Happy reading...
Revan berjalan dengan santai menuju kelasnya, dengan kedua telapak tangan yang di masukan kedalam saku celana sebari mengedarkan pandangannya. Suasana sekolah masih terlihat sepi hanya ada beberapa murid saja yang baru berdatangan pada pagi ini.
Sebenarnya kemarin Revan hendak mengatakan semuanya soal keburukan Arsen kepada Aletha. Namun ketika melihat wajah gadis itu terlihat lelah, Revan mengurungkan niatnya dan lebih memilih mengawasinya saja. Revan tak mau menambah pikiran Aletha yang sedang berkecambuk.
Perlahan pandangan Revan tertuju pada seseorang yang berdiam sambil membaca buku di depan kelas 12 IPA-2.
Revan tersenyum miring dan menghampiri cowok itu yang terlihat kalem. Revan menghampiri dengan emosi yang masih tersimpan di dadanya. Sehingga semakin mendekati objek, langkah Revan semakin cepat dan langsung mengangkat kerah baju cowok itu.
Arsen tersentak. Revan menarik kerah bajunya dan mendorong Arsen sehingga membentur dinding ruangan.
"Lo apain Aletha bangsat!" Revan mencengkram dengan sangat erat sehingga Arsen nampak kesakitan.
"Berani-beraninya lo nodain bibir dia dengan lantang, lo pikir Aletha cewek gratisan? HAH?!" Nada bicara Revan mulai meninggi emosinya tidak bisa ditaha lagi.
Sedangkan Arsen, cowok itu bersikap santai, dan sekolah orang yang ada di hadapannya tidak membuatnya takut akan segala hal.
"Aletha cuma cewek culun yang gampangan," ucap Arsen santai.
"Maksud lo apa anjing?!"
"Dia cuma bisa pasrah ketika gue nodain bibirnya, tanpa melakukan gerakan penolakan." Arsen tersenyum licik. "Dia emang beneran jatuh cinta sama gue, gue pikir gue langsung bisa ambil keper--"
Bruk
Belum sempat Arsen menyelesaikan perkataannya, Revan sudah lebih dulu memukulnya. Arsen tersungkur ke lantai dengan noda memar yang menodai rahang tegasnya.
Revan menekan rahang cowok itu. "Ini belum seberapa. Sekali lagi lo apa-apain dia lo bisa habis sama gue saat itu juga, ngerti JING?!"
Revan membuang rahangnya lalu bangkit dan meninggalkan Arsen sendirian.
Arsen tersenyum menyeringai. Ini bukanlah hal yang berat baginya. Baginya semua bisa ia dapatkan demi memenuhi kebutuhannya, ya kebutuhannya.✨✨✨
Aletha melihat rahang Arsen memar. Aletha langsung menghampiri Arsen dengan wajah paniknya. Padahal baru saja cowok itu Aletha tinggal sebentar karna Aletha ada urusan organisasi.
"Kamu kenapa? Kok rahang kamu memar?" tanya Aletha.
Arsen hanya menggeleng sebari memegang rahangnya.
"Aku obatin ya? Kamu istirahat aja di UKS, aku yang bakalan jagain kamu di sana."
Arsen meraih telapak tangan Aletha yang menempel di rahangnya dengan sopan. "Ga usah, lagian cuma dikit doang."
"Kamu berantem? Sama siapa?"
Arsen tak menjawab melainkan hanya tersenyum. "Kamu ga perlu tau."
"Revan?"
Arsen menatap Aletha yang tengah menatap sambil duduk disampingnya sedari tadi. "Aku bilang kamu ga perlu tau. Mending sekarang kamu belajar, bentar lagi kan ulangan."
"Memar kamu ga diobatin dulu?"
Arsen menggeleng. "Ga usah Sayang. Udah gih sana belajar."
Aletha mengangguk. Lalu gadis itu meraih buku pelajarannya yang ada di tas dan membukanya. Aletha menduga bahwa semua ini perbuatan Revan. Karna baru saja semalam tadi cowok itu menanyakan Arsen tentang perlakuannya kepada Aletha.
Aletha mendengus sebal. Lagi-lagi Revan membuat ulah dan selalu saja begitu.✨✨✨
"Revan!" teriak Aletha.
Cowok yang merasa namanya dipanggil pun menoleh. Cowok berperawakan badboy itu tersenyum kepada sang pemanggil.
"Kenapa? Kangen ya?" Revan terkekeh. Padahal ekspresi Aletha terlihat serius.
"Lo nonjok Arsen lagi?" tanya Aletha.
Revan tampak sedang berpikir. "Hmm lupa. Emang kenapa?""Serius, Van. Lo nonjok dia?"
Revan menggeleng. "Hmm ga tau deh.""Ihhhh!" Aletha kesal. "Gue serius!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalet
Ficção Adolescente[COMPLETED] [LENGKAP] Sequel Boy Bestfriend [Bisa dibaca lebih dulu] jadi kalian ga perlu baca cerita pertamanya karna akan tetap nyambung. "Sahabatan sama mantan? Kenapa nggak?" tanya Revan. "Udah jadi mantan bukan berarti ga boleh temenan 'kan?" ...