Chapter 38: Kenyataan (2)

123 18 0
                                    

Lanjutan Chapter sebelumnya..

Siapkan hati dan pikiran kalian ya:)

Happy reading..

***


"Tha gue beli--LO NGAPAIN BUKA DIARY ITU?!" Arsen melotot ketika diary miliknya ada di tangan Aletha "GA SOPAN! BUAT APA LO BUKA-BUKA?!" Arsen merampas kasar buku diary itu dari tangan Aletha.

Aletha gerogi. "Lo bukan Arsen! Lo Bara, orang yang dulu nyulik gue ditengah hutan!" Aletha menjauhkan dirinya dari orang yang kini sudah Aletha anggap sebagai Bara bukan lagi Arsen.

"Tha, gue Arsen bukan Bara dan gue--ga kenal sama Bara yang lo maksud." Bara mendekatkan tubuhnya. Wajahnya mendekat kearah wajah Aletha. Bara hendak mencium bibir gadis itu. Nafsu yang sejak lama ia pendam sepertinya akan diluapkan malam ini juga. Dan malam ini akan menjadi malam yang indah untuk Bara

"Sayang, malam ini kita bersenang-seneng ya? Kita nikmati malam ini di hotel sebagai hari perayaan kelulusan kita ya."

"Nggak Bara! GUE GA MAU! LO UDAH GILA! LO SINTING!" Aletha berteriak histeris bagaikan bertemu seorang monster yang sebentar lagi akan melahapnya dan menghabisinya malam ini. Aletha benar-benar takut ia tak tau harus meminta tolong pada siapa. Pintu mobil sudah Bara kunci secara keseluruhan.

Dan alhasil tidak ada yang bisa mendengar teriakan Aletha dari dalam mobil. "BARA PLIS LO UDAH GILA KELUARIN GUE SEKARANG! GUE BENCI SAMA LO! GUE TAKUT!"

"Teriak saja Aletha Sayang. Teriak. Percuma ga akan ada yang dengerin teriakkan kamu karna mobil ini kedap suara."

Bara tersenyum miring. Ia mulai membuka kancing kemeja Aletha karma malam ini Aletha memakai pakaian berkemeja. "Kita nikmati malam ini ya my dear. Kamu bukan hanya berteriak meminta tolong, tapi kamu juga akan berteriak kesakitan."

Gila! Bara sudah gila. Aletha tidak bisa membayangkan kalau Bara sampai merebut masa depannya. Tidak! Aletha tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia sudah menjaga mati-matian masa depannya untuk suaminya kelak, bukan untuk cowok bajingan dan psikopat seperti Bara!

Aletha menatap keluar jendela sebari mengetuk-ketuk kacanya. Meminta tolong kepada kepada siapa saja yang ada diluaran sana untuk menolong dirinya di dalam mobil. Namun takdir tak berpihak pada Aletha. Diluar sana orang tampak tak menyadari bahwa ada yang meminta tolong karma tampak sepi.

"TOLONG! SIAPAPUN YANG ADA DISANA TOLONG GUE!!!"

"Nggak akan ada yang denger Aletha Sayang. Jangan takut. Kita akan seneng-seneng malam ini."

Aletha terisak mencoba menjauhkan tubuh Bara ketika dia mulai mencium lehernya. "Berhenti sebelum gue patahin leher lo psikopat!"

"Sebelum lo patahin leher gue, lo akan mati di tangan gue!"

"Bara pliss jangan ngelakuin itu. Aletha terus melakukan penolakan namun Bara semakin menjadi-jadi. "Plis jangan hancurin diri gue!"

Plak

"BERHENTI LO UDAH GILA!" Aletha menampar pipi mulus milik Bara dan mendendang perut Bara. Ia menangis sesegukan berharap ada yang menolongnya saat ini juga. Aletha takut tubuhnya bergemetar hebat. Revan tolong gue.

"BANGSAT!" Bara marah. Ia menatap tajam ke arah Aletha. Lalu sedetik kemudian dia menyalakan mobilnya. Entah apa yang akan Bara lakukan selanjutnya. Dan ternyata mobil Bara akan meninggalkan café ini. Bara memundurkan mobilnya lalu melaju dengan kecepatan sangat kencang meninggalkan café.

Aletha takut kecepatan kendaraan. Tubuhnya yang semula melemas sekarang tambah ketakuran bergemetar. Kedua tangannya mencengram erat jok tempat duduknya. Matanya tertutup. Aletha takut. Bahkan banyak sekali sumpah serapah yang diteriaki oleh pengendara lainnya ketika mobil Bara melaju. Bahkan Bara dengan santai menerobos lampu merah.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang