Chapter 8: membeli sayuran

172 31 14
                                    

Happy reading...

Melupakanmu tak semudah menghapus tulisan di atas pasir, tapi seperti menghapuskan tulisan yang ada di atas batu.

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Revan membuka matanya perlahan. Sinar matahari menerpa matanya yang masih setengah terbuka. Perlahan ia bangkit dan mengubah posisinya menjadi duduk. Ya, Revan baru saja bangun dari tidurnya.

Revan merasa dirinya baru saja bermimpi. Dan mimpinya itu bersama... Aletha. Revan tidak tahu ini bertanda apa, Aletha tiba-tiba muncul di mimpinya. Gadis itu tengah bersenda gurau bersama Revan di sebuah taman dalam mimpi itu.

Revan mengusap wajahnya, ia berjalan ke kamar mandi untuk mencuci muka, setelah mencuci muka, Revan berjalan ke balkon untuk menghirup udara pagi di sana.

Pandangannya tertuju pada balkon Aletha. Revan tak melihat tanda-tanda Aletha ada di sana. Sepertinya gadis itu masih tertidur. Toh, ini adalah hari sabtu. Kadang seorang suka bangun siang ketika hari sabtu seperti ini. Tapi Revan tak percaya kalau gadis itu masih tertidur di pagi ini atau mungkin saja gadis itu hanya tidak ingin ke balkon saja.

Revan berjalan menuju lantai bawah, di sana ada Nada-- Bibinya dan Arma-- Pamannya. Mereka tengah duduk di sofa ruang tamu sambil menonton televisi.

"Eh Revan udah bangun, sarapan dulu gih," ucap Nada ketika menyadari Revan menghampirinya.

Nada dan Arma adalah sepasang kekasih yang sudah mempunyai anak satu. Anaknya adalah perempuan yang masih berumur 10 tahun. Revan merasa lebih tenang ketika tinggal bersama Nada dan Arma, pasalnya mereka sangat baik kepada Revan. Tapi Arma kadang suka posesif sama Revan. Arma suka mengontrol Revan ketika Revan ada ujian dan menyuruhnya untuk belajar. Ia juga sering melihat hasil ujian Revan dan kadang Arma mengomelinya ketika melihat nilai Revan yang buruk.

Tapi Revan tak pernah mempermasalahkan itu. Baginya Nada dan Arma sudah sangat baik, mereka hanya menginginkan Revan untuk menjadi lebih baik. Meski Revan masih sering bermalas-malasan di kelas, tapi Revan akan mempelajari materi yang tertinggal itu pada malam hari di kamarnya.

Ya, Revan menadadak rajin ketika kelas 12. Semenjak kedua orang tuanya pergi meninggalkannya. Revan menjadi banyak berubah ke hal yang lebih baik.

"Iya, Tante. Makasih." Revan tersenyum ramah.

"Nanti kamu jangan lupa belajar ya, bentar lagi ada UTS, paman nggak mau nilai kamu jelek," ucap Arma. Revan pun mengangguk kepada pamannya itu.

"Oh iya, nanti Tante boleh minta tolong sama Revan nggak?" Nada membenarkan posisi duduknya.

"Minta tolong apa Tante?" tanya Revan.

"Tante nanti minta tolong beliin sayuran di supermarket, Tante ga bisa kesana, soalnya kadang Tante suka kecapean." Nada mengusap perutnya yang membesar. Nada memang sedang hamil, sudah 3 bulan membuatnya tidak bisa bekerja telalu keras.

Revan mengangguk, "Boleh Tante, tapi Revan nggak tau nama-nama sayuran sama bentuknya, Revan cuma tau makan."

Nada mendengus. "Yaudah kamu nanti perginya sama Aletha aja ya. Pasti dia tau sayurannya. Nanti Tante kasih catetannya ke kamu."

"Tapi Tan--"

"Percaya sama Tante, Aletha pasti mau kok," sambung Nada.

"Iya, Van. Paman juga percaya Aletha, dia anak yang baik, ramah, dan sopan. Mana mungkin dia nolak kalau kamu minta tolong sama dia." Arma tersenyum.

Bukan masalah Revan tidak mau membeli sayur, hanya saja hubungan Revan dan Aletha sedang tidak baik. Apakah Aletha masih mau bersama dirinya? Sedangkan posisinya hampir tergantikan oleh Arsen.

"Yaudah deh, nanti Revan sarapan dulu, mandi, terus nanti langsung beli sayur." Revan berjalan menuju dapur dan mengambil sarapan di sana.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang