Chapter 2: ga rela

317 50 13
                                    

Typo bilang yakkk

Vote dan komennya harus! Wajib! Mesti! Aku maksa😋

Happy reading❤

🌸🌸🌸

Bilangnya mau ngelepasin alias move on, tapi hatinya masih ga rela.

***

Aletha, Bella, dan Anggun sudah sampai timezone yang sering mereka kunjungi. Bella berjalan menuju kasir untuk mengisi kartu timezone, lalu Aletha dan Anggun menunggu di tempat duduk.
    
Di timezone tersebut sangat ramai, banyak anak dibawah 15 tahun sedang bermain disana bersama orang tuanya. Beberapa menit kemudian, Bella datang.
    
"Ayok, kita main gaes!" ucap Bella.
    
"Lo isi berapa kartunya?" tanya Aletha.
    
"Lima ratus ribu cukup ga?" tanya Bella.
    
"Nanti kalo kurang isi lagi aja," ucap Anggun.
    
Aletha, Anggun, dan Bella segera mencoba banyak permainan di sana. Mereka mencoba permainan capit boneka terlebih dahulu. Aletha menyapit boneka beruang berwarna coklat berukuran sedang, tetapi boneka itu gagal untuk ia dapatkan. Aletha merasa kecewa, mengapa setiap kali ia main capit boneka tidak pernah menang? Sepertinya ada sebuah masalah pada mesin capit boneka tersebut.
    
"Makanya kalo mau main capit boneka kudu pake teknik." Revan datang entah dari mana. Dia tidak sendiri, melainkan ditemani dua orang yang ada dibelakangnya, Wildan dan Fathur.
    
Wildan datang dengan penampilan seperti biasanya, rambutnya tertata rapi, memakai kaos oblong berwarna putih yang dibaluti kemeja polos berwarna navy. Sedangkan Fathur, cowok berkacamata itu mengenakan kaos oblong berwarna hitam yang dibaluti jaket warna army.
    
"Yeuhh main ga inget umur kalian," celetuk Wildan.
    
"Kalian kok ada disini? Lo juga, Wil. Ngapain kesini?" tanya Anggun.
    
"Mau main bareng lo lah." Wildan mengucapkannya dengan santai. "Lo kalo mau main timezone ga bilang-bilang sih."
    
"Yeuh suka-suka gue dong! Lagian 'kan gue mau main bertiga sama mereka."
    
Revan tidak mengubris obrolan Anggun dan Wildan ia malah meraih tangan Aletha yang masih memegang penggerak mesin capit boneka. Revan menggeser kartu timezone yang ada di tangan Aletha dan ia segera memainkannya. Aletha merasa dirinya canggung ketika tangan Aletha digenggam oleh Revan. Jarak wajah antara keduanya juga sangat dekat, wajah Revan tepat berada di kuping kiri Aletha, sedangkan mata lelaki itu fokus pada penggerak capit boneka.
    
Jantung Aletha  berdegub kencang saat itu juga. Perlakuan cowok itu sukses membuat Aletha ingin pingsan karna merasa tidak kuat ketika jarak wajahnya cukup dekat. Bahkan deru napas Revan saja bisa Aletha rasakan.
    
"Lo tuh kayak angka yang sering muncul di materi Statistika Matematika, Van. MODUS!" celetuk Fathur.
    
"Berisik!" balas Revan.
    
"Udah yuk, mending kita main yang lain, oh iya, gue sama Fathur juga udah ngisi kartunya kok," ajak Wildan.
    
Bella dan Anggun meninggalkan Revan dan Aletha berduaan. Aletha merasakan detakan jantungnya semakin tak beraturan. Ia sama sekali tidak terfokus pada penggerak mesin capit boneka.
    
Revan mencapit boneka beruang coklat, lalu ia mengarahkan boneka itu ke lubang persegi, setelah itu tiba-tiba Revan menggerakan etalase mesin tersebut membuat boneka beruang tersebut jatuh ke lubang. Tak di sangka Revan mendapatkan boneka tersebut.
    
"Lo curang ya?" Aletha menatap Revan tak percaya. Berani sekali ia menggerakan etalase capit boneka demi mendapatkan boneka beruang.
    
"Kalo ga curang bukan main namanya."
    
"Kalo orang ada yang liat gimana?" tanya Aletha.
    
"Nggak bakal," ucap Revan sebari menaikan alisnya dan tersenyum miring. Ia mengambil boneka beruang dan memberikannya pada Aletha. "Gue tahu lo suka boneka beruang."
   
"Makasih." Aletha meraih boneka tersebut.
    
"Photoboth yuk!" ajak Revan. Tanpa menunggu persetujuan, Revan segera menarik pergelangan tangan Aletha. Dan mereka memasuki ruang foto.
    
Disana Revan menggeserkan kartu timezonenya dan bersiap untuk berfoto bersama Aletha. "Jangan lupa senyum ya," ucap Revan.
    
Aletha mengangguk. Beberapa detik kemudian, kamera tersebut memotret Revan dan Aletha. Siapapun yang melihat mereka berfoto akan merasa gemas. Mereka tampak seperti couple goals. Kemistery mereka juga tercipta sangat kuat, sehingga siapapun yang melihatnya akan merasa iri.
   
Aletha memeluk boneka beruangnya, lalu Revan mendekati tubuhnya dengan tubuh Aletha, tak lupa ia merangkul Aletha agar terlihat seperti couple goals.
    
Selesai berfoto, Revan memilih beberapa foto untuk di cetak. Lalu beberapa menit kemudian, mesin foto itu mengeluarkan selembar foto yang berisikan 3 baris foto, yang 1 barisnya ada dua foto berdampingan.
    
"Gemes ih!" celetuk Aletha.
    
"Iyalah, kan lo fotonya sama gue," balas Revan.
    
"Pipi boneka beruangnya tembem kek pipi lo!" celetuk Revan.
    
Aletha langsung mencubit pinggang cowok itu. "Pipi tirus begini dibilang tembem. Belum aja gue cubit ginjalnya."
   
"Cubit aja kalo bisa. Palingan juga ga bisa."
    
Aletha mencoba mencubit pinggang Revan, namun cowok itu lincah dalam menghindar membuatnya kesulitan.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang