Happy reading...
Kunci suatu hubungan adalah saling percaya, jika itu tidak ada lebih baik sudahi daripada saling menyakiti.Revan menemani Marsya latihan drama malam ini, tepatnya di SMA Kusuma Bangsa. Karna bentar lagi akan ada acara perpisahan sekolah dan ujian nasional pun akan segera dilaksanakan. Maka dari itu, anggota drama pada malam ini berkumpul untuk mempersiapkan drama pada acara perpisahan nanti.
Revan menghela napasnya ketika Marsya belum juga keluar dari ruangan. Revan menyenderkan punggungnya di kursi panjang pinggir lapangan indoor. Sedari tadi tatapannya mengarah pada ruangan yang ada di seberang lapangan.
Tiba-tiba suara notifikasi ponsel Revan berbunyi. Ada pesan dari Tania. Revan membulatkan matanya ketika Tania meminta Revan mengawasi Aletha malam ini.
Revan mengetik sesuatu lalu sesaat kemudian ia mendengus. Lalu Revan mengetik pesan untuk Marsya.
Marsya: Sya, aku ada urusan. Kamu pulang sendiri aja ya. Nanti kalau kamu mau pulang,telpon aku aja, nanti aku pesenin taxi online ya.
Send.
Revan meraih jaket hitamnya dan langsung berjalan menuju parkiran tanpa memikirkan perasaan Marsya. Revan menyalakan motornya dan segera meninggalkan parkiran sekolah.
Revan langsung melajukan kendaraan di atas kecepatan rata-rata dan meninggalkan area SMA Kusuma Bangsa.✨✨✨
Arsen memberhentikan mobilnya di depan sebuah tempat yang lumayan sepi. Arsen membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Aletha keluar. Aletha cukup bingung kenapa Arsen membawanya ke tempat yang ada lorong sepi seperti ini. Hanya ada beberapa lampu yang menyala di setiap sisinya.
"Ngapain ke tempat sepi kayak gini?" tanya Aletha yang terlihat bingung.
"Aku mau bawa ke suatu tempat. Kamu ikut aku ya." Arsen langsung menggenggam tangan Aletha dan berjalan memasuki lorong itu.Pikiran Aletha sudah nethink. Apalagi suasana terlihat horor. Aletha bersiap siaga dalam dirinya bila suatu saat Arsen berbuat sesuatu.
Aletha memejamkam matanya, ia takut gelap. Melihat Aletha disampingnya yang ketakutan, Arsen menggenggam lebih erat tangan Aletha.
Beberapa menit kemudian, mereka berhenti di depan ruangan bercat putih. Arsen memasukan kunci ke knop pintu itu lalu pintu pun terbuka lebar.
Arsen mempersilahkan Aletha memasukinya. Aletha terpana dan menatap tidak percaya isi ruangan itu. Ruangan itu terlihat sangat berwarna. Dinding yang ada di sana di cat warna-warni sehingga terkesan ceria. TV dan lemari terusun rapi yang disertai bunga-bunga imitasi. Dan foto-foto yang tertempel disana pun terlihat rapi.
"Ini ruangan apa, Sen?" tanya Aletha dengan tatapan yang masih mengarah ke dinding.
"Ini ruangam aku. Aku suka diem disini buat belajar. Soalnya suasana disini sunyi, jadi buat kita konsen belajarnya." Arsen duduk di sofa panjang.
"Sini duduk, Tha." Arsen menepuk tempat duduk di sampingnya. Aletha pun duduk.
"Sejak kapan ini ruangan kamu?" tanya Aletha.
"Udah lama, dua tahun yang lalu ruangan ini emang udah ada.""Bukannya kamu pindahan ya? Kok kamu bisa punya ruangan ini?" Aletha menaikan alisnya.
Arsen sedikit gugup. "Ruangan ini dulunya punya adik aku. Sekarang jadi milikku. Aku juga dulu sering ke Jakarta, cuma ya, aku jarang ke ruangan ini."
"Adik? Kamu punya adik? Kok aku baru tau."
"I-iya aku punya adik. Hehe." Arsen terlihat sangat gugup. Lalu ia pun bangkit dan menyalakan televisinya."Adik kamu cewek atau cowok?" Aletha masih tertarik dengan obrolan ini, namun Arsen mengalihkan topik.
"Kamu mau nonton film horor ga? Aku punya beberapa film horor." Arsen menunjukan beberapa DVD
Aletha menghampiri Arsen dan melihat koleksi-koleksi DVD. Aletha melihat koleksi DVD itu penuh dengan film-film bergenre horror dan thiller.
"Kamu suka film psikopat?" tanya Aletha.
Arsen mengangguk. "Suka banget. Makanya aku koleksi DVDnya. Btw kamu mau nonton apa?"
Sejujurnya Aletha kurang suka dengan film horor karena akan membuatnya tidak bisa tidur. Alhasil Aletha memilih DVD film bergenre psikopat. "Aku mau nonton ini." Ajuknya pada Arsen.
Arsen mengangguk, lalu Aletha kembali duduk dan menunggu Arsen selesai menyalakannya.
Arsen kembali duduk di samping Aletha, tak lupa sebelumnya ia mematikan lampu yang ada di ruangan itu agar suasana menjadi mendukung. Arsen meletakan tangannya secara memanjang di kepala Aletha. Sedangkan kepala Aletha bersender di dadanya.
Film yang Aletha pilih terlihat sangat sadis, sehingga Aletha menutupi wajahnya beberapa kali ketika ada adegan pembunuhan. Sejujurnya adegan itu membuat Aletha menjadi mual. Berbeda dengan Arsen, cowok itu terlihat biasa saja tanpa menunjukan ekspresi mengerikan sedikitpun.
"Kamu udah biasa ya nonton beginian?" tanya Aletha dengan wajah ditutupi oleh bantal kecil.
"Ini film kesukaan aku, Tha. Aku suka banget sama fil beginian. Keren."
"Film sadis gini kamu bilang keren? Kamu nggak mau muntah liat adegannya?"
Arsen menggeleng. "Nggaklah, lagian itu biasa."
Dalam batin Aletha, Aletha merasa Arsen sedikit aneh. "Hah? Biasa? Sadis tau."
"Seorang psikopat juga nggak akan bertindak kejam Tha kalo nggak ada orang yang ganggu dia."
"AAAA!" Aletha sontak berteriak ketika ada adegan pembunuhan yang sadis. Ia menutupi wajahnya, merasa ketakutan, sehingga dada Arsen sedikit terasa sakit ketika kepala Aletha membentur dadanya saat berteriak tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalet
Teen Fiction[COMPLETED] [LENGKAP] Sequel Boy Bestfriend [Bisa dibaca lebih dulu] jadi kalian ga perlu baca cerita pertamanya karna akan tetap nyambung. "Sahabatan sama mantan? Kenapa nggak?" tanya Revan. "Udah jadi mantan bukan berarti ga boleh temenan 'kan?" ...