Happy reading...
Share cerita ini ke temen-temen kalian juga ya. Makasihhh❤
Revan berjalan dengan santai, pagi-pagi sekali ia datang ke sekolah. Tidak seperti biasanya memang. Tapi entah dorongan apa Revan merasa semangat. Ujian nasional akan diadakan beberapa minggu lagi, berbagai ujian telah ia lewati minggu lalu. Saatnya ia mempersiapkan diri untuk bertemu ujian yang akan menentukan kehidupan selanjutnya.
Revan berjalan menuju kelasnya, namun ia mengerutkan keningnya ketika melihat Marsya duduk di kursi panjang depan kelasnya.
Revan menghampiri Marsya dengan santai. Seolah semalam tidak terjadi apa-apa.
"Halo sayang? Kok tadi berangkat duluan? Kenapa ga bareng sama aku?" tanya Revan sambil duduk di samping Marsya.
Marsya menoleh dengan tatapan sendu. "Aku mau kita putus."
Mendengar pernyataan itu Revan menoleh . "Hah? Putus? Ga salah denger?"
"Iya, putus. Itu kan yang kakak mau?"
"Kenapa minta putus? Masih pagi, Mar. Jangan bikin omongan yang ga jelas. Kamu laper? ke kantin yuk!" Revan meraih pergelangan tangan Marsya, namun Marsya menjauhi tangannya.
"Nggak usah ngalihin pembicaraan, Kak. Dari awal kakak jadian sama aku cuma pengen cari pengganti Kak Aletha kan? Sebenernya kakak ga beneran suka sama aku, kakak cuma pengen aku jadi pelampiasan kakak aja kan?" Wajah Marsya kian memerah. Sebari mengigit bibirnya, Marsya menahan tangisan.
Revan menatap Marsya tak percaya. Ini kali pertamanya Revan diputusin sama cewek setelah sekian beberapa bulan mereka berpacaran, dan ini adalah pacaran terlama yang Revan jalani.
"Kamu jangan bercanda, Mars. Semalem aku ada urusan makanya ga bisa jemput kamu. Aku juga ketiduran dan lupa mesen taxi buat kamu."
"Iya kakak ada urusan, urusan sama Kak Aletha kan? Kakak lebih mentingin dia dari pada keselamatan aku!" Marsya bangkit dari duduknya. "Sekarang aku mau kita putus. Kakak bebas pergi sama siapa aja, kita udah ga ada ikatan."
Marsya hendak pergi meninggalkan Revan, namun Revan menahan pergelangan tangannya. "Jangan buat keputusan kalau lagi marah. Jangan gitu Mars. Aku tau kamu marah, tapi jangan sampe hubungan kita berakhir."
"Kamu tau? Ini adalah pacaran terlama yang aku jalani. Sebelumnya aku belum pernah ngerasain pacaran terlama sama cewek sampai beberapa bulan. Kamu adalah orang yang buat aku ngerasa berbeda, Mars." Lanjut Revan.
"Kak, pacaran macam apa yang kayak gini. Bahkan kakak ga tau kan kalo semalam aku hampir aja diapa-apain sama cowok, kakak ga tau kan?" Marsya menahan tangis. "Jelas kakak ga tau, karna kakak emang ga pernah mau tau. Kakak cuek, beda kalau deket sama kak Aletha. Aku ngerasa emang kita ga sefrekuensi kak!"
Marsya melepaskan genggaman Revan. "Makasih Kak atas semuanya. Aku harap Kakak bahagia sama Kak Aletha, bukan sama aku." Marsya mencoba tersenyum sebelum akhirnya meninggalkan Revan sendiri.
Tangisan Marsya pecah ketika sudah meninggalkan lantai 3. Marsya menangis sesegukan di tangga. Suasana sekolah masih sepi dan kemungkinan tidak ada yang tahu bahwa ada orang yang menangis.
Marsya mengusap air matanya ketika ada siswa yang melihat keberadaan. Marsya langsung berpura-pura sok tegar meski perasaannya sangat rapuh. Ini adalah resiko berpacaran dengan orang yang memiliki sahabat perempuan. Kasih sayangnya kadang harus di bagi dua.✨✨✨
Revan mengacak rambutnya frustasi kenapa semalam ia bisa benar-benar melupakan Marsya? Revan penasaran, bagaimana nasib gadis itu ketika malam hari?
Revan melipat kedua lengannya di atas meja dan menelungkupkan wajahnya sebari menunggu bel tiba. Pikirannya pagi ini benar-benar kacau. Dan membuat ia tidak mood.
"Van, Revan! Ada berita heboh, Van!"
Revan yang merasa pundaknya diguncang oleh seseorang, cowok itu langsung mendongkrak menatap Aldo dan Leon yang tengah berdiri di hadapannya.
"Apaan sih Buntel! Ganggu gue tidur aja," balas Revan.
Aldo menunjukan layar ponselnya, ada video Revan dan Marsya tengah berbicara di depan kelasnya.
"Lo putus sama Marsya? Gila satu sekolah langsung pada tau! Kok bisa sih, Van?" tanya Leon.
Revan menaikan sebelah alisnya ketika melihat video tentang putusnya Revan dan Marsya tersebar satu sekolah dengan cepat. Revan geleng-geleng kepala.
"Pasti yang nyebarin tukang gosip nih, ini dari siapa emangnya?" tanya Revan kepada Aldo.
"Ga tau, yang ngasih ga diketahui namanya. Gue dapet dari grup kelas, emangnya lo ga buka grup?" Revan menggeleng. "Gila, Van. Gue bener-bener ga nyangka kalo lo diputusin sama cewek. Langka banget! Biasanya 'kan lo yang mutusin duluan."
"Kampret!"
"Lagian lo kenapa sih segala ga jemput Marsya? Lupa? Atau sibuk sama Aletha?" Lagi-lagi Leon mengungkit-ungkit.
"Berisik lo berdua! Lagian orang-orang kenapa sih suka banget gosip? Jaman sekarang yang suka gosip ga cewek doang ya, lo cowok juga sama. Heran gue!" Revan kembali menelungkupkan wajahnya. "Bodo amat udah mau lulus, bentar lagi gue ga disini lagi."
"Eh udah ada guru!" Sontak salah satu murid di kelas itu. Semua siswa tampak duduk di bangkunya masing-masing, termasuk Revan yang langsung duduk tegak.
"Tapi boong!" lanjutnya.
"Bacot bambang!"
"Kampret!"
"Gebukin sekelas yuk!!"
Revan mendegus sebal. Lagi-lagi ia benar-benar kesal dengan temannya. Revan pun kembali tertidur sampai bunyi bel pun tidak ia dengar.
Beberapa menit kemudian, Revan membuka matanya perlahan ketika suasana kelas hening.
Setengah mata Revan mulai terbuka dan akhirnya membuka sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalet
Teen Fiction[COMPLETED] [LENGKAP] Sequel Boy Bestfriend [Bisa dibaca lebih dulu] jadi kalian ga perlu baca cerita pertamanya karna akan tetap nyambung. "Sahabatan sama mantan? Kenapa nggak?" tanya Revan. "Udah jadi mantan bukan berarti ga boleh temenan 'kan?" ...