Chapter 13: pengganggu

131 25 4
                                    

"Gila-gila-gila! Revan nembak cewek, Tha. Mantap banget sih tuh orang! Seumur hidup gue baru liat Revan nembak cewek di tengah lapangan udah kayak di wattpad aja." Anggun histeris.

Mereka bertiga sedang berada di dalam kelas. Aletha memasukan semua bukunya ke dalam tas. Bel pulang sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu dan mereka bersiap-siap untuk pulang.

"Lebay banget sih lo!" celetuk Bella..

"Kebanyakan baca wattpad gitu tuh," celetuk Aletha.

"Tapi sumpah keren banget."

"Kemarin lo berantem sama dia. Sekarang lo malah puji dia. Mau lo apa hah?" Bella menatap Anggun.

Anggun tak sempat menjawab, karna tak lama kemudian Wildan datang menghampiri Anggun dan mengajak Anggun pulang bersama. Sukses ajakan Wildan membuat Anggun terdiam dan berhenti memuji Revan.

"Yuk pulang," ajak Wildan dengan gaya dinginnya.

Anggun langsung tersenyum malu. Ia mengangguk dan Wildan pun menggenggam telapak tangan Anggun membuat Bella dan Aletha iri.

"Bakalan ada yang jadian nih," celetuk Aletha.

"Apaan sih lo!" ucap Anggun sebari keluar kelas.

Tak lama kemudian, Fathur datang dan menghampiri Bella. Sontak membuat Bella menatap cowok berkacamata itu.

"Yuk balik," ajak Fathur.

Bella mengangguk, seperti biasa mereka selalu pulang bersama. Namun Aletha merasa heran sampai sekarang, kenapa Bella dan Fathur tak jadian. Padahal mereka sudah sedekat nadi. Bahkan orang tua mereka sudah akrab. Tapi mungkin Bella yang menganggap Fathur hanyalah sebagai sahabat. Meski Aletha tahu, Fathur menyimpan perasaan hanya untuk Bella.

"Cie Teteh Bella bareng Aa Fathur!" Celetuk Aletha. Bella menoleh kebelakang dan menatap Aletha dengan tatapan tajam. Seolah berkata, "Awas lo!"

Alhasil tinggallah Aletha sendirian di dalam kelas. Aletha berjalan menuju keluar kelas. Sekilas ia melirik kearah kelas Revan yang tampak sepi. Sepertinya Revan sudah pulang bersama Marsya.

Aletha berjalan seorang diri menuju perpustakaan untuk menyusul Arsen. Setibanya di sana, Aletha memasuki perpustakaan. Ada Bu Nara yang senantiasa menjadi penjaga perpustakaan di sana.

Aletha tersenyum kearah Bu Nara. "Sore Bu," ucap Aletha. Lalu berjalan menuju meja tempat Arsen membaca sebuah novel.

"Udah mau balik?" tanya Arsen ketika Aletha sudah duduk di sampingnya.

Aletha mengangguk. "Tapi kalo lo masih mau di perpustakaan juga gapapa. Gue siap nemenin lo baca novel."

"Nggak ah. Gue mau balik sama lo. Lagian 'kan hari ini kita mau tutor." Arsen bangkit dan meraih jaket hitamnya.

Aletha tersenyum lalu berjalan keluar perpustakaan dan mengikuti Arsen di belakangnya. Arsen tiba-tiba menggenggam telapak tangan Aletha membuat cewek itu terlonjak kaget. Tidak biasanya Arsen memperlakukannya seperti ini.

"Biar kayak orang-orang," ucap Arsen dengan tatapan yang mengarah kedepan.

Aletha tidak bisa menolak karena dirinya menyukai Arsen. Aletha hanya tersenyum malu. "Tapi... kita nggak pacaran."

"Emang genggam tangan harus pacaran juga?"

Aletha terdiam. Kejamkah Arsen mengatakan hal itu? Padahal Aletha 'kan juga butuh kepastian. Masa udah sayang-sayang tapi belum juga jadian. Mau dibawa kemana perasaannya. Aletha hanya terdiam pasrah dan sampailah mereka di mobil hitam yang terparkir di parkiran sekolah. Arsen membukakan pintu mobil dan mempersilahkan Aletha untuk memasukinya.

Setelah itu barulah Arsen juga ikut memasuki mobil. Arsen menstater mobilnya dan segera meninggalkan area sekolah.

Sampai beberapa menit, mereka sampai di pekarangan rumah Aletha. Aletha mengajak Arsen memasuki rumah. Aletha melihat di ruang tamu seperti biasa ada Tania yang tengah duduk di sofa bersama Alika sambil menonton televisi.

Tania langsung bangkit ketika menyadari Aletha membawa seseorang. Tania sempat membulatkan matanya ketika melihat wajah Arsen yang babak belur.

"Aletha pulang, Mah!" teriak Aletha sambil menyalimi Tania begitu pun Arsen.

Tania datang dan melihat Arsen yang wajahnya babak belur. "Arsen kok muka kamu babak belur begitu?" tanya Tania.

Arsen ikut menyalami Tania, lalu Arsen tersenyum sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. "Gapapa, Tante."

"Kamu baru berantem ?" tanya Tania.

Arsen mengangguk. "Iya Tante, biasa urusan cowok. Arsen ga ngelawan, dianya yang mulai duluan," jelas Arsen. Dan Tania pun mengangguk ragu.

"Udah di obatin?"

"Udah, Tan, tadi disekolah." Tania hanya mengangguk. Kalau Revan yang babak belur, pasti sudah meminta Aletha untuk mengobatinya. Namun kali ini beda orang, Tania pun bersikap cuek.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang