29. Danau

34.6K 2.3K 192
                                    

Sebulir air mata jatuh di pipi Kinzy, tapi Kinzy segera menghapusnya dengan menenggelamkan wajahnya ke dada bidang Kenzo.

Kinzy mengurai pelukannya, menatap Kenzo dengan mata memerahnya, "Kenzo, Kinzy boleh nanya nggak?"

Kenzo tersenyum dan mengangguk.

"Dada Kinzy sesek banget dari kemaren, kenapa yah?"

Mendengar pertanyaan polos Kinzy, Kenzo tidak tega, dia langsung menarik Kinzy kedalam dekapannya.

"Kinzy pengen dadanya nggak sesek lagi?" tanya Kenzo yang diangguki oleh Kinzy di dadanya.

"Kinzy nangis aja sekarang, oke?"

Kinzy menggeleng pelan, "nggak, nanti ayah sama bunda ikutan sedih."

"Kinzy, dengerin aku. Mereka nggak akan sedih asal Kinzy nangisnya nggak berlarut-larut. Kalo Kinzy nangisnya sekali mereka nggak akan sedih."

"Emang Kinzy nggak kasihan sama bang Arsya yang dari kemaren bingung harus ngapain, khawatir sama Kinzy karna Kinzy diem terus?"

Kenzo mengusap rambut Kinzy lembut yang sekarang masih berada di pelukannya, "sekarang Kinzy nangis aja, cuma ada aku disini. Tapi setelah itu, Kinzy harus jadi Kinzy yang dulu, yang ceria, selalu senyum, bahagia..."

Mendengar ucapan Kenzo membuat seketika tangis Kinzy pecah. Dia menangis didalam pelukan Kenzo. Menenggelamkan wajahnya disana  dengan air mata yang mengalir deras.

Kenzo hanya bisa mengusap rambut Kinzy, hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang. Melihat Kinzy terpuruk membuat hatinya sakit.

Dia tau apa yang Kinzy rasakan sekarang. Dia tau rasanya kehilangan orang-orang yang dia sayang secara bersamaan. Dia tau rasanya. Sakit... sedih... marah... pada takdir.

Takdir yang dengan seenak jidat mengambil orang yang dia sayang. Takdir yang mengambil kebahagiaannya.

Dan sekarang, justru takdir kejam tersebut menghampiri gadisnya.

Heh, takdir memang kejam.

***

"Thanks, karna lo Kinzy bisa ngomong lagi." Ucap Arsya yang kini duduk di ruang keluarga bersama dengan Kenzo di samping nya.

"Selow aja kalee, kaya sama siapa aja. Calon adek ipar nih."

Buk.

Sebuah bantal mendarat di kepala Kenzo yang sekarang hanya cekikikan.

"Bacot lo! Masih sma juga pake adek ipar segala, jijik gue."

"Hahaha.... Eh btw emang orang tua lo kenapa kok bisa... meninggal?" tanya Kenzo lirih, takut menyinggung perasaan Arsya.

Arsya menghembuskan napasnya berat. Mengingat hal itu membuat dirinya sedih. Tapi, hidup harus terus berjalan kan? Nggak ada gunanya bersedih terlalu lama.

"Ayah kecelakaan, dia ditabrak mobil Porsche 718 Boxster warna silver metallic. Bunda gue nggak rela ayah pergi, penyakit jantungnya kumat, dan yah...."

"Mm, apa yang bakal lo lakuin sama orang yang nabrak ayah lo?"

"Gue jamin dia bakal dapet balasan yang setimpal!" Jawab Arsya dengan kilatan marah di matanya.

"Kalo dia orang yang deket sama lo?"

"Pastinya gue bakal benci banget sama dia! Lagian kenapa si lo nanya gitu?"

Kenzo hanya diam, pikirannya melayang entah kemana. Memorinya kembali terputar.

"Woy! Kenapa lo?!" tanya Arsya sambil menepuk lengan Kenzo membuat Kenzo tersadar, "eh, kenapa?"

K [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang