90. END

40.4K 2.3K 2K
                                    

Sembilan tahun berlalu cepat. Semuanya sudah berganti. Semua orang semakin tumbuh dewasa.

Seorang laki-laki berumur 20 tahunan yang memakai jas putih berjalan di sepanjang koridor rumah sakit.

Lelah terlihat jelas di wajahnya. Dia baru saja menghabiskan waktu seharian penuh untuk membantu menangani pasien di ruang operasi.

Laki-laki itu menghentikan langkahnya kala mendengar suara panggilan namanya.

"Kevin!"

Laki-laki yang tak lain adalah Kevin itu mengalihkan pandangannya ke sumber suara dan mendapati seorang laki-laki menuju kepadanya. Lian.

"Widih congrats ya bro akhirnya lo jadi bapak juga," ucap Lian sambil menyalami tangan Kevin.

Kevin menatap Lian cengo. "Maksud lo apaan sih?" tanya Kevin. Kevin melepaskan tangan Lian.

"Ya maksudnya selamat atas kelahiran anak lo lah."

Wajah Kevin semakin cengo. "Lo ngelindur?"

Kini wajah Lian yang berubah cengo. "Yang ada lo yang ngelindur! Gue ngomong bener kok!"

"Udahlah jangan banyak bacot! Gue capek! Lagian lo ngapain sih ke sini?" tanya Kevin sembari melanjutkan langkah kakinya.

"Ya nengokin anak istri lo lah."

Wajah Kevin kembali berubah cengo yang membuat Lian langsung menarik kesimpulan.

"Jangan-jangan lo nggak tau bini lo lahiran?!" pekik Lian.

Wajah cengo Kevin masih belum berubah. "Istri gue? Lahiran?" Kevin mengedipkan matanya bingung.

Lian menepuk keningnya sendiri. "Astaga Kepin."

"Lo tau darimana?"

"Kenzie! Makanya gue langsung ke sini!"

Kevin segera mengambil ponselnya yang berada di saku celananya. Layar ponselnya menyala menampilkan beberapa missed call dari istrinya.

Wajah Kevin berubah panik. "Sekarang istri gue dimana?!" tanya Kevin pada Lian.

"Anjir, lakinya siapa nanyanya sama siapa. Laki apaan lo?!"

"Cepetan!"

"Bougenville nomer 27."

Dengan langkah seribu, Kevin langsung berlari meninggalkan Lian menuju ruangan yang disebutkan Lian.

Sesampainya di ruangan itu, Kevin langsung membuka pintunya menatap seorang perempuan yang berbaring di brankar.

"Zy."

Kevin berjalan mendekati istrinya.

"Kevin," balas perempuan itu. Dia langsung duduk di tempatnya kemudian memeluk Kevin erat. "Anak kita udah lahir," bisiknya.

"Maaf," ucap Kevin setelah pelukan mereka terlepas. "Harusnya tadi pagi aku nggak pergi, harusnya aku temenin kamu. Maafin aku, Kinzy."

Kinzy menangkupkan pipi Kevin. "Nggak papa, sayang. Yang penting kan aku sama anak kita baik-baik aja."

"Tapi harusnya aku ada di sisi kamu."

Kinzy mengecup bibir Kevin sekilas. "Nggak usah disesali."

Kevin kembali memeluk Kinzy, istrinya dengan erat. Kevin melepaskan pelukannya mendekatkan wajahnya ke wajah Kinzy. Mencium bibirnya.

Tok! Tok! Tok!

Pintu itu terbuka. Seorang suster memasuki ruangan itu dengan membawa seorang baby.

K [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang