Happy Reading...
Jangan dengerin kata dia. Gue ga seburuk apa yang dia omongin sama lo. Dan ada hal yang harus lo tau, dia ga sebaik apa yang lo liat.
Aletha berjalan seorang diri dengan santai menuju lokernya. Selangkah demi selangkah ia lakukan dan sampailah dirinya di depan loker. Aletha membuka lokernya tersebut yang letaknya ada di paling atas diantara loker yang lain. Ia memasukan beberapa buku paket yang cukup tebal ke dalam loker itu. Sengaja agar tas Aletha tidak terasa berat karna membawa buku paket tebal-tebal itu.
Namun saat Aletha menutup lokernya, ia menoleh ke kiri dan ada Revan yang tengah menyilangkan tangannya sedangkan punggungnya menyender di loker.
Pandangan mereka bertemu. Tatapan mereka sama-sama dalam. Sorot mata antara keduanya seperti sama-sama menyimpan sesuatu. Sudah lama tak menatap seperti ini, sehingga ketika terjadi lagi menjadi agak canggung.
"Aletha." Suara bas tersebut memanggil Aletha.
Aletha menelan salivanya. Pikirannya bercampur aduk, disertai detakan jantung tak beraturan. Tangannya meremas ujung rok, lalu seperdetik kemudian tatapannya menunduk.
"Apa?"
"Gue mau ngomong sama lo... Penting."
Revan bangkit dan menegakan tubuhnya. Kedua tangannya dimasukan ke dalam saku celana, matanya menatap dengan dalam gadis yang ada di hadapannya.
"Gue tau lo suka Arsen, tapi gue mohon, lo jangan terlalu berlebihan suka sama dia," lanjut Revan.
Aletha menegakan kepalanya. "Maksud lo apa ngomong gitu?"
"Dia ga sebaik apa yang lo liat, dia bajingan."
Aletha tersenyum meremehkan. "Ck! Bukannya yang bajingan itu justru lo ya?"
Revan terdiam. "Maksudnya? Gue 'kan ga ngelakuin apa-apa, udah tobat."
"Lo dua hari yang lalu pergi ke club kan? Tanpa sepengetahuan gue?"
Revan terdiam tak sejenak.
"Lo tau dari siapa?"
"Gue tau dari Arsen." Aletha menatap dingin ke arah Revan.
Arsen? Berengsek! batin Revan.
"Van, gue tau hubungan kita lagi ga baik. Tapi gue ga mau lo kayak dulu lagi. Suka pergi ke club. Pake pakaian bad. Gue ga suka, Van!" Aletha menahan emosinya. "Lo mabuk, 'kan disana?"
Revan langsung membulatkan matanya. "Mabuk? Nggak, Tha! Gue cuma nemenin Leon di sana. Gue ga mabuk sama sekali."
"Bohong!" Nada Aletha mulai meninggi. Untung saja suasana di sekitar loker itu tampak sepi. "Ga mungkin lo ga mabuk di sana. Arsen udah cerita semuanya sama gue dan gue yakin kalo dia ga bohong."
"Jangan dengerin kata dia, gue ga seburuk apa yang dia omongin sama lo. Dan ada hal yang harus lo tau, dia ga sebaik apa yang lo liat." Revan menatap lekat sisi gadis yang ada di hadapannya. "Tha, please. Gue ga mau lo kenapa-kenapa. Gue mohon lo jauhin dia. Berhenti, Tha."
"Gue ga percaya lagi sama apa yang lo omongin!"
"Tha, lo sahabatan sama gue dan kenal sama gue udah berapa lama sih? Arsen itu orang baru, lo langsung percaya aja gitu sama orang baru kayak dia? Belum tentu dia baik buat lo!"
"Sebanyak apapun lo bilang tentang Arsen, gue ga akan berubah pikiran. Gue tetep akan suka sama dia."
Revan membuang pandangannya. "Lagian lo punya hak apa ngatur gue? Gue butuh kebahagiaan, Van. Ga cuma lo aja."
"Gue bisa putusin Marsya demi lo. Gue tau kok lo cemburu sama Marsya, 'kan?" Tanya Revan memastikan. Karna selama ini Revan hanha bisa melihat raut wajah cemburu Aletha ketika Revan bersama Marsya.Aletha tak menjawab. Ya, Van. Gue cemburu karna lo sama Marsya terus, batin Aletha. Gadis itu langsung berbalik dan pergi meninggalkan Revan sendirian. Revan masih terdiam di tempat tanpa mengejar gadis itu. Setelah punggung Aletha kian menjauh dan kemudian hilang dari pandangannya, tiba-tiba seorang laki-laki datang menghampiri Revan dengan tatapan licik.
"Gimana rasanya dibenci sama MANTAN lo?" Arsen datang dan langsung menghampiri Revan yang diam mematung menatap kearah depan.
"Ga enak ya kalo status cuma sahabatan. Ga ada hak lebih," lanjut Arsen. Seperdetik kemudian cowok itu tersenyum miring.
"Cowok berengsek tetep di pandang berengsek di mana pun lo ada," ucap Arsen.
Revan menggumpalkan tangannya. Jari-jari tangannya bersiap untuk meninju cowok itu.
"Lo yang berengsek Jing!" Revan menoleh dan menatap Arsen. Tatapan cowok itu sangatlah tajam. "Bajingan! Lo udah fitnah gue bangsat! Padahal seharusnya lo yang bajingan karna ke club malem-malem dan ketemu sama cewek-cewek seksi yang ada di sana. Lo sama aja udah nyelingkuhin Aletha tanpa sepengetahuan Aletha!"
Arsen bersikap tenang seolah lawannya adalah butiran debu yang tak bermakna. Revan meraih kerah seragam cowok itu, namun Arsen tetap bersikap tenang.
"Lo berani tonjok gue? Gue bakal sakitin Aletha," ancam Arsen dengan tatapan meledek.
"Jangan jadiin dia sebagai ancaman!"
"Emang lo pikir gue jadian sama dia biar apa? Biar bisa bikin lo ga seenaknya nonjok gue lagi, Van. Selama ini Aletha adalah salah satu kelemahan lo. Lo berani macem-macem sama Aletha, gue ga akan segan buat macem-macem sama dia."
Revan menatap tajam ke arah Arsen, perlahan ia melepaskan cengkramannya.
Arsen meninggalkan Revan sendirian setelah selesai mengatakan hal tersebut. Langkahnya sangat santai dengan kedua tangan di masukan ke dalam saku celana.
Revan menghela napas beratnya. Jika Aletha adalah ancaman yang di gunakan Arsen, Revan harus berhati-hati dengan Arsen. Itu tandanya Revan harus kembali membututi Aletha di manapun gadis itu berada agar senantiasa terjaga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalet
Teen Fiction[COMPLETED] [LENGKAP] Sequel Boy Bestfriend [Bisa dibaca lebih dulu] jadi kalian ga perlu baca cerita pertamanya karna akan tetap nyambung. "Sahabatan sama mantan? Kenapa nggak?" tanya Revan. "Udah jadi mantan bukan berarti ga boleh temenan 'kan?" ...