Chapter 3: murid baru

255 39 10
                                    

Vote dan komen boleh lah😂

Share juga cerita ini ke temen-temen kalian,  pacar, mantan, selingkuhan, gebetan, dll, oke?

***

Tuhan, tolong dekatkanlah aku dengannya jika memang dia miliku. Tetapi jika dia bukan miliku, tolong berikanlah aku jalan agar bisa memiliki dirinya.

    
Sesampainya Aletha dirumah, ia memikirkan perkataan Revan di parkiran mall tadi sore. Aletha duduk di pinggir kasur, matanya terasa memanas, haruskah ia berpisah?
    
Aletha tidak bisa membayangkan kalau seandainya Revan benar-benar akan meninggalkannya. Aletha tidak bisa membayangkan dirinya sendiri larut dalam kesedihan atas kehilangan dirinya. Tidak ada yang nantinya menghibur dirinya hanya sekedar mengunjungi rumahnya. Anggun dan Bella? Mereka memang sahabat Aletha yang selalu ada, namun Aletha mereka tak sesering Revan yang selalu mengunjungi rumahnya setiap hari.
    
Aletha membuka balkon kamarnya, disebrang sana ia melihat Revan sedang tidur di kasurnya. Pintu balkon kamar Revan terbuat dari kaca, sehingga Aletha bisa melihat kegiatan yang di lakukan pemuda itu di sana. Dan kebetulan gorden kamar Revan tidak di tutup. Memang pemuda itu sangat ceroboh, untuk saja laki-laki, kalau perempuan bisa bahaya.
    
Aletha juga melirik kesebelah kanannya. Pemuda tampan yang ia baru temui tadi pagi tidak muncul di sana. Jujur Aletha sangat penasaran dengan orang baru, apalagi seorang tersebut membuatnya bertanya-tanya karena tak tahu namanya.
    
Aletha merasa handphone yang ada di genggamannya berdering menandakan pesan masuk.
Revan: ciee yang nyariin cowok pagi tadi ya?
    
Aletha langsung melirik ke sebrang sana, di sana ada Revan sedang menyengir kuda kearah Aletha. Lah? Baru saja Aletha tadi melihat cowok itu tengah tertidur, sekarang malah sedang menatapnya. Memang cowok itu begitu menyebalkan.

Aletha: sok tau lo nyuk!
Revan: taulah, mata lo dari tadi ngeliat ke sebelah kanan mulu. Jangan pikir gue ga tau kalo lo suka dia.

Aletha: ga usah ngeramal! Mana mungkin gue suka sama orang baru kenal.

Revan: oh iya lupa. Dulu aja pertama kali gue kenal lo harus kenalan dulu ya?
Aletha: ga usah inget-inget masa lalu.

Revan: iyalah ngapain juga liat ke masa lalu kalau masa depan gue ada di depan rumah gue.

    
Maksudnya apa? Batin Aletha.

Aletha: maksudnya?

Revan: ribet kalo gue jelasin. Btw bsk berangkat bareng gue ya. Ga ada penolakan!

Aletha: iye, sana ganti baju. Gue mau mandi.

    
Sebelum Aletha memasuki kamarnya, sekilas ia menatap ke seberang rumahnya. Revan tersenyum padanya sebari melambaikan tangannya.
    
"GOOD NIGHT!!" teriak Revan dari balkonnya.
   
"BELUM MALEM!" balas Aletha dan berjalan memasuki kamar.

✨✨✨

    
Motor ninja merah memasuki gerbang SMA Kusuma Bangsa. Sebulan yang lalu Aletha dan Revan sudah memasuki awal semester yang baru. Di mana mereka kini sekarang sudah kelas 12.
    
Aletha berada di kelas 12 IPA-2. Sedangkan Revan berada di kelas 12 IPS-1.
   
Banyak siswa-siswi yang memerhatikan Revan dan Aletha. Dan banyak pula yang tengah berbisik-bisik. Mungkin karna Revan dan Aletha begitu sangat dekat, oleh karena itu ada juga yang menyebar gosip bahwa mereka balikan. Namun pada saat itu Revan pernah mempertegas bahwa mereka hanya bersahabatan. Namun masih banyak saja diantara mereka yang menganggap Revan hanya berbohong.
    
"Van, ngga enak tau kita selalu jadi pusat perhatian gin." Aletha merapikan rambut lurusnya yang berantakan karena tergerai bebas selama perjalanan menuju sekolah menggunakan motor.
   
"Gapapa elah, mereka cuma iri karna ga ada objek buat diajak ke sekolah bareng," ucap Revan dengan nada santai. Lalu merangkul gadis itu ke dalam pelukannya.
    
"Apaan sih, Van! Jangan gini ah." Aletha menjauhi tubuh Revan, namun justru Revan malah menarik gadis itu mendekat dan kini kepala gadis itu bertumbrukan dengan dada bidang milik Revan.
   
Tepat saat itu juga degub jantung Aletha berpacu dengan cepat. Revan selalu saja berbuat sesuatu yang membuat jantung Aletha seperti tengah berolahraga.
    
Karna Revan kasian melihat raut wajah Aletha yang memerah karena menahan malu mungkin. Akhirnya Revan melepaskan pelukannya dan memilih menggenggam tangan Aletha sambil berjalan memasuki koridor.
    
Aletha berusaha menetralkan lagi ekspresinya dan berjalan beriringan bersama Revan menuju kelasnya. Meski mereka berbeda kelas, namun satu arah. Mereka berjalan menuju lantai paling atas, yaitu lantai 3. Setelah sampai di lantai 3, barulah mereka berpisah untuk menuju kelasnya masing-masing.
   
Aletha memasuki kelasnya, di sana sudah ada Bella dan Anggun yang menyambut kehadirannya. Mereka sekelas lagi. Sudah 3 tahun mereka tak terpisahkan. Banyak perubahan pula di antara mereka, Anggun terlihat tambah cantik dengan polesan naturalnya. Bella juga begitu, sekarang Bella selalu menggunakan lipbalm berwarna natural jika ke sekolah. Begitupun Aletha yang hampir sama seperti mereka, mulai membenarkan penampilannya. Hanya saja Aletha ke sekolah hanya menggunakan bedak bayi dan lipbalm saja, tanpa menggunakan tambahan maskara dan lain sebagainya seperti Anggun.
    
"Pagi, Tha!" sapa Anggun.
   
"Pagi juga!" balas Aletha lalu duduk di belakang bangku Bella dan Anggun. Aletha duduk sendiri di sana. Namun sayangnya mereka tidak sekelas dengan Wildan. Namun Fathur tetap sekelas dengan Aletha, hanya saja Wildan berada di 12 IPA-1.
    
Anggun menoleh ke arah Fathur. Biasanya kalau pagi seperti ini, Wildan sering menghampiri Fathur dan duduk disampingnya. Namun di sana belum ada kemunculan batang hidung Wildan. Atau mungkin Wildan memang belum datang?
    
"Ciee yang nyariin Wildan ya?" tebak Bella karna Anggun sedari tadi seperti mencari-cari keberadaan seseorang.
    
"Ah tau aja sih lo!" balas Anggun.
    
Aletha bersyukur ketika Anggun memang benar-benar mengikhlaskan Rafi. Pasalnya setelah Rafi meninggal, Anggun sering melamun dan menangis tiba-tiba. Namun seiring berjalannya waktu, Anggun mulai mengikhlaskan kepergian Rafi. Dan hampir satu bulan sekali, Aletha dan Bella sering menemani Anggun untuk mengunjungi makam Rafi walau hanya sekedar memberinya bunga dan mendoakan Rafi di alam sana agar tenang.
   
"Ciee yang ga sekelas ciee," celetuk Aletha.
  
  "Gue kesel sama Pak Roby, kenapa gue sama Wildan bisa ga sekelas?" omel Anggun. "Andai gue punya sekolah ini, udah gue atur biar sekelas sama dia."
   
"Tenang, jodoh ga bakal pergi kok. Walaupun lo ga sekelas, kalo hati lo deket pasti bakal kembali," ucap Bella.
    
Aletha melongo, sedangkan Anggun menatap Bella sambil menaikan sebelah alisnya, tidak biasanya Bella berkata bijak seperti itu kalau soal cinta. Biasanya ia lebih memilih diam daripada membalas. Namun ini berbeda.
    
"Tumben banget lo ngomong bijak, soal cinta pula," celetuk Aletha.
    
"Wah gue tau, pasti lo lagi baca novel romance 'kan?" Tunjuk Anggun. "Makanya jadi bucin begini?"
    
"Akhirnya lo berkembang," ucap Aletha, "aku bangga denganmu, Nak."
   
"Kan lo yang ngerekomendasiin novel romance ke gue, dan akhirnya gue beli deh," ucap Bella kearah Aletha sebari menunjukan novel yang ada di genggaman tangannya.
   
Aletha tersenyum miring. Ternyata seiring berjalannya waktu, banyak perubahan pada teman-temannya. Aletha belum sama sekali merasakan perubahan pada dirinya. Banyak yang mengatakan bahwa dirinya tambah cantik. Namun nyatanya, Aletha menganggapnya biasa saja. Tidak ada perubahan yang menonjol.
   
Kesehariannya di sekolah belajar, belajar, dan belajar. Tidak ada yang unik. Hanya saja Revan selalu mengisi hari-harinya dengan menjahilinya setiap kali Aletha bersantai di rumahnya.
    
"Nanti bakal ada murid baru di kelas kita katanya, cowok, baru pindahan." Ucapan Anggun seketika membuat Aletha menaikan sebelah alisnya.
   
Cowok pindahan? Siapa dia? Sekilas bayangan cowok yang ada di sebelah rumah Aletha pun terlintas. Apakah dia? Tapi sepertinya tidak mungkin bila memang benar. Tapi bisa saja itu terjadi. Tidak ada yang tahu kan? Jika memang itu menjadi nyata.
    
"Siapa?" tanya Aletha penuh antusias.
    
"Giliran cowok aja lo semangat, Revan mau lo kemananin?" sahut Anggun.
   
"Cari yang baru bolehlah ya," balas Bella.
   
"Yeuh dasar! Itu loh cowok yang katanya ganteng, alisnya tebel kayak ulet bulu, terus katanya rambutnya kayak oppa koriyah. Nggak tau dah siapa," jelas Anggun yang membuat Aletha semakin penasaran.
    
"Ah lo mah bikin penasaran aja." Aletha menyenderkan punggungnya ke kursi.
    
"Nanti juga lo bakal tahu," balas Anggun.
   
Dan tak lama kemudian guru yang terkenal killer pun datang. Siapa lagi kalau bukan Bu Nissa dengan-- cowok yang ada di belakangnya.
   
"Wow!" Aletha melongo, ia sedikit tak percaya bahwa dugaannya akan menjadi kenyataan. Cowok itu... adalah cowok yang disamping rumahnya.
  
  "Assalamualaikum murid-murid, selamat pagi," sapa Bu Nissa dengan senyuman. Tidak biasanya guru itu tersenyum, biasanya setiap pagi pasti selalu menampilkan wajah tegasnya dengan tatapan membunuh, namun kali ini berbeda.
   
"Wa'alaikumsalam, Bu. Selamat pagi!" ucap seisi kelas secara serentak.
    
"Kalian kedatangan murid baru, Arsen silahkan memperkenalkan dirimu," ucap Bu Nissa kearah cowok yang berdiri didepan kelas.
  
  Arsen? Batin Aletha.
   
Cowok berambut ala korea itu tersenyum, lengkungan senyuman pada bibir merah mudanya membuat Aletha terpana. Keajaiban Tuhan kalau Aletha sekelas dengannya.
    
Terima kasih, Tuhan.
    
"Perkenalkan saya Arsen Kharisma Arganta, saya pindahan dari SMA Starmoon," ucap Arsen memperkenalkan diri.
    
Semua murid langsung berteriak histeris. Pasalnya Arsen memang terlihat sangat tampan, apalagi tatapan matanya begitu sangat teduh. Termasuk Aletha yang kini menatap ketampanan cowok itu dalam diam. Jantungnya seketika berdetak cepat.
    
Sedangkan Anggun menoleh ke arah Aletha. "Gantengnya nauzubilah!" celetuk Anggun, di sana ada Aletha yang menatap murid baru tenpa kedip, "ngeliat cowok aja lo sampe ga kedip!"
    
Aletha terbangun dari lamunannya. Arsen sukses membuat Aletha begitu terpana kepadanya.
    
"Bagi ID line nya dong!" Sontak salah satu murid.
    
"Ga jaman ID line, nomer WA lah!"
    
"Alah! Nanti juga dia bakal masuk ke grup kelas, tinggal save aja nomernya."
    
Dan masih banyak lagi celetukan lainnya.

Aletha menatap keseliling kursi, namun tidak ada yang kosong selain kursi yang ada di sampingnya.
    
"Arsen silahkan kamu duduk di samping Aletha," ucap Bu Nissa sambil menunjukan kursi kosong yang berada di samping gadis itu.
Arsen mengangguk lalu menghampiri bangku kosong disamping Aletha. Aletha seketika terdiam sejenak, mata mereka saling bertemu ketika Arsen menghampirinya. Detakan jantung Aletha semakim cepat. Namun Aletha berusaha mengontrol nafsunya. Tahan Aletha.

"Hai," sapa cowok itu sebari duduk disampingnya.

    
Tolong! Aletha ingin guling-guling rasanya. Hatinya begitu sangat berbunga-bunga. Dan yang pasti ketika melihat cowok tampan, Aletha ingin terus tersenyum. Namun segalanya segera Aletha tahan.
    
"H-hai juga," balas Aletha dengan sedikit gugup.
    
"Lo cewek di samping rumah gue 'kan?"
    
Deg, ternyata cowok itu masih meningatnya. Aletha mengangguk dengan ragu, lalu cowok itu mengulurkan tangannya.
    
"Salam kenal, gue Arsen," ucap Arsen memperkenalkan diri sambil mengulurkan tangannya.
    
Aletha membalas uluran tangannya sebari tersenyum, "Aletha."
    
Setelah mereka berkenalan, mereka langsung menatap kedepan untuk memperhatikan Bu Nissa menjelaskan sebuah materi Biologi.
    
Karna Arsen belum mempunyai buku Biologi, akhirnya Arsen meminta Aletha untuk memakai buku paket Biologi bersama.
   
"Boleh barengan ga? Soalnya gue belum ada bukunya." tanyanya.
    
Aletha mengangguk meski ia merasa gugup. "Boleh-boleh."
    
Arsen begitu sangat ramah kepadanya, membuat Aletha tidak berhenti memandangi wajah cowok itu.
    
Dan sepertinya, Aletha mulai... jatuh cinta.

***

TBC

Vote dan komennya mana?



RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang