke sekolah, dari lantai dua dan tiga sudah banyak siswa-siswi yang melihat kejadian itu. Jangan lupakan teman-teman Leon yang bersorak minta traktiran.
Mereka berjalan di koridor, diperhatikan dan digosipkan sana-sini, membuat Riana agak menunduk di belakang Leon. Jelas dia malu, apalagi komentar jahat yang membanjiri kolom komentar di instagram Riana masih ada.
Leon yang menyadari itu langsung menghentikan langkahnya, kemudian berbalik menatap Riana yang terlonjak kaget tiba-tiba berhenti. "Kenapa?"
Pertanyaan bodoh yang membuat Riana greget ingin mengumpat
Riana menggeleng, memaksakan senyumannya. "Enggak. Malu aja."
"Kenapa kamu malu?" Ah, Riana merona. Nada suara Leon jadi melembut, pria itu dapat melihat dengan jelas perubahan ekpresi Riana. Dia menipiskan bibirnya, lalu menggapai tangan kanan Riana. "Ayo."
Riana menelan ludah, matanya masih membulat ketika ditarik oleh Leon. Rasanya, jantungnya akan meledak sekarang juga. Dia benar-benar merasakan debaran aneh yang pernah Leon katakan.
Banyak orang-orang yang ikut membelalak, sebal karena yang ditarik oleh Leon itu Riana, bukan mereka. Cih, memangnya mereka itu siapa?
"Selamat pagi, Bang Leon!" Tiba-tiba saja, Argi menghampiri mereka dengan tampang ngajak ribut. "Selamat pagi, Riana!"
Riana tersenyum, memilih diam saja.
"Jadi, omongan si Darel bener, dong?" tanya Zio sambil mengerling, menatap Darel yang dari tadi memerhatikan Leon.
"Oiya, dong. Informasi dari gue, kan selalu benar!" ucapnya bangga. Yang lain terkekeh, ikut senang kalau apa yang Darel ucapkan benar nyatanya. "Sekarang gak bisa manja-manja lagi ke Leon, dong!"
"Langsung dicakar Riana, lo! Kan dia galak juga sebenarnya." Keano yang dari tadi hanya diam jadi ikutan nimbrung.
"Bener, tuh. Galak juga kayaknya," ucap Arion.
Leon dan Riana hanya menyimak, memasang tampang ingin menghujat. "Ria ada di sini, loh, Kak." Dia memiringkan kepalanya, menunggu jawaban dari teman-teman Leon.
"Hehe. Gue sebagai orang paling tampan se-Gemilang cuma mau ngucapin selamat doang!" jawab Argi percaya diri. Dari tadi tidak berhenti tersenyum melihat ekspresi teman-temannya. "Santai, kali. Kelihatan banget mau hujat gue!"
"Ya elo pake ngomong gituan! Ganteng gue di mana-mana, lah!" ketus Darel sambil memutar bola mata.
Lama-lama di koridor membuat Riana tidak nyaman, banyak pasang mata yang memerhatikannya. Apalagi dia sedang dikelilingi oleh pria-pria tampan yang selalu diperebutkan oleh siswi SMA Gemilang.
Riana agak berjinjit, meletakkan tangan kirinya di pipi. "Kak, aku ke kelas, ya?" bisiknya pada Leon. Leon menoleh, menatap Riana sebentar sebelum mengangguk. Kali ini Riana tersenyum pada teman-teman Leon, kemudian melirik jam tangannya. "Aku ke kelas dulu, ya? Permisi."
"Hati-hati di jalan, Ri! Kalau Alvaro godain lapor ke Argi aja!" teriak Darel tak tahu tempat. Dia terkekeh saat melihat tatapan tajam Argi, apalagi ketika beralih menatap Leon. "Bercanda, bercanda!"
"Kedengeran sama orangnya gimana? Mampus, lo!" ucap Arion membuat Darel manggut-manggut. "Bisa-bisa kepala lo dijadiin bola basket!"
"Lebih parah sama badannya! Dimasukin ke ranjang, hahaha. Mampus!" ledek Zio tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. "Ngomongin basket, gue jadi keinget kalau nanti pas istirahat kita latihan, kan, Kean?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RL's Story
Teen FictionBagaimana jika hidupmu dipenuhi dengan misteri? Sama seperti Riana Maudy yang berhari-hari kebingungan karena mendapat notes aneh, dan itu kerap terjadi semenjak bertemu dengan pria menyebalkan. Sudah berapa notes yang dia temukan? Riana pun malas...