"Anggap aja Kenzo nggak pernah kenal Kinzy."
Bagai disambar listrik ribuan volt, Kenzo benar-benar terkejut mendengar ucapan Kinzy. Tubuhnya bahkan terhuyung mundur satu langkah.
Kinzy sendiri masih meremas kuat jari-jari tangan. Ada rasa sakit yang Kinzy rasakan yang serasa menusuk di hatinya.
"Kenapa, Zy?" lirih Kenzo. Sungguh rongga dadanya terasa sangat sesak seperti ada tangan tak kasat mata yang meremasnya kuat.
Kinzy masih terdiam di tempatnya. Mata Kinzy memanas terus menahan air mata yang hendak menetes.
Kenzo mengambil tangan Kinzy kemudian menggenggamnya erat. Empunya sendiri masih sibuk menunduk menatap lantai putih yang dipijaknya.
"Kalo emang udah nggak ada lagi aku di hati kamu, aku ikhlas Zy," ucap Kenzo pelan. Hatinya benar-benar hancur berantakan.
Kenzo terdiam menguatkan hatinya sendiri untuk melanjutkan kata-katanya. "Tapi plis... jangan minta aku buat jauhin kamu apalagi anggap kalo kita nggak pernah saling kenal. Nggak bisa," lanjut Kenzo dengan suara yang masih pelan.
"Nggak papa kalo kamu nggak mau anggap keberadaan aku, asal plis tetep izinin aku buat terus jaga dan lindungin kamu," lanjut Kenzo dengan suara yang semakin melirih.
"Nggak bisa, Kenzo. Kinzy nggak mau," cicit Kinzy.
"Tatap mata aku, Zy. Jelasin kenapa? Zy, tatap mata aku," pinta Kenzo sembari mengeratkan genggaman tangannya pada Kinzy.
Perlahan, Kinzy menegakkan kepalanya menatap mata Kenzo yang sarat akan kekecewaan dan luka. Bibir Kinzy bergetar. Bolehkan dia jujur? Hati Kinzy sakit melihat tatapan Kenzo padanya.
Kinzy melepaskan genggaman tangan Kenzo. Dia membalikkan badan kemudian maju beberapa langkah. Kepala mendongak ke atas menahan air mata yang memaksa tumpah.
"Kinzy nggak mau sakit hati lagi, Kinzy nggak mau kecewa lagi, dan Kinzy... Kinzy nggak mau Kenzo menderita lagi," ucap Kinzy parau.
Kinzy menutup bibirnya dengan sebelah telapak tangannya. Kinzy gagal. Air matanya menetes. Karena faktanya, Kinzy juga tak mau semua ini terjadi.
Kenzo terdiam di belakang Kinzy. Dia masih mencerna ucapan Kinzy.
"Kenzo udah banyak berkorban buat Kinzy. Kenzo harus pura-pura jadi pembunuh orang tua Kinzy dan dimusuhi banyak orang demi lindungin Kinzy," ucap Kinzy dengan suara bergetar. Air matanya tumpah ruah seketika.
"Kenzo yang tolongin Kinzy pas Kinzy pingsan. Kenzo yang tolongin Kinzy pas Kinzy mau kejatuhan rak buku. Kenzo yang kasih Kinzy topi biar Kinzy nggak dihukum. Kenzo juga yang bayarin semua biaya pengobatan abang...." Kinzy semakin terisak hebat. Bahunya bergetar.
"Dan Kenzo... Kenzo rela berlutut depan Kenzie buat nyelametin Kinzy. Kinzy itu nyusahin Kenzo. Kinzy cuma buat Kenzo menderita. Kinzy nggak mau terus-terusan buat Kenzo berkorban demi Kinzy," lirih Kinzy sembari menggeleng pelan. Pertahanannya runtuh seketika.
"Kinzy-" Ucapan Kinzy terhenti karena sepasang lengan kekar yang memeluk pinggangnya erat bersamaan dengan kepalanya yang mendapat beban yang tak lain berasal dari dagu Kenzo.
"Kinzy nggak pernah buat Kenzo menderita," ucap Kenzo pelan. "Enggak sama sekali." Kenzo menggeleng pelan sembari memejamkan matanya.
Kenzo melepaskan pelukannya kemudian membalikkan tubuh Kinzy lembut. Dia membungkukkan tubuhnya untuk menyejajarkan mata mereka berdua.
"Justru tangis Kinzy yang buat Kenzo menderita," ucap Kenzo pelan sembari mengusap air mata yang mengalir di pipi Kinzy.
Kenzo menatap Kinzy teduh membuat Kinzy terhanyut di dalamnya. "Melihat kamu di sini, baik-baik aja, dan bahagia itu udah cukup buat aku bahagia, bahkan sangat bahagia."
"Tapi Kinzy nggak mau buat Kenzo terluka terus,"
Kenzo menangkup kedua pipi Kinzy dengan kedua tangannya kemudian mengangkatnya membuat tatapan mereka bertemu. Kenzo masih menatap Kinzy teduh dan lembut. Sungguh! Itu membuat aliran darah Kinzy berdesir hebat. Ada rasa tenang di hatinya.
"Pengen buat aku nggak terluka?" tanya Kenzo yang diangguki oleh Kinzy. "Tetep izinin aku ada di sini. Lindungin kamu dan jaga senyum kamu tetap ada. Boleh, kan?"
Kinzy mengangguk lemah. "Asal Kenzo janji nggak akan berkorban lagi buat Kinzy apalagi sampe buat Kinzy kecewa dan sakit hati kayak dulu. Kinzy nggak mau. Kinzy nggak mau ditinggalin Kenzo lagi kayak dulu walau itu buat Kinzy," lirih Kinzy.
Kenzo menggeleng sembari terus tersenyum. "Aku pengen jadi laki-laki terbaik buat kamu, Zy. Aku pengen jadi orang yang ada di barisan terdepan buat lindungin kamu."
"Aku sayang sama kamu dan aku akan tetap lakuin apapun demi kamu," lanjut Kenzo.
"Justru dengan liat kamu nangis kayak gini dan minta aku buat jauhin kamu, itu luka paling menyakitkan yang pernah aku rasakan."
Kinzy menghamburkan dirinya dalam pelukan Kenzo. Dia menangis terisak di sana. "Maaf Kinzy nyakitin Kenzo."
"Jangan pernah minta kayak gini lagi ya," ucap Kenzo pelan sembari mengusap lembut rambut Kinzy.
Kinzy mengangguk pelan dalam pelukan Kenzo. "Kinzy cinta sama Kenzo," ucao Kinzy pelan. Sedetik kemudian, Kinzy langsung menggigit bibirnya dan semakin menenggelamkan wajahnya dalam pelukan Kenzo. Kinzy malu!
Kenzo tersenyum geli mendengar pengakuan Kinzy. "Kenzo juga cinta sama Kinzy," ucapnya.
Kenzo mencium puncak kepala Kinzy. Dia meletakkan dagunya di sana. Kenzo memejamkan matanya menghirup wangi rambut Kinzy.
"Zy, kalau nanti aku kecewain kamu lagi, percayalah itu bukan kemauan aku tapi semesta yang mau itu terjadi," ucap Kenzo pelan.
Kinzy mengerutkan kening mendengar ucapan Kenzo tapi selanjutnya dia tak mempedulikan itu lagi. Dia tetap memeluk Kenzo erat, menghirup wangi tubuh Kenzo yang selalu membuatnya nyaman.
Kenzo melepaskan pelukannya. Dia menatap Kinzy lembut. "Pulang yuk!" ajak Kenzo yang diangguki Kinzy.
Senyum Kinzy semakin mengembangkan saat Kenzo menyelipkan jari-jarinya ke sela-sela jari-jari Kinzy kemudian menggenggamnya erat.
Mereka berjalan menuju motor Kenzo. Kenzo melepaskan genggamannya kemudian mengambil jaket yang ada di totebag yang dipegangnya. Dia mengambil jaket miliknya di sana.
Jaket itu mendarat mulus di tubuh Kinzy membuat Kinzy tersenyum bahagia.
"Simpan aja jaketnya," ucap Kenzo yang kembali diangguki Kinzy.
Motor Kenzo melaju menuju rumah Kinzy dengan Kinzy yang setia memeluk erat Kenzo. Mereka bahagia, sangat bahagia. Andai saja waktu bisa berhenti, mereka ingin menghentikannya kali ini saja membiarkan kebahagiaan mereka terasa lebih lama. Karena mereka tak akan tau, seberapa lama semesta mengizinkan mereka bahagia.
***
Tbc...
Alay bin lebay banget nggak sih?
Njir, aku itu ga bisa bikin moment yang uwu gitu. Sebel banget serius!See u
KAMU SEDANG MEMBACA
K [✔]
Teen Fiction"Kenzo! Cepet, cipokan itu apa? Kinzy mau cipokan sama Kenzo!" "Lo beneran mau?" Kinzy mengangguk semangat. "Oke, tapi ntar ya kalo lo udah gede," ucap Kenzo sambil mengacak-acak rambut Kinzy. "Kenzo!!!" Sebuah pertemuan tak terduganya dengan Kenzo...