57. Kebenaran

21.8K 1.8K 476
                                    

Undangan perang dari Tayzar kembali Xaverious dapatkan malam ini. Hal itu yang membuat seluruh anak Xaverious kini berkumpul di basecamp untuk mempertimbangkan hal itu.

Di lantai atas basecamp Xaverious, anggota inti Xaverious yang kini hanya tersisa 7 orang berkumpul dalam satu ruangan.

"Mending Xaverious bubar aja," ucap salah satu cowok bertindik di telinga kirinya.

"Bangsat lo! Xaverious nggak akan pernah bubar apalagi cuma karna ancaman dari Tayzar!" sahut seorang cowok berkumis.

"Gue cuma mikirin nasib anak yang lain. Kesempatan Xaverious buat menang tipis nyaris nggak ada!"

"Ngomong aja kalo lo nggak berani! Pengecut lo! Asal Xaverious bersatu Xaverious pasti bisa menang!" sahut seorang cowok berambut hijau.

"Bisa menang pala lo! Xaverious itu kalah jumlah! Pasukan kita paling cuma seperempat pasukan mereka! Yang ada Xaverious dibantai habis-habisan kayak kemaren!!"

"Gue setuju sih, mending Xaverious bubar sendiri aja daripada harus perang sama mereka. Banyak nyawa anak Xaverious yang jadi taruhannya kalo kita tetep milih maju!"

"Brengsek lo! Pikirin harga diri dong! Lo mau Xaverious diinjek-injek, heh?!"

"Buat apa mikirin harga diri! Pikirin aja dulu nyawa baru harga diri! Harga diri nggak ada gunanya kalo nyawa melayang!"

"Mikir dong! 5 tahun Xaverious berdiri, lo inget-inget apa aja kebahagiaan yang anak Xaverious dapet selama gabung di Xaverious! Lo mau itu semua hilang cuma karna nyerah! Cih pengecut!"

"Sekali-kali pikirin juga nasib mereka, nasib keluarga mereka, gue nggak mau ada anak Xaverious lain yang terluka dan masuk rumah sakit lagi!"

"Emang lo pikir dengan Xaverious bubar, mereka bakal ngelepasin anak Xaverious gitu aja?! Nggak bakal!! Justru Xaverious harus tetap bersatu buat ngelindungin anggotanya!!

Ruangan itu terus diisi dengan perdebatan antara memilih bubar dengan sendirinya atau berperang lagi melawan Tayzar.

Lian yang duduk di tempat itu hanya bisa diam. Biasanya dia orang yang paling depan membela harga diri Xaverious tapi sekarang tidak. Pikirannya lebih tertuju pada Kinzy. Bagaimana jika dia harus mati dalam perang itu? Siapa yang akan menjaga Kinzy. Terlebih Arsya belum mau membuka matanya.

"Berapa jumlah anak Xaverious sekarang?" tanya Dimas.

"Cuma 75 orang."

Dimas menghela napas panjang. Itu artinya mereka hanya seperempat pasukan Tayzar. Peluang menang bagi mereka nyaris tidak ada tapi apa iya Xaverious harus bubar?

"Gimana?" tanya seorang cowok lagi.

"Voting aja."

Setelah melakukan voting ternyata hasilnya 3 : 3 tanpa Dimas. Kini semua mata mengarah pada Dimas. Pilihannya akan menentukan nasib Xaverious ke depannya.

"Gue nggak bisa milih, ini terlalu beresiko. Langsung tanyain aja sama anak Xaverious yang lain."

Mereka semua mengangguk kemudian turun menuju lantai bawah.

"Gimana? Jadi perang nggak?" tanya seorang cowok yang sedari tadi tak sabar menunggu hasil.

"Gais, kita bertujuh nggak bisa ambil keputusan ini sendiri karna disini yang kita bicarain itu nyawa kalian semua sama kehormatan Xaverious. Jadi, kita adain voting," ucap salah satu anggota inti yang sedari tadi keukeuh ingin Xaverious bubar.

"Yang tetep mau Xaverious perang dengan peluang kemenangan kecil, angkat tangan!"

Sebagian besar dari mereka memilih mengangkat tangannya. Mereka lebih memilih perang memperjuangkan nama Xaverious. Mereka lebih memilih mati dibanding menyerah.

K [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang