Sang surya tersenyum dan bersinar membebaskan bumi dari belenggu kegelapan malam.
Membangkitkan aktivitas semua makhluk hidup di bumi, termasuk seorang gadis yang sedang berjalan sambil jingkrak-jingkrak dan menyanyi di trotoar jalan. Dengan tangan yang mencekal kedua tali tas biru yang dipakainya.
Gadis yang memakai seragam sekolah dengan badge SMA Nebula itu berponi dora, mempunyai tubuh yang mungil hanya 150 sentimeter dengan berat badan 45 kg. Kulit putih mulus menyelimuti seluruh tubuh gadis mungil tersebut. Ditambah lagi pipi yang chubby, bola mata yang lebar serta hidung mungil dan bibir softpink tipis yang senantiasa terus tersenyum manis memperlihatkan gigi taring sebelah kirinya yang gingsul.
Mata gadis itu tertuju pada gerbang sekolah yang berada di depannya. Sekolah yang nantinya akan ditempatinya selama tiga tahun untuk menghabiskan masa putih abu-abunya.
Gadis itu berhenti didepan gerbang kemudian menatap ke sekelilingnya.
“Ish, kok sepi banget si? Ini sekolah apa kuburan? Kan ini udah jam enam lewat. Au ah, Kinzy masuk aja, la la la la.”
Gadis bernama Kinzy itu kembali berjalan sambil jingkrak-jingkrak dan menyanyi dengan santainya.
Saat berada dipertigaan koridor, tubuh Kinzy ditabrak seseorang yang membuatnya terjatuh.
“Awsh, kaki Kinzy sakit,” ucap Kinzy sambil memegang lututnya.
Kinzy menatap tubuh jangkung yang menabraknya. Dia masih bisa berdiri tegak sedangkan Kinzy terjatuh.
Wajahnya begitu perfect untuk seorang cowok dengan alis yang lebat, bulu mata yang panjang dan lentik, mata elang, hidung yang tajam, rahang yang keras dan kokoh, serta bibir yang, eum lumayanlah.
Kinzy menatap manik mata cowok itu, begitupun sebaliknya. Namun, adegan tatap-tatapan itu hanya berlangsung tak lebih dari satu detik karena Kinzy segera memutus kontak mata itu.
Manis. Batin cowok itu.
“Kalo jalan liat-liat dong! Kan Kinzy jadi jatoh! Kaki Kinzy sakit tau! Pokoknya Kinzy nggak mau tau, kamu harus tanggung jawab sama Kinzy!”
“Tanggung jawab apaan? Gue nyentuh lo aja nggak, gimana mau tanggung jawab? Kalo mau ayo! Sekarang juga nggak masalah,” jawab cowok itu.
“Ish, kamu ngomong apaan si, Kinzy nggak ngerti.”
“Ya tadi lo ngomong tanggung jawab, kan gue nggak hamilin lo.”
“Hamil? Apaan si? orang Kinzy cuma jatoh, tanggung jawab.”
“Yang bego siapa sih?” gumam cowok itu.
Cowok itu berniat meninggalkan Kinzy. Namun, baru satu langkah, kakinya sudah dipegang oleh Kinzy.
“Kamu mau kemana?” tanya Kinzy.
“Kelaslah, lo ngapain pegang-pegang gue? pengen banget gue sentuh apa?”
“Kamu ngomong apa sih? Udahlah bantuin Kinzy bangun!”
“Ogah, berdiri aja sendiri. Lepas!” ucap cowok itu.
Namun, bukannya melepaskan, Kinzy justru mengeratkan pegangannya pada kaki cowok itu, bahkan sampai memeluk kaki cowok itu.
“Ish, bantuin!!” rengek Kinzy.
“Manja banget sih. Berdiri sendiri aja.”
“Nggak mau! Bantuin! Kalo nggak Kinzy teriak nih.
“Teriak aja.”
“AAAAA!! BUNDAAAA!!! Dia nggak mau bantuin Kinzy bangun, bunda!!! AAAAA!!!”
“Heh, berisik!”
KAMU SEDANG MEMBACA
K [✔]
Teen Fiction"Kenzo! Cepet, cipokan itu apa? Kinzy mau cipokan sama Kenzo!" "Lo beneran mau?" Kinzy mengangguk semangat. "Oke, tapi ntar ya kalo lo udah gede," ucap Kenzo sambil mengacak-acak rambut Kinzy. "Kenzo!!!" Sebuah pertemuan tak terduganya dengan Kenzo...