Kinzy menggeliat kecil di atas tempat tidurnya. Perlahan matanya terbuka sembari menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya. Tangannya mengambil jam weker yang ada di atas nakas. Jam itu kini sudah menunjukkan pukul 2 siang.
Kinzy turun dari tempat tidurnya dengan malas-malasan membuat selimut yang tadi dipakainya jatuh tergeletak di lantai.
Setelah beberapa menit melakukan aktivitas di kamar mandi, Kinzy keluar dengan wajah yang lebih fresh. Tanpa sadar matanya mendarat pada dua boneka kucing yang ada di atas tempat tidurnya.
Kinzy berjalan mendekati dua boneka itu. Dia duduk di tepi tempat tidur mengambil dua boneka berukuran berbeda itu. Satu boneka berukuran sedang yang sudah dia miliki sejak beberapa bulan yang lalu -Mimi- dan satu boneka lagi berukuran besar yang baru dia dapatkan pagi ini sebagai hadiah ulang tahun dari Arsya yang dia namai Lily.
Tangannya terulur mengusap lembut kedua boneka pemberian Arsya. Tanpa sadar air matanya menetes. Kinzy mengusap air matanya kemudian tersenyum.
Kinzy berjalan keluar dari kamarnya. Matanya mengedar mengelilingi seluruh penjuru rumah. Terlihat sepi, sangat sepi tanpa ada manusia lain selain dirinya.
Tangan Kinzy refleks memegangi perutnya yang berbunyi. "Kinzy laper," lirihnya.
Dengan langkah pelan, Kinzy berjalan menuju dapur. Matanya mengelilingi seluruh penjuru dapur kemudian membuka isi kulkas.
"Kinzy masak apa? Kinzy kan nggak bisa masak." Kinzy mencebikkan bibirnya.
Sejak kecil dia selalu bergantung pada kedua orang tuanya. Setelah kedua orang tuanya meninggal, abangnya yang menggantikan peran kedua orang tuanya dan menjadi tempat Kinzy bergantung. Tapi sekarang saat abangnya tidak ada, siapa yang akan menjadi tempat bergantung Kinzy?
"Kinzy masak nasi aja dulu."
Kinzy mengambil beras kemudian mencucinya. Tapi setelah selesai mencuci, dia punya masalah baru.
"Airnya sebanyak apa?" monolognya. "Tau ah, masukin aja."
Setelah menyalakan rice cooker, Kinzy berjalan menuju kulkas. "Aha! Kinzy masak telor dadar aja!" pekiknya.
Kinzy mengambil dua butir telur yang ada di kulkas setelah itu memecahkannya dan memasukkan isinya ke dalam mangkuk. Kinzy mengambil beberapa daun bawang yang ada di kulkas, mencucinya, kemudian memotongnya perlahan. Saking pelannya, Kinzy membutuhkan waktu 10 menit untuk menyelesaikan urusan potong memotongnya.
"Huh, selesai juga," ucap Kinzy sembari mengelap peluh yang ada di pelipisnya.
"Ternyata masak itu capek ya."
Kinzy memasukkan daun bawang itu ke dalam mangkuk berisi telur setelah itu menambahkan garam ke dalamnya. Kinzy mulai mengocok telur itu cepat dan membuatnya muncrat ke sana kemari.
Saatnya untuk memasak!
Kinzy memasukkan telurnya ke dalam wajan yang telah berisi minyak. Tangannya digunakan untuk membalikkan telur itu sedangkan sebelah tangannya memegang tutup panci untuk melindungi dirinya dari cipratan minyak.
Setelah merasa telur itu matang, Kinzy meletakkan telur itu ke atas piring. "Yeay! Kinzy bisa masak!"
"Adek manis!!"
Kinzy terdiam mendengar suara itu. "Itu pasti Lian."
"Adek manis, lo di mana?! Masih tidur ya lo!"
"Kinzy di dapur!!" teriak Kinzy dari dalam dapur.
Beberapa detik kemudian, Lian muncul dari balik pintu. Matanya mengarah pada telur yang ada di tangan Kinzy kemudian menatap wajah Kinzy yang tengah tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
K [✔]
Подростковая литература"Kenzo! Cepet, cipokan itu apa? Kinzy mau cipokan sama Kenzo!" "Lo beneran mau?" Kinzy mengangguk semangat. "Oke, tapi ntar ya kalo lo udah gede," ucap Kenzo sambil mengacak-acak rambut Kinzy. "Kenzo!!!" Sebuah pertemuan tak terduganya dengan Kenzo...