Happy reading
Aku ingin seperti air putih.
Sederhana tapi sangat berarti.✨
Revan dan Aletha tidak langsung pulang melainkan mampir ke cafe coffee yang letaknya tak jauh dari supermarket."Gue pesen minuman dulu ya? Cappucino 'kan?" tanya Revan ketika Aletha sudah duduk di kursi dekat jendela cafe.
Aletha mengangguk. Revan sudah tahu jenis kopi kesukaannya. Cowok itupun berjalan memesan kopi dan beberapa kemudian ia kembali lalu duduk di hadapan Aletha.
"Cewek yang bareng lo dua hari yang lalu siapa?" tanya Aletha ketika Revan sudah duduk di hadapannya.
"Ohh yang waktu itu... dia Marsya, adik kelas kita. Kenapa emang?" Aletha menggeleng, membuat Revan menaikan sebelah alisnya. "Lo cemburu?"
Aletha langsung cepat- cepat menggeleng. "Nggak! Gue ngga cemburu." Aletha langsung mengalihkan pandangannya dan tak memilih untuk melihat kearah Revan. Walaupun Revan tengah memerhatikannya.
Jantung Aletha tiba-tiba berdegub sangat kencang. Entah perasaan apa yang ia rasakan, tatapan Revan sukses membuatnya salah tingkah.
"Lo kok ngeliatin gue gitu banget sih?" tanya Aletha.
"Hah?"
"Lo jangan ngeliatin gue kayak gitu ah." Aletha menunduk lalu beberapa menit kemudian ia mendongkrak lalu menunduk lagi. Aletha kalau salah tingkah emang lucu, apa aja ia lakukan walaupun kadang buat orang gemas.
"Habisnya lo kalau lagi salting suka lucu. Ngelirik kesana-kesini bikin orang pengen ngeliatin lo terus." Lagi-lagi Revan mengacak gemas rambut Aletha yang di gerai dan membuat rambut gadis itu berantakan.
"Ah apaan sih!" Aletha membenarkan rambutnya. "Makanya punya rambut panjang biar ga usah ngacak-ngacak rambut gue terus."
"Jangan ah, kalau rambut gue panjang, nanti lebatnya ngalahin rambut lo, hehe." Revan terkekeh membuat Aletha memutar bola matanya malas.
"Dasar!"
"Yeuh Kunyuk!"
"Apaan sih Ibab."
"Ih kasar."
"Bodo!"
Begitulah seterusnya, sampai dengan mereka selesai menikmati secangkir kopi di cafe tersebut, Aletha dan Revan kembali memasuki mobilnya untuk segera pulang.
Revan menstater mobilnya menuju pekarangan rumah Aletha, lalu langsung melesat menuju pekarangan rumah Revan. Setelah Revan memarkirkan kembali mobil milik pamannya ke garasi, Revan berjalan memasuki rumahnya. Di sana sudah ada Nada yang tengah memasak di dapur.
"Ini Tante, sayurannya." Revan meletakan sayuran di dekat westafel.
"Makasih sayang," ucap Nada. "Kamu tadi beli bareng Aletha?"
Revan mengangguk. "Pasti seger-seger sayuran yang dia pilihin," lanjut Nada. Sedangkan Revan hanya tersenyum kecil."Revan mau kerumah Aletha dulu ya, Tan." Revan pergi berjalan keluar rumah dan langsung mengunjungi rumah Aletha.
Di sana Aletha tengah membantu Tania menghidangkan kue yang baru saja matang.
"Assalamualaikum," salam Revan.
"Wa'alaikumsalam," balas Aletha dan Tania secara bersamaan."Revan, sini Nak cobain kue buatan Aletha dulu." Tania memberi isyarat kepada Revan untuk duduk di kursi makan.
Revan mengangguk sebari menghampiri Aletha dan Tania yang menyiapkan kue di meja makan.
"Tunggu, Van!" Aletha mencegah Revan ketika cowok itu hendak mengambil kue.
"Lo yakin mau makan kue buatan gue? Gue takut lo malah sakit perut."
Revan menggeleng. "Apaan sih lo, gue kan laper." Revan langsung melahap kue buatan Aletha ke dalam mulutnya.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik"Kue buatan lo enak juga." Revan mengambil lagi kue buatan Aletha lalu melahapnya. "Enak kok."
Aletha merasa lega kita Revan mengatakan hal itu. Ia kira kue buatannya tidak enak karna Aletha baru belajar membuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalet
Teen Fiction[COMPLETED] [LENGKAP] Sequel Boy Bestfriend [Bisa dibaca lebih dulu] jadi kalian ga perlu baca cerita pertamanya karna akan tetap nyambung. "Sahabatan sama mantan? Kenapa nggak?" tanya Revan. "Udah jadi mantan bukan berarti ga boleh temenan 'kan?" ...