Chapter 37: Kenyataan

109 17 0
                                    

Siapkan hati karna part ini agak menguras emosi

Happy reading...

Kecewa rasanya ketika orang yang kamu percayai menyembunyikan sesuatu darimu. Ditambah lagi dengan kenyataan yang membuatmu semakin tak berdaya.


***

Arsen berjanji bahwa setelah Ujian Nasional, cowok itu akan mengajaknya berkencan. Seperti saat ini Aletha mengatakan kepada Arsen untuk ketemuan di cafe langganan mereka.

Untuk keluar rumah saja, Aletha harus mengumpat-umpat, karena Aletha tahu, Tania tidak akan memberinya izin bila keluar pada malam hari. Ya, saat ini jam dinding pada cafe menunjukan pukul delapan malam.

Aletha menyeruput minuman pesanannya. Entah mengapa Aletha merasa kehadiran seseorang. Aletha tersenyum miring dan mengadahkan kepalanya.

Arsen. Cowok itu malam ini terlihat sangat tampan. Dia selalu mengenakan pakaian andalannya, yaitu kaos oblong berwarna putih yang dibaluti kemeja polos berwarna merah maroon, yang dipadukan dengan celana jeans hitam. Sepertinya mengenakan pakaian kemeja adalah gaya favorite pakaian Arsen.

"Hai, Sayang. Maaf udah bikin lama nunggu. Soalnya tadi sibuk hehe." Aletha baper. Pipinya merah setiap kali Arsen memanggilnya dengan panggilan 'Sayang'. Aletha tebak pasti sekarang pipinya tengah memerah. Toh Aletha merasa pipinya memanas.

"Hai juga, iya gapapa. Lagian aku juga baru dateng kok." Bohong Aletha berbohong. Jujur, Aletha sudah menunggu Arsen 30 menit yang lalu. Dan Aletha berbohong hanya tak mau Arsen merasa bersalah. Emang dasar bucin!

Arsen tersenyum merasa gemas ketika pipi gadis itu memerah. Ia duduk berhadapan dengan Aletha. "Tungguin di mobil aja ya. Aku mau pesen makanan sama minuman buat kita jalan-jalan."

Aletha mengangguk menurut saja. "Iya deh." Ia bangkit dan berjalan keluar cafe sedangkan Arsen berjalan menuju meja pemesanan makanan dan minuman yang akan ia bawa nanti.

Aroma bunga mawar segar tercium dengan damai ketika Aletha baru saja membuka pintu mobil milik Arsen. Sepertinya Arsen baru saja mengganti pengharum ruangan mobilnya. Biasanya dulu aroma mobil Arsen wangi buah jeruk bukan mawar segar.

Entah mengapa Aletha masih agak asing dengan udara yang ada di mobil itu. Seketika pandangan Aletha teralihkah ke arah laci mobil Arsen. Aletha tersenyum jail. Sudah lama sekali ia tidak kepoin isi laci punya orang hehe. Kan Aletha memang kepoan orangnya.

Alhasil Aletha membuka laci itu, disana banyak berbagai macam barang yang menarik perhatian. Salah satunya ada boneka beruang coklat dengan--WHAT?! Kepalanya buntung. Aletha memerhatikan boneka itu. Sepertinya kepala boneka itu dibuntungi dengan sengaja bukan tidak sengaja. Terbukti dengan robekan rapi dipinggir leher bekas robekan itu yang-- seperti digunting.

Aletha menjadi was-was untuk apa Arsen melakukan hal semacam ini? mengapa harus boneka beruang yang notabene boneka kesukaan Aletha. Seperdetik kemudian tatapan Aletha beralih kearah buku diary berwarna merah maroon, sepertinya itu milik Arsen.

Aletha tahu ini tak sopan membuka buku diary milik orang lain tanpa seizin yang punya, tapi Aletha merasa bahwa Arsen menyembunyikan sesuatu darinya. Aletha mulai membuka buku diary itu dimulai dari halaman pertama.

Nama gue Bara Alexander, gue pencinta film misteri, film psikopat, dan film sadis lainnya yang menurut gue menarik dan yah gue rasa gue mulai suka darah.

Aletha kaget mulutnya terbuka lebar dan tangan kanannya langsung menutup mulutnya yang terbuka. Siapa Bara? Dan kenapa dia bisa suka sama darah?
Aletha kembali membaca halaman selanjutnya dan melewatkan tentang pikirannya tadi. Ia harus cepat-cepat mengetahui keseluruhan isi buku itu sebelum Arsen datang.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang