“Ibu ayam dikejar musang.” Kinzy bernyanyi sembari berjingkrak-jingkrak di trotoar jalan.
Pagi ini, dia berangkat ke sekolah sendirian karena Arsya belum pulang ke rumah, dia menginap di rumah temannya dan langsung berangkat dari sana.
Dan akhirnya di sinilah sekarang Kinzy berada, di trotoar jalan menuju ke halte untuk menunggu bis yang nantinya akan membawanya ke sekolah.
“Anak ayam cari ibunya, ibu ayam berlari terus lari dan ditangkap musang, anak ayam mencari terus cari ibunya yang hilang.”
Kinzy kini tengah menyebrangi jalan sambil terus bernyanyi.
“Oh kasihan oh kasihan aduh kasihan, oh kasihan oh kasihan aduh kasihan.”
TTIIINNN!!!
Sebuah motor sport berkecepatan tinggi melaju ke arah Kinzy. Melihat itu, bukannya berlari, Kinzy justru menjerit dan menutup matanya.
“AAA!!!”
Cciiiittt.
Suara gesekan antara jalan dan ban sepeda motor terdengar memekakkan telinga.
Motor itu berhenti tepat di hadapan Kinzy hanya tinggal beberapa senti sebelum menyentuh gadis mungil tersebut.
Pengendara motor itu menghembuskan napas lega dibalik helm full facenya. Dia bersyukur karena tak jadi menabrak orang.
Kinzy membuka matanya.
“Kinzy masih hidup kan?” tanyanya pada dirinya sendiri sambil menyentuh beberapa bagian tubuhnya.
Pengendara motor itu membuka helmnya dan langsung memarahi Kinzy.
“Hei bocah! Lo ngapain si di tengah jalan raya gini!!” omel Kenzo.
Ya, pengendara motor itu adalah Kenzo.
Kinzy memelototkan matanya, memandang Kenzo marah. Bibirnya mengerucut.
Enak saja dia yang disalahkan, orang jelas-jelas Kenzo yang salah bawa motornya ngebut banget. Kinzy kan lagi nyebrang.
Kinzy berjalan ke arah Kenzo dan memukul lengan Kenzo.
Buk.
“Aw sakit, ish tangan Kenzo keras banget si?” sungut Kinzy sambil mengusap tangannya yang beru saja memukul Kenzo.
“Ck udahlah, minggir gue mau jalan.”
“Eits bentar dulu. Kinzy mau protes. Pertama disini yang salah itu Kenzo, Kenzo yang bawa motornya ngebut nggak hati-hati, membahayakan pengguna jalan yang lain tau. Gimana kalo tadi Kinzy ketabrak terus mati?”
“Sukur deh kalo gitu.”
“Ish, Kenzo mah jahat banget sama Kinzy. Ohya lanjut, kedua, Kenzo salah sama Kinzy karena udah marahin Kinzy tadi, kan kayak yang tadi Kinzy bilang Kenzo yang salah mau nabrak Kinzy. Minta maaf!” titah Kinzy.
“Ogah.”
Kenzo berniat memakai kembali helmnya tapi Kinzy buru-buru menahannya.
“Minta maaf dulu!” titah Kinzy.
“Lo ribet banget elah.”
“Minta maaf!”
“Oke, sorry. Puas?!”
Kenzo menatap Kinzy jengkel.
Bisa-bisanya dia harus minta maaf sama Kinzy. Seorang Kenzo meminta maaf? Dan kenapa juga dirinya mau disuruh Kinzy untuk meminta maaf?“Nggak. kalo minta maaf itu harus ikhlas nggak boleh terpaksa.”
“Bodo, gue mau cabut.”
“Nggak boleh, minta maaf lagi yang ikhlas,” rengek Kinzy sambil menarik-narik tangan Kenzo.
Kenzo menarik napas dan menghembuskannya pelan mencoba menghalau rasa marah yang hampir mencapai ubun-ubun. Senyum terpaksa dia ciptakan di wajahnya.
“Kinzy, gue minta maaf ya karena hampir nabrak lo.”
Melihat itu, Kinzy langsung tersenyum lebar menunjukan gigi gingsulnya. Pipinya pun langsung berubah layaknya bakpao. Bulet-bulet emez.
Manis banget elah. Batin Kenzo.
“Oke dimaafin!” seru Kinzy. Padahal bagi Kenzo, maaf dari Kinzy tidak penting. Yang terpenting Kinzy bisa menyingkir dari hadapannya.
“Ya udah minggir gue mau cabut!!”
Kenzo mode galak on.“Eh, bentar dulu.”
“Anjir, apaan lagi, bocah?!” tanya Kenzo kesal.
“Kenzo mau kemana? Kan arah sekolah ke sana,” ucap Kinzy sambil menunjuk ke arah sekolah yang berlawanan dengan arah motor Kenzo.
Kenzo menatap Kinzy jengah. “Gue mau bolos, puas?!”
“Ish, Kenzo, nggak boleh bolos tahu. Kita itu harus rajin sekolah biar jadi anak yang pinter bisa membanggakan orang tua. Lagian kasihan tau orang tua Kenzo udah capek kerja biar Kenzo bisa sekolah eh Kenzo-nya malah bolos.”
Cih, bokap aja nggak peduli kok sama gue.
“Awas, gue mau cabut.”
“Nggak boleh! Kenzo harus sekolah TITIK!!” keukeuh Kinzy.
Kenzo berdecih pelan. “Emang lo siapanya gue si? Pake ngatur hidup gue segala.”
“Kinzy kan adeknya bang Arsya, temen Kenzo.”
“Cuma itu, kan? Lo nggak berhak ngatur hidup gue!”
Kinzy menggembungkan pipinya. Keningnya berkerut. Bibirnya mengerucut.
“Pokoknya Kenzo harus sekolah TITIK!!”
Kinzy langsung menaiki motor Kenzo dan memeluk Kenzo erat. Kepalanya dia sandarkan di punggung Kenzo.
Kenzo menoleh ke belakang. Menatap rambut Kinzy karena hanya itu yang dapat Kenzo lihat dari posisi Kinzy sekarang. “Lo ngapain naik motor gue, bocah?”
“Ke sekolah cepet!!”
“Nggak!! Turun sekarang!!”
“Ish, Kenzo, ayo berangkat kesekolah cepet,” rengek Kinzy.
Tanpa mereka sadari, seorang ibu-ibu berjalan mendekati mereka dengan tas berisi sayuran di tangannya.
“A, neng, kalo mau pacaran teh jangan di sini atuh,” ucap ibu-ibu itu membuat Kenzo menoleh begitu juga Kinzy yang sudah menegakkan kepalanya. Mengintip ibu itu dari balik punggung Kenzo.
“Nggak kok, Bu. Saya nggak pacaran sama dia,” jawab Kenzo.
“Oo ibu kira teh kalian pacaran. Eh kalian masih sekolah kan? Sok atuh berangkat udah siang.”
“Iya, Bu.”
Ibu-ibu itu melangkah pergi dari hadapan Kenzo dan Kinzy. Kenzo merotasi bola matanya malas.
Kinzy yang sejak tadi mengernyitkan kening kini membuka suara.
“Kenzo, pacaran itu apa?”
Kenzo menghela napas lelah.
“Pacaran itu ketika cogan kayak gue harus mboncengin bocah kayak lo,” jawab Kenzo asal.
Kinzy hanya membulatkan mulutnya sambil manggut-manggut. Mempercayai ucapan Kenzo.
***
Tbc...
See u
KAMU SEDANG MEMBACA
K [✔]
Teen Fiction"Kenzo! Cepet, cipokan itu apa? Kinzy mau cipokan sama Kenzo!" "Lo beneran mau?" Kinzy mengangguk semangat. "Oke, tapi ntar ya kalo lo udah gede," ucap Kenzo sambil mengacak-acak rambut Kinzy. "Kenzo!!!" Sebuah pertemuan tak terduganya dengan Kenzo...