Chapter 24: Cry?

112 15 1
                                    

Happy reading..

Ga ada wanita di dunia ini yang mau cintanya diduain.


Revan berjalan menuju taman belakang sekolahnya ketika mendapati pesan dari Marsya. Cowok itu berjalan dengan santai dengan kedua tangan dimasukan ke dalam saku celananya. Ia menghampiri gadis berambut dikucir kuda tersebut yang tengah duduk sendirian di kursi panjang yang ada di sana.

Tatapannya langsung menoleh kearah Revan ketika menyadari kedatangan Revan. Revan langsung duduk di samping gadis itu. Dilihat dari ekspresi wajahnya, Marsya terlihat ingin membicarakan sesuatu.

"Kak Revan aku mau ngomong penting," ucap Marsya memulai pembicaraan. Revan tak membalas, ia menunggu perkataan yang akan Marsya lontarkan selanjutnya. "Kakak udah janji sama aku untuk ga berhubungan lagi sama Kak Aletha 'kan? Tapi kenapa di kantin tadi aku liat kakak terus merhatiin Kak Aletha bareng sama Kak Arsen? Kenapa kakak ga liat kearah aku aja?" Marsya menatap Revan dengan mata sendu.

Revan menghela napasnya. Tatapan cowok itu langsung mengarah kedepan. "Kamu jangan terlalu posesif gitu, jangan pernah ngerasa cemburu sama Aletha." Revan kembali menoleh kearah Marsya. "Kamu yang aku perioritaskan saat ini, bukan Kak Aletha."

"Aku boleh minta satu permintaan lagi?" tanya Marsya yang dihadiahi anggukan dari Revan. "Aku mau kakak berhenti kepoin Kak Aletha dan fokus hanya sama aku."

Revan langsung terdiam. "Aku ga bisa janji sepenuhnya soal itu."

"Kenapa kak?" Marsya menaikan sebelah alisnya.

"Karena kalian berdua penting, bahkan ketika kamu ngeblok nomer Aletha, aku merasa ga rela. Karena kalian berdua orang yang aku cintai."

Marsya menatap Revan dengan tatapan tak percaya. Hati Marsya terasa tergores ketika mendengar pernyataan itu. Ia merasa seperti ditusuk oleh belati. Ia tak menyangka kalau Revan akan memilih keduanya. Bahkan Marsya merasa bahkan kasih sayang yang diberikan oleh Revan dibagi dua dengan Kak Aletha.

"Tolong jangan buat aku benci sama Kak Aletha, Kak," ucap Marsya. "Ga ada wanita di dunia ini yang mau cintanya diduain."

Revan menatap Marsya dengan intens, begitupun Marsya. "Aletha sahabat aku, aku punya kewajiban untuk jagain dia. Dan ini adalah konsekuensi setiap orang yang mau pacaran sama aku. Rasa perhatian dari aku harus dibagi dua sama Aletha, meski dia cuma sahabat aku."

Marsya menjadi diam tak berkutik. Marsya lihat, Revan memang egois.

✨✨✨


Aletha menatap buku pelajarannya yang tergeletak diatas meja belajar. Malam ini Aletha berniat untuk belajar dan mengejakan tugas sekolah. Ia sudah mengumpulkan niatnya dari tadi sore sepulangnya dari rumah Arsen. Jangan berpikiran negatif dahulu, Aletha di rumah Arsen hanya tutor Kimia, tidaklah lebih.

Ujian sekolah akan dilaksanakan dua minggu lagi, oleh karena itu ia berniat untuk lebih rajin belajar. Aletha membuka buku pelajaran yang disukainya, matematika.

Namun ketika Aletha hendak membuka buku pelajarannya, tiba-tiba ponselnya berdering. Aletha melirik ponselnya dan ternyata ada panggilan vidio dari Arsen. Sontak Aletha langsung berjingkrak kesenangan, gadis itu segera membenarkan penampilannya dan segera mengangkat panggilan dari Arsen.

"Haii!" Sapa Aletha ketika panggilan tersambung. Di layar ponselnya langsung muncul wajah Arsen. Cowok itu tersenyum kearahnya, tentu membuat Aletha juga ikut tersenyum.

"Lagi apa?"

"Lagi mau belajar."

"Ohh, aku ganggu ya?"

Aletha menggeleng. "Nggak kok, lagian aku cuma iseng aja. Lagian tugas aku udah di selesaikan semua." Aletha berbohong, padahal tugasnya masih banyak yang harus di selesaikan.

Mereka terus mengobrol lewat vidiocall sampai tak terasa waktu sudah menunjukan pukul sembilan malam. Aletha langsung menyembunyikan ponselnya ketika Tania mengetuk pintu kamarnya.

"Aletha tidur, nak!" teriak dari luar kamar.

"Iya, Mah!" jawab Aletha. Lalu beberapa menit kemudian tidak ada suara lagi dari liar kamar dan Tania tidak masuk ke dalam kamar Aletha.

Aletha menghela napasnya, lalu melanjutkan mengobrol dengan Arsen sampai waktu menunjukan pukul tengah malam. Aletha sudah menguap beberapa kali, ia merasa mengantuk, namun ia tahan karena ia masih ingin mengobrol dengan Arsen.

Bahkan secara tidak sadar, ponsel Aletha jatuh ke wajahnya dan Aletha pun tertidur dengan posisi ponsel yang masih menyala.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang