Sakit...
Arsya memejamkan matanya erat mencoba menghalau rasa sakit yang dirasakan di sekujur tubuhnya. Tubuhnya terasa sangat lemas. Yang bisa dia lakukan sekarang hanyalah menggerakkan mata dan bernapas.
Dimas yang berdiri di samping Arsya hanya bisa menahan pedih melihat sahabatnya kesakitan seperti itu.
Arsya yang selama ini kuat kini terlihat sangat lemah, bahkan untuk menggerakkan tubuhnya saja terlihat begitu sakit.
Tuhan, kasih waktu Arsya sebentar lagi buat liat Kinzy.
Arsya tak tahan. Seluruh tubuhnya terasa begitu sakit terutama di bagian ulu hatinya. Apakah malaikat pencabut nyawa sudah ada di sana untuk mengambil nyawanya?
Dengan langkah cepat, Kinzy memasuki ruangan Arsya dan berdiri di sampingnya. Ada raut wajah bahagia di bawah mata sembabnya. Ada kebahagiaan saat mendengar abangnya sadar.
"Abang...." Kinzy menitikkan air mata dengan senyum di wajahnya.
"Kinzy seneng abang bangun...."
Hati Arsya teriris melihat mata sembab Kinzy. Sudah bisa dipastikan Kinzy terus menerus menangis.
Ya Tuhan, bagaimana nasib Kinzy jika Arsya tak sanggup lagi menahan rasa sakit di tubuhnya?
Arsya membuka mulutnya hendak mengeluarkan kata-kata tapi urung karena rasa sakitnya. Arsya kembali memejamkan matanya.
"Abang? Abang kenapa? Ada yang sakit? Kinzy panggilin dokter ya?" tanya Kinzy cemas.
Arsya kembali membuka matanya perlahan. Dia mencoba sekuat tenaga memberikan senyum pada Kinzy.
Tuhan, tolong Arsya kekuatan.
"Happy birthday, Kinzy...," lirih Arsya.
Kinzy sendiri bahkan lupa jika hari sudah berganti. Itu artinya umurnya sudah bertambah lagi sekarang dan Arsya orang pertama yang mengucapkan itu padanya. Di sela-sela rasa sakitnya, Arsya bahkan masih memikirkan ulang tahun Kinzy.
Kinzy tersenyum kemudian mengangguk semangat.
"Abang... abang udah... beliin boneka... yang Kinzy mau.... Pagi nanti... boneka itu... akan dianter... ke rumah...," ucap Arsya dengan napas tersengal.
Lagi-lagi Kinzy mengangguk semangat dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya.
Arsya nggak kuat, Tuhan. Sakit...
"Kinzy... harus jadi... cewek kuat ya...."
Kening Kinzy berkerut. Jantungnya kembali berdebar takut. "Abang ngomong apa si?"
"Kinzy... harus jadi... cewek mandiri...."
Air mata Kinzy kembali jatuh. "Abang ngomong apa si? Jangan buat Kinzy takut, abang."
Sakit...
"Maaf...."
Arsya menutup matanya lagi dengan napas yang terasa semakin berat.
"Abang... nggak bisa... jaga Kinzy lagi...."
Kinzy menggeleng kuat. Air mata yang sempat berhenti kini kembali mengalir deras. Dia memegang tangan Arsya yang terasa dingin.
"Enggak, abang nggak boleh ngomong gitu. Abang nggak boleh tinggalin Kinzy."
"Abang... nggak bisa... temenin Kinzy...."
Sakit, Tuhan...
"Enggak bang, abang harus kuat, abang harus bertahan demi Kinzy. Kinzy nggak mau sendirian, bang."
KAMU SEDANG MEMBACA
K [✔]
Fiksi Remaja"Kenzo! Cepet, cipokan itu apa? Kinzy mau cipokan sama Kenzo!" "Lo beneran mau?" Kinzy mengangguk semangat. "Oke, tapi ntar ya kalo lo udah gede," ucap Kenzo sambil mengacak-acak rambut Kinzy. "Kenzo!!!" Sebuah pertemuan tak terduganya dengan Kenzo...