Chapter 41: Kangen

131 18 0
                                    

Tentu, setelah kelulusan SMAnya, Revan dan Aletha tidak merayakan hari kelulusan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tentu, setelah kelulusan SMAnya, Revan dan Aletha tidak merayakan hari kelulusan itu. Bahkan acara party graduation yang diadakan di sekolahnya, mereka tak datang.

Bukan tanpa alasan, Revan tak mau merayakan hari kelulusan itu jika Aletha tidak ada disana. Bahkan Anggun, Bella, Fathur, dan juga Wildan tidak ikut merayakan. Karena mereka rasa ini semua tidak harus di rayakan jika ada salah satu diantara mereka tidak ada.

Semuanya demi solidaritas. Bella dan Anggun tak mungkin bersenang-senang ketika Aletha sakit di rumah sakit.

Sebulan kemudian.
    
Revan membuka matanya perlahan ketika cahaya mulai memasuki ruangan melalui jendela yang terbentang jelas di depan mata. Revan menggosok-gosok matanya lalu menatap kearah gadis yang masih setia menutup matanya.
    
"Bangun, Tha. Udah pagi," ucap Revan dengan senyuman palsu. "Kapan sih lo bangun? Ga kangen gue?"
    
Tentu saja Aletha tidak akan merespon karena masih setiap tertidur. Revan bangkit dari duduknya, hendak mencuci wajahnya yang terlihat seperti orang baru bangun tidur.
    
Beberapa saat kemudian ia kembali ke ruang perawatan Aletha. Namun ketika ia masih mengeringkan wajahnya, Revan melihat jari Aletha bergerak.
    
Cepat-cepat Revan menghampiri Aletha dan memanggil namanya.
   
"Aletha! Lo bangun? Tha? Lo udah sadar? Aletha?" Meski tak ada respon dari gadis itu. Revan masih tetap setia memandanginya dan menyebut nama 'Aletha' beberapa kali.
    
Aletha perlahan membuka matanya, sepertinya inilah saatnya ia terbangun dari bunga tidur yang sudah menimpanya selama sebulan. Perlahan matanya terbuka sempurna. Aletha menatap Revan yang tengah menatapnya.
    
"Revan," ucap Aletha sewaktu pertama kali sadar.
   
Revan meraih tangan gadis itu dan menciumnya. "Iya, Tha. Ini gue." Revan tersenyum. "Ini gue, Revan yang lo sayang."
    
Aletha tersenyum manis, lalu Revan segera memeluk tubuh gadis itu dengan posisi terbaring. "Gue kangen sama lo, Tha."
   
Aletha membalas pelukan itu secara perlahan, "Gue... kangen lo juga."

✨✨✨

    
Revan menyuapi sesendok demi sesendok bubur ke mulut Aletha. Awalnya gadis itu menolak ketika diajak sarapan. Namun seorang Revan mampu meluluhkan hati gadis itu. Aletha berhasil dirayu untuk makan oleh Revan dengan ancamannya.
    
"Kalau lo ga makan nanti gue tinggalin lagi loh..." ucap Revan.
    
"Hmm yaudah gue mau makan deh!" Pasrah Aletha.
    
"Nah gitu dong, coba buka mulutnya aaaa... pinter." Revan menyuapi Aletha bak anak kecil yang tengah disuapi makanan oleh Ibunya ketika sedang bermain.
    
Aletha hanya terkekeh kecil melihat Revan memanjakan dirinya. Aletha bersyukur, setidaknya Revan benar-benar kembali seperti yang dulu. Revan yang Aletha kenali. Bukan Revan yang dingin.
    
"Selama gue koma, lo ngapain? Nungguin gue bangun?"
    
"Menurut lo? Lo pikir enak nunggu? Gue khawatir banget tau ga? Apalagi pas liat lo kecelakaan di depan mata gue sendiri."
   
Aletha malah terkekeh melihat Revan cemberut. "Segitu khawatirnya kah?"
    
"Iyalah, sampe gue ga makan seminggu gara-gara lo." Mendengar itu Aletha tersenyum. Berarti itu tandanya Revan masih menyayanginya.
    
"Lo mau rencana kuliah dimana?" tanya Aletha.
    
Revan langsung berhenti mengaduk-aduk buburnya, dan menoleh menatap Aletha yang masih menguyah bubur di mulutnya.
    
"Hah? Hmm gue ga tau, Tha. Hehe." Revan tersenyum samar.
    
"Jangan bohong, Van. Lo ga bisa bohong kalau sama gue. Muka lo beda."
    
Revan terdiam sejenak dan mengalihkan pandangannya menatap bubur yang ada dihadapannya.
    
Aletha meraih wajah Revan dan menempelkan kedua telapak tangannya di pipi cowok itu. Mereka saling bertatap-tatapan. "Lo mah kuliah dimana?"
   
Revan terteguh, ia menatap tiap lekukan wajah gadis itu dengan tatapan dalam. Revan ingin mengatakan sejujurnya, namun entah kenapa ia belum bisa kali ini.
    
Revan menaruh bubur di meja. Lalu meraih kedua telapak tangan Aletha. "Mending lo istirahat dulu aja ya. Pulihin tenaga lo dulu." Revan tersenyum samar lalu mengecup kedua telapak tangan Aletha.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang