Suara elektrokardiogram menyambut indra pendengaran Kinzy saat kakinya menapaki lantai ICU tempat Arsya berada.
Air matanya luruh seketika melihat Arsya terbaring tak berdaya dengan ventilator yang menutupi hidung dan mulutnya.
"A... bang..."
Kinzy berdiri di samping Arsya dengan menggunakan pakaian serba biru. Tangan Kinzy menyentuh rambut Arsya.
"Abang kenapa bisa di sini?"
Hati Kinzy benar-benar hancur melihat Arsya. Kakaknya harus terbaring seperti itu. Kemarin Arsya bilang padanya kalau dia akan mempersiapkan ulang tahun Kinzy, tapi kenapa malah jadi seperti ini?
"Abang bangun..."
"Jangan tidur kayak gini.... Kinzy mohon...."
Kinzy menutup mulutnya yang terisak. Bibirnya bergetar hebat. Hatinya hancur berantakan.
Tangan Kinzy berpindah memegang tangan Arsya. Tangannya bergetar hebat.
"Abang... Abang lagi bohongin Kinzy, kan? Abang... abang cuma mau ngeprank Kinzy, kan? Plis bang ini nggak lucu...."
Kinzy tertawa pedih. "Pasti abang lagi ngeprank Kinzy. Terus abang bakalan bangun dan bilang kalo ini cuma prank. Iya kan? Ayo buka mata abang sekarang. Prank abang udah berhasil, Kinzy udah nangis bang...."
"Abang main-mainnya udahan dong... Kinzy capek nangis bang... Abang.... Ini cuma bohongan, kan? Abang jangan kayak gini...."
Kinzy menutup mulutnya yang bergetar hebat sama halnya seperti bahunya.
"Jangan mentang-mentang Kinzy besok ulang tahun abang bisa kayak gini sama Kinzy.... Abang bangun, ini nggak lucu..."
Arsya masih diam tak berkutik membuat semua persepsi Kinzy hancur. "Abang bangun...."
Dimas yang sedari tadi menyaksikan Kinzy dari jauh kini mendekati Kinzy. Dia memegang kedua bahu Kinzy. "Keluar ya, Arsya butuh istirahat."
Kinzy menatap Dimas sendu. "Abang pasti bangun kan, Dimas?"
***
Kinzy dan Dimas keluar dari ruang ICU. Kinzy menunduk dalam-dalam dengan air mata yang terus mengalir. Di sampingnya, Dimas masih terus mengusap lengan Kinzy memberinya kekuatan.
Pandangan Kinzy teralih pada Dimas. Dia memegang kedua tangan Dimas dan menatapnya penuh harap. "Dimas, ini bohongan, kan? Abang cuma lagi ngeprank Kinzy, kan?"
Dimas tersenyum kecut kemudian menggeleng pelan.
Mengabaikan gelengan Dimas, Kinzy melanjutkan ucapannya, "tolong Dimas, suruh abang udahan ngeprank Kinzy.... Kinzy nggak bisa liat abang kayak gini.... Suruh abang buka mata...."
"Zy, lo harus tenang. Lo doain Arsya supaya dia bisa cepet sadar," ucap Dimas.
Lagi lagi Kinzy menundukkan kepalanya. Dia terisak semakin kencang. "Abang kemarin pergi buat nyiapin ulang tahun Kinzy, tapi kenapa abang jadi masuk rumah sakit. Kenapa...? "
"Abang lo ditusuk sama Kenzo," jelas seorang anak Xaverious yang ada di sana.
Jawabannya itu langsung membuat Kinzy menatapnya tak percaya. Sedangkan Dimas sudah menatapnya tajam karena dengan seenaknya dia membocorkan semuanya.
Kebohongan macam apa lagi ini?!
"Nggak! Nggak mungkin! Kenzo nggak mungkin jahat sama abang!!" raung Kinzy.
"Nggak percayaan banget si lo!" bentak cowok itu.
Dimas masih menatapnya tajam. "Diem lo!"
Cowok itu berdecak kemudian merotasi bola matanya. Dia bener, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
K [✔]
Teen Fiction"Kenzo! Cepet, cipokan itu apa? Kinzy mau cipokan sama Kenzo!" "Lo beneran mau?" Kinzy mengangguk semangat. "Oke, tapi ntar ya kalo lo udah gede," ucap Kenzo sambil mengacak-acak rambut Kinzy. "Kenzo!!!" Sebuah pertemuan tak terduganya dengan Kenzo...