Chapter 31: mengintai

122 14 0
                                    

Happy reading...

Dua hari kemudian, Aletha menyiapkan mental dan pikirannya dengan matang. Hari ini adalah hari sabtu, hari di mana semua siswa dan siswi berlibur. Namun tidak bagi siswa yang ingin mengikuti Test Beasiswa ke Inggris.
    
Salah satunya Aletha. Ia berdoa sedari tadi malam agar bisa mendapatkan hasil yang sempurna. Semua siswa yang memakai seragam putih abu-abu dipersilahkan memasuki ruangan kelas untuk mengikuti test.
    
Aletha duduk di kursi bagian tengah. Tidak ada temannya di kelas itu, melainkan di sana ada Wildan, ya Wildan!
    
Aletha tidak menyangka kalau Wildan juga ikut test. Aletha hendak menyapa Wildan yang tengah duduk di kursi samping pojok kanan Aletha, namun seperdetik kemudian, guru pengawas test datang dan meminta seluruh murid untuk tenang.
    
Aletha melihat suasana di kelas itu cukup canggung karna banyak murid pintar dari berbagai penjuru kelas yang mengikuti test ini. Aletha merasa minder. Namun Gio mengatakan bahwa Aletha harus percaya diri.
    
"Ada satu teman kita yang tidak bisa mengikuti test hari ini. Meski begitu, test akan tetap di lanjutkan. Ibu harap kalian tidak menyontek ya," ucap Ibu Guru yang mengawasi ruangan itu.
    
Aletha melantunkan doa-doa semoga harapannya kali ini bisa menjadi yang terbaik.

✨✨✨

    
Matahari siang mulai terik, Aletha menghela napasnya ketika berbagai test sudah ia hadapi dengan mulus pada hari ini. Saatnya ia pulang dan istirahat di rumah. Namun seorang menepuk pundaknya, membuat Aletha menoleh.
    
"Hai, Tha." Sapa cowok berperawakan sedang itu. Dia Wildan, cowok yang sudah menjadi kekasihnya Anggun.
    
"Eh hai! Lo ikut test juga, gue kira cuma gue doang."
    
Mereka akhirnya berjalan menuju depan sekolah. "Gue cuma coba-coba aja sih, iseng, ga niatan buat keterima."
    
"Ohh gitu," Aletha mengangguk-angguk.
    
Sesampainya di gerbang Aletha melihat mobil Arsen terparkir di sana.
    
"Hmm, Wil. Gue duluannya, udah di jemput doi. Bye!" Aletha melambaikan tangannya dan segera memasuki mobil berwarna hitam tersebut.
    
Wildan membalas lambaian tangannya sambil menatap Aletha memasuki mobil hitam itu.
    
Setelah itu, Wildan merogoh saku celananya dan mengetik pesan di sana.

Wildan: Van, Aletha sama Arsen

Revan:  Udah tau! Gue lagi ada di bagasi mobil Arsen. Walaupun pengap sih, tapi gue bisa ngikutin Arsen kemana aja hehe

Wildan: Serius njir? Lo di bagasi? Gila niat banget. Emangnya bagasi muat?

Revan:  Badan langsing kayak gue mana ga muat sih? Jok motor aja bisa. Udah ah gue mau nguping dulu

Revan: Jangan nelpon, nanti hp bunyi

Wildan: Iye

✨✨✨

    
"Hai, Sen!" sapa Aletha.
    
"Gimana testnya? Lancar?"
    
"Lancar banget. Lumayan sih, susah."
   
Arsen tersenyum. Lalu melajukan kendaraannya. "Di test ada apa aja?"
    
Aletha menceritakan semua soal-soal test secara lisan dan tulisan. Sedangkan Arsen antusias mendengarkannya.
    
"Pasti kamu laper kan? Kita mampir ke cafe dulu yuk!" Ajak Arsen.
    
Aletha sontak mengangguk dan menyetujui ajakannya.

"Boleh-boleh!"

"Oke." Arsen mengarahkan pandangannya kedepan. Oh iya setelah ujian nasional nanti aku mau ajak kamu ke suatu tempat yang belum pernah kamu kunjungi. Kamu mau ya?"

"Kemana?"

"Ada deh. Pokoknya spesial. Aku juga minta sama kamu jangan kasih tau Revan soal ini. Aku ga mau dia ganggu waktu berduaan kita. Itung-itung refreshing sebelum ujian nasional. Gapapa kan?"
    
Aletha mengangguk. "Oke."
    
Pergi ke suatu tempat? Wah ini mah harus ikut, batin Revan.
    
Mobil hitam milik Arsen mendarat di sebuah cafe. Aletha dan Arsen pun keluar dari mobil dan memasuki cafe itu.
    
Sedangkan Revan, cowok itu mengetik sesuatu di grup dirinya dan teman-temannya.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang