Chapter 17: seperti mimpi namun nyata

116 18 1
                                    

Happy reading gaes...

Aletha memang menyukai Arsen, banget. Tapi Aletha tidak yakin jika Arsen akan menjadi miliknya. Arsen terlalu sempurna di matanya sehingga Aletha tak pernah teralihkan pandangannya dari wajah Arsen. Setiap kali Arsen tersenyum padanya, Aletha merasa dunianya seolah berhenti sejenak.
    
Aletha tidak tahu mengapa rasa cintanya begitu besar kepada Arsen. Bahkan Aletha tidak menyangka jatuh cinta teramat dalam akan terjadi pada sahabat kecilnya sendiri.
    
Pandangan Aletha yang semula hanya lurus kedepan, langsung terlonjak kaget ketika sebuah tangan kokoh mengenggam telapak tangannya yang mungil.
    
Aletha menoleh sekilas ke arah Arsen yang terlihat cool dan terlihat dingin kepada orang lain, tetapi tidak dengan Aletha. Arsen mengajak Alethe memasuki sebuah lift yang akan membawanya menuju lantai mall yang paling atas.
    
Sesampai di atas mereka berjalan kearah pintu yang agak jauh dari lift, lalu mereka membuka pintu tersebut. Sebelumnya Aletha memang tidak tahu kemana Arsen akan membawanya pergi. Namun setelah Aletha melihat rooftop mall yang begitu luas, Aletha menjadi terheran-heran. Ia baru pertama kali ke rooftop mall.
    
"Dingin banget!" Celetuk Aletha yang terlihat norak. Ia memandangi langit yang di penuhi bintang-bintang, juga bulan yang terlihat sangat menawan dan indah, persis seperti suasana hatinya yang kian senang.
    
Arsen tersenyum geli memerhatikan Aletha seperti bocah kecil yang baru saja menemukan hal baru. "Lo suka, gue juga."
    
"Tapi gue sukanya sama lo," lanjut Arsen. Aletha memberhentikan kegiatannya, ia menoleh kearah Arsen yang masih memerhatikannya tanpa kedip. Aletha mendengar lanjutan omongan yang dikeluarkan oleh Arsen. Rasanya terlalu fana jika memang nyata.
    
"Hah? Kenapa?" Aletha menoleh dan menghampiri Arsen yang berdiri di pinggir rooftop. Dipinggir rooptop itu terdapat dinding tipis yang membatasi, sehingga terlihat aman.
    
Semilir angin menerpa rambut Aletha yang tergerai bebas, pandangannya mengarah kedepan. Aletha berusaha menahan rasa gugupnya, karena suasana makin canggung.
    
"Tha, gue suka lo." Arsen menatap Aletha lekat. Aletha menoleh. "Gue mau kita lebih dari sekedar sahabat kecil."
    
Aletha terdiam terpaku. Arsen meraih kedua telapak tangan Aletha yang terasa dingin. "Gue bukan Revan yang selalu ada buat lo, tapi gue suka lo. Gue pengen jadi yang terbaik daripada Revan. Gue mau jagain lo."
    
Aletha masih terdiam seraya menatap Arsen tanpa kedip, menunggu Arsen melanjutkan berbicara. "Gue... suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue?"
    
Seperti ada euforia dalam benak Aletha. Terlalu fana jika menjadi nyata. Ucapan Arsen membuatnya salah tingkah dan tak tahu harus melakukan apa. Aletha belum menjawab ia membutuhkan beberapa detik untuk kembali sadar bahwa ini adalah kenyataan.
    
"Tha, kok diem?" tanya Arsen.
    
"Eh?" Aletha terbangun dari lamunanya. "Lo? Beneran suka sama gue?"
    
Bodoh! Seharusnya Aletha tak perlu menanyakan itu. Lagipula Arsen sudah mengatakannya bahwa Arsen suka padanya.
    
"Perlu gue berapa kali sih ucapin itu sama lo? Gue suka lo Tha! Gue mau jadi pacar lo dan jagain lo." Arsen merasa gemas dengan Aletha. Arsen juga merasa detakan jantungnya berdebar semakin lama semakin kencang. Namun Arsen manahan kegugupannya.
    
Aletha tersenyum malu. Ingin mengatakan 'iya' namun malu, semuanya tertutupi oleh rasa malunya atau bisa disebut gengsi.
    
Aletha mengangguk, lalu berkata, "Iya, gue mau jadi pacar lo."
    
Sebuah rasa senang yang tak bisa ditutupi. Arsen berjingrak-jingkrak seperti anak kecil yang baru saja dibelikan mainan oleh orang tuanya. Aletha tak bisa menahan senyumnya melihat tingkah Arsen yang diluar dugaan.
    
Arsen berbalik lalu menatap Aletha dengan lekat. Sebuah sambaran tanpa persetujuan. Arsen langsung mendekatkan wajahnya kearah wajah Aletha.

Hembusan napas cowok itu pun bisa Aletha rasakan secara dekat. Bahkan sangat dekat. Arsen mendekatkan bibirnya ke bibir Aletha. Dan sebuah ciuman pertama menodai bibir merah muda Aletha yang mungil.

     Cup.

Aletha terdiam terpaku, dirinya setengah sadar, selama ini ia tak pernah melakukan hal ini bahkan dengan Revan sekalipun, ia merasa dirinya terlalu diterbangkan tinggi ke angkasa sehingga bisa merasakan hal yang begitu indah hanya semalaman.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang