75. Penderitaan Kenzo

17.2K 1.5K 163
                                    

"Mama... mama dimana...?"

"Kenzo kangen sama mama... Kenzo mau ikut mama...."

"Mama... Kenzo takut ma...."

"Mama kenapa tinggalin Kenzo ma...?"

"Mama...."

Kinzy berlari memasuki kamar Arsya, tempat di mana Kenzo tertidur. Dia langsung duduk di tepi tempat tidur sembari terus membangunkan Kenzo.

Kenzo mengigau. Tubuhnya diselimuti keringat dingin. Badannya panas. Kenzo merindukan mamanya.

"Kenzo bangun," ucap Kinzy sembari menepuk pipi Kenzo pelan.

"MAMA!!"

Kenzo terjaga. Napasnya memburu. Dia menatap Kinzy yang tengah menatapnya cemas.

Kinzy langsung mengambil air minum yang berada di atas nakas kemudian memberikannya pada Kenzo. Membantunya minum.

"Kenzo mimpi buruk?" tanya Kinzy. Tangannya terus mengusap lengan Kenzo lembut.

Kinzy menatap mata Kenzo. Tatapannya berbeda. Tatapan yang tak pernah Kenzo berikan padanya. Tatapan redup yang menyiratkan kesedihan.

"Kenapa harus kayak gini? Gue nggak ngerti apa-apa," lirih Kenzo. Kepalanya tertunduk dalam.

Kinzy langsung menarik Kenzo ke dalam pelukannya. Dia mengusap punggung Kenzo lembut. Matanya berair. Kinzy tidak tega melihat Kenzo rapuh seperti ini.

Kenzo menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Kinzy. Memeluk Kinzy erat. Kepingan memori masa lalu mulai terputar berulang-ulang membuat hatinya semakin terasa sakit.

"Kenzo kalo mau nangis, nangis aja." Tangannya terus mengusap punggung Kenzo lembut.

Kenzo masih diam. Matanya terpejam.

"Kenzo inget nggak pas ayah bundanya Kinzy meninggal, Kenzo nyuruh Kinzy buat nangis biar Kinzy bisa lega. Jadi sekarang kalo Kenzo mau nangis nggak papa, Kinzy ngerti kok apa yang Kenzo rasain."

"Kalo Kenzo mau, Kenzo bisa ceritain semua masalah Kenzo sama Kinzy. Kinzy nggak mau liat Kenzo tersiksa sendirian kayak gini."

Pertahanan Kenzo mulai runtuh. Dinding yang selama ini dia buat luluh lantah. Kenzo menangis dalam pelukan Kinzy. Dia sudah tak bisa lagi berpura-pura baik-baik saja. Hatinya hancur. Benar-benar hancur.

"Gue nggak tau apa-apa Zy," ucap Kenzo pelan.

Kenzo mulai mengingat lagi semua kejadian sejak dua belas tahun lalu. Membuka luka lama yang belum sepenuhnya sembuh. Dan kini, luka itu bertambah lebar. Kenyataan yang sebenarnya terlalu menyakitkan. Semua mimpinya hanya tinggal angan-angan.

"Pagi itu pas gue bangun, mama sama Kenzie udah nggak ada.... Gue nyariin mereka tapi nggak ketemu.... Gue tanya papa katanya mereka lagi ke pasar tapi barang-barang mereka nggak ada."

Bahu Kenzo mulai bergetar membuat Kinzy semakin mengeratkan pelukannya.

"Siangnya papa nyuruh gue buat pindah. Gue nggak mau... Gue cuma nangis nungguin mereka dari pagi."

"Kata papa, mereka udah pindah duluan... Jadi gue mau... Gue mau ikut papa pindah karna gue pikir mereka udah ada di sana... Di rumah yang gue tinggali sampe sekarang."

"Tapi mereka nggak ada di sana, Zy... Papa bohongin gue." Suara Kenzo semakin melirih.

"Gue marah sama papa... Berhari-hari gue nangis sendirian di kamar. Sampe akhirnya gue sadar, papa ninggalin gue sendirian di rumah itu, Zy."

"Papa pergi ninggalin gue... Gue tinggal cuma sama pembantu. Gue nggak butuh harta, gue cuma mau kasih sayang. Gue kangen mama... Gue kangen Kenzie...."

K [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang