81. Nyawa Dibayar Nyawa

16.8K 1.4K 198
                                    

"Kenzo," panggil Kinzy lirih.

Kinzy melangkahkan kaki mendekati Kenzo. Sungguh hatinya sakit melihat Kenzo seperti ini.

Kinzy duduk di samping Kenzo. Tangannya terulur mencegah Kenzo yang hendak kembali meminum wine di tangannya.

Kenzo menoleh menatap Kinzy yang tersenyum lembut kepadanya.

"Kinzy," lirih Kenzo. Senyum Kinzy semakin lebar. Dia langsung memeluk Kenzo.

"Anjir, gue bujukin dari tadi sampe dilempar botol nggak guna giliran sama Kinzy langsung kek anjing ketemu majikan. Nurut abis," ucap Dimas pelan yang langsung digeplak oleh Lian.

"Itu namanya cinta pea! Makanya cari pacar dong! Delapan belas tahun lo hidup nggak pernah punya pacar sama sekali! Jomblo karatan! " seru Lian.

Kinzy melepaskan pelukannya. Dia mengusap pipi Kenzo lembut. "Kenzo jangan kayak gini."

Kenzo memejamkan matanya ketika rasa pusing melanda kepalanya.

"Kenzo pusing ya?"

Tanpa menunggu jawaban Kenzo, Kinzy kembali menarik Kenzo ke dalam pelukannya.

"Mama...," racau Kenzo. Dia semakin mengeratkan pelukannya pada Kinzy.

***

Kinzy menatap wajah Kenzo yang tengah berbaring di atas pahanya. Tangannya terulur mengusap lembut rambut Kenzo.

Sudah tiga jam posisi mereka seperti itu tapi Kenzo tak kunjung membuka matanya.

"Adek manis!" panggil Lian yang tengah bermain ps bersama Dimas.

Kinzy berdehem pelan. Matanya masih terus tertuju pada Kenzo.

"Lo nggak pegel? bangunin aja."

"Enggak, kasian Kenzo. Kenzo kan butuh istirahat."

Kinzy mengusap pipi Kenzo lembut.

Kenzo menggeliat kecil membuat Kinzy menjauhkan tangannya. Kenzo mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum akhirnya membuka kelopak matanya.

"Kinzy ngebangunin Kenzo, ya?" tanya Kinzy pelan.

Kenzo tersenyum kemudian menggeleng pelan.

Kinzy balas tersenyum. Dia kembali mengusap-usap rambut Kenzo lembut. Membiarkan Kenzo yang terus menatapnya dari bawah.

Kenzo mengambil satu tangan Kinzy yang berada di atas badannya. Kenzo menggenggam tangan itu kemudian menciumnya lembut.

"Makasih," ucap Kenzo pelan.

"Buat?"

"Karena kamu udah hadir di hidup aku."

Uhuk! Uhuk! Uhuk!

"Gue keselek sianida," ucap Lian yang baru saja menenggak minuman soda.

***

"Kenzo, makan dulu ya," ucap Kinzy yang datang dengan membawa nampan berisi makanan dan minuman.

Kenzo sekarang lebih tenang. Keberadaan Kinzy membuat hatinya sedikit menghangat.

Kenzo menggeleng pelan.

Kinzy meletakkan nampan itu di atas meja. Dia duduk di sofa tepat di samping Kenzo.

"Kenzo harus makan."

"Nggak nafsu makan."

"Kinzy tau Kenzo sedih, tapi Kenzo harus pikirin kesehatan Kenzo. Jangan kayak gini. Terakhir Kenzo makan kapan?"

"Kemarin pagi."

Kinzy membelalakkan matanya mendengar pengakuan Kenzo. "Kenzo nggak makan lagi setelah dari rumah Kinzy? Yaampun Kenzo. Kenzo nggak sayang apa sama tubuh Kenzo sendiri. Kalo Kenzo sakit gimana? Mana Kenzo pake minum minuman itu berbotol-botol dalam perut kosong lagi. Kinzy nggak mau tau pokoknya Kenzo harus makan sekarang," cerocos Kinzy.

Kenzo menarik hidung Kinzy. "Cerewet banget sih kamu hm."

"Kinzy nggak akan cerewet kalo Kenzo nurut. Sekarang, Kenzo makan!" Kinzy mengambil piring berisi makanan yang berada di atas meja.

"Nggak mau Kinzy."

"Harus mau."

"Zy-"

"Kinzy nggak mau liat Kenzo sakit. Kenzo harus makan sekarang titik nggak pake koma apalagi tanya."

Kenzo mendesah kecewa. Dia tetap akan kalah jika Kinzy keukeuh seperti ini. Dia pasrah membuka mulutnya.

Kinzy mulai menyuapi Kenzo dengan penuh perhatian membuat mata Kenzo tak pernah lepas dari wajah Kinzy.

"Adek manis!! Gue suapin juga dong!!"

"Ayo sini! Pake sekop ya?!" teriak Kinzy disertai kekehan geli.

"Nah loh kok gitu?!"

Kinzy memanyunkan bibirnya pada Lian kemudian kembali menyuapi Kenzo yang tengah tersenyum tipis.

Beberapa menit kemudian, makanan Kenzo tandas.

Kinzy menyenderkan kepalanya di bahu Kenzo membuat Kenzo langsung menempelkan kepalanya di kepala Kinzy.

"Kenzo jangan kayak gini lagi ya, Kinzy nggak suka."

***

Malam harinya, Kenzo mengantarkan Kinzy pulang. Tapi di tengah jalan, Kinzy meminta Kenzo untuk berhenti karena Kinzy pengen beli martabak manis.

Beberapa meter dari tempatnya berada Alex dan Kenzie berdiri mengawasi mereka. Mereka duduk di motor mereka masing-masing.

"Lo liat kan gimana Kenzo sekarang. Dia bahagia, lo?" ucap Alex.

"Kenzie Kenzie, sejak kapan lo jadi lemah kayak gini? Katanya lo mau balas dendam. Katanya lo pengen buat Kenzo menderita, mana?"

Tatapan Kenzie masih tertuju pada Kenzo.

"Inget dong penderitaan lo, penderitaan nyokap lo. Itu semua karena ulah bokap sama kembaran lo itu. Dan lo diem aja gitu?"

"Mereka harus ngerasain hal yang sama kayak yang lo rasain."

Tangan Kenzie terkepal kuat membuat Alex tersenyum miring. Alex berhasil.

Kenzie memakai helmnya.

Sebuah motor berhenti tepat di samping motor Kenzie.

"Bang, lo mau ngapain?" tanya Kevin panik sambil mencekal lengan Kenzie.

Kenzo mengedarkan pandangannya. Matanya mendarat pada toko boneka di seberang jalan. Kemudian beralih pada Kinzy yang masih setia menunggu abang tukang martabak membuat martabak pesanannya.

"Zy, bentar ya," ucap Kenzo pada Kinzy. Kinzy mengacungkan jempolnya.

Kenzo segera menyebrangi jalan untuk menuju toko boneka tersebut.

Kenzie tersenyum miring membuat Kevin semakin panik. "Bang, lo nggak usah aneh-aneh. Kenzo adek lo!"

Kenzie tak menghiraukan ucapan Kevin. Dia menarik gas motornya membuat motor itu melaju kencang.

Bugh!

Kevin menonjok rahang Alex yang tengah tersenyum miring menikmati adegan di depannya.

"Lo ngomong apa aja sama Kenzie, bangsat! Mau lo itu apa?!"

Alex menatap Kevin santai. Seringaian tercetak di wajahnya. "Gue mau liat kedua kembaran itu mati, sekarang."

Kenzie terus menambah kecepatan motornya. Pikirannya kembali melayang ke saat dua belas tahun lalu.

Emosinya memuncak. Kenzo dan bokapnya harus merasakan apa yang mamanya rasakan. Tapi sekarang Kenzo yang harus merasakannya lebih dulu.

Nyawa dibayar nyawa.

***

Tbc...

Mau ngomong apa sama Kenzie?

See u

K [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang