38. Lian Posesif??

25.2K 1.6K 114
                                    

Duduk dengan tangan di atas meja menyangga wajahnya yang kini dihiasi bibir yang cemberut masih saja Kinzy lakukan sejak beberapa saat lalu. Beberapa kali dia menghela napas jengah sembari terus menatap raut wajah Ririn yang kini tengah serius menatap layar handphonenya. Matanya menatap layar handphonenya lekat dengan bibir bawahnya yang digigit, bahkan matanya berlinang air mata.

"Ririn, udah dong baca wattpadnya, Kinzy laper!" seru Kinzy sembari terus memajukan bibirnya.

"Bentar lagi, Kinzy. Ini lagi sedih banget." Tanpa sadar air mata Ririn menetes, diapun dengan segera menghapusnya. "Hiks, masa pacar gue mati si...."

"Halu banget si! Ayo...."

"Bentar lagi."

Kinzy merotasi bola matanya kemudian bangkit. Andai saja Shasa berangkat hari ini pasti dia sudah pergi ke kantin bersama Shasa sejak tadi.

Udahlah, Kinzy malas menunggu Ririn.

Saat kakinya melangkah menuju pintu, mata Kinzy tanpa sengaja mendarat pada Kevin yang masih duduk di pojokan kelas dengan kaki yang berada di atas meja.

Kinzy tersenyum.

Daripada sendirian ntar dikira jomblo -emang jomblo sih- lebih baik Kinzy mengajak Kevin.

"Kevin!" panggil Kinzy sembari memamerkan senyumnya.

"Kenapa?" tanya Kevin dingin sembari menurunkan kakinya dari atas meja.

"Ke kantin yuk!"

"Nggak!"

Kinzy kembali mencebikkan bibirnya kemudian meraih tangan Kevin dan menariknya, walau itu tak menggeser Kevin sama sekali.

"Kevin...." rengek Kinzy dengan puppy eyesnya.

"Oke."

Kinzy melepaskan tangan Kevin kemudian melompat-lompat bahagia. "Yeay!! Kinzy ada temennya!!"

Bibir Kevin tertarik membentuk senyum, senyum tipis yang hanya dirinya sendiri yang tau. Dalam lubuk hatinya dia merasa semakin bersalah.

Kevin dan Kinzy berjalan bersisian menuju pintu dengan senyum di wajah Kinzy yang tak kunjung pudar.

"Huwaaa!!! Kok bisa kayak gini sih?!! Argh!! Masa pacar gue mati!!! Huwaaa!!! Authornya jahat banget!!!" seru Ririn sembari meletakkan handphonenya kasar.

Dia mengacak rambutnya kemudian kembali mengambil handphonenya lagi dan membaca lanjutan cerita yang dibacanya dengan air mata yang mengalir.

Kinzy melirik Kevin yang masih menatap Ririn dari jauh. "Itu bukan temen Kinzy," ucap Kinzy polos.

***
D

i kantin sekolah, Lian tengah memakan cireng miliknya dengan kesal.

Jika biasanya mejanya ramai bersama ketiga temannya, kini dia hanya duduk berdua dengan Dimas yang tak lain adalah batu yang tanpa sengaja diberi nyawa. Hening.

Dia mau bicara pun percuma, tak akan ada yang menanggapi.

Saat tengah dilanda kebosanan yang memuncak, mata Lian tanpa sengaja mengarah pada Kinzy yang tengah berjalan berdua dengan Kevin. Tak hanya itu, tangan mereka berdua bertautan dan diayunkan ke depan dan ke belakang.

Lian menggeram sembari menatap Kevin kesal. Dia meletakkan cirengnya asal kemudian mendekati Kevin dengan tatapan nyalang.

Sesampainya di depan Kevin, Lian langsung menonjok rahang Kevin, membuatnya mengeluarkan sedikit cairan merah kental. Dan juga membuat Kinzy memekik dan menutup mulutnya.

K [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang