42. Invitation

19K 1.5K 61
                                    

Kelas XII IPS 1 berhak mendapatkan penghargaan. Kelas yang setiap hari selalu ramai dan berhasil membuat semua guru yang mengajar mengalami darah tinggi kini berubah sepi senyap.

Tak ada keributan di sana. Semua muridnya sibuk dengan aktivitas masing-masing tanpa membuka suara.

Semua itu terjadi sejak Arsya dan Kenzo berada di satu ruangan. Mereka saling melempar tatapan permusuhan membuat perang tanpa raga.

Karena hal itu jugalah, suasana di kelas itu menjadi suram membuat tak ada siswa yang memiliki mood untuk mengacaukan suasana kelas.

Lawakan dari Lianpun tak sanggup untuk mencairkan suasana awkward di kelas itu.

Suasana itu berlangsung sejak jam pelajaran pertama sampai bel pulang berbunyi.

Kini, semua siswa telah keluar dari kelas itu kecuali Kenzo, Arsya, Lian, dan Dimas. Lian yang geram dengan suasana tak mengenakkan itupun membuka suaranya.

"Cabut basecamp kuy!" ajak Lian pada ketiga temannya.

Ya, Lian masih menganggap pertemanan mereka masih terjalin walau dia tau peperangan Kenzo dan AArsya, begitu juga dengan Dimas.

Dia kecewa? Tentu saja. Tapi mereka sudah berteman lebih dari enam tahun. Tak mungkin dia melupakan waktu yang cukup panjang itu hanya karena satu kesalahan Kenzo, yang memang fatal.

Arsya sendiri tak bisa mengajak Lian dan Dimas untuk  memusuhi Kenzo. Itu urusan pribadinya dengan Kenzo.

Meskipun begitu dinding tak terlihat tetap berada di antara mereka. Dan semakin kuat saat Kenzo yang lebih memilih bersama pacarnya dibandingkan teman-temannya.

Kenzo bangkit dari tempatnya seraya menyampirkan tas di bahunya.

"Mau kemana lo?!" tanya Lian.

"Jalan."

Lian berdecak sebal. Tentu saja dia mengerti yang dimaksud jalan itu ngedate bareng Dinda.

Setelah Kenzo lenyap di telan daun pintu, Arsya bangkit dari tempatnya.

"Lo mau kemana?!" tanya Lian.

"Nganter Kinzy balik."

Kali ini Lian mendengus sebal. Kenzo ngedate, Arsya nganter Kinzy balik. Jadi, lagi-lagi dia cuma berdua dengan Dimas.

"Dim, lo... "

Ucapan Lian terhenti saat matanya tak menemukan Dimas di tempat awal dia berada. Beberapa saat kemudian matanya menemukan Dimas yang sudah berada di ambang pintu.

"Woy! Mau kemana lo?!"

"Ada urusan," ucapnya sebelum dia hilang dari pandangan Lian.

"What the fuck!! Gue ditinggalin sendirian!!"

Lian menyambar tasnya kasar. "Punya temen nggak ada yang solid sama sekali. Lama-lama bubar kalo kayak gini!!"

***

Setelah tak mendapatkan respon dari ketiga temannya, sejak pulang sekolah sampai malam datang Lian berada di basecamp utama anak Xaverious, berjaga di sana dengan beberapa anak lain.

Suara deruman motor memekakkan telinga tiba-tiba saja terdengar oleh anak Xaverious yang tengah berjaga di basecamp. Menyusul bunyi kaca pecah yang mengiringinya.

Sontak saja hal itu membuat anak Xaverious keluar dari tempatnya masing-masing. Mereka berdiri di depan basecamp mereka menatap nyalang sekumpulan orang-orang berjaket dengan lambang tengkorak di belakang jaketnya yang berhenti di tengah jalan di depan basecamp mereka.

K [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang