Happu reading zeyeng...
Motor ninja milik Revan mendarat dengan halus di depan gerbang SMA Kusuma Bangsa. Tepat seperti dugaan Aletha, gerbang tersebut sudah di tutup rapat.
Aletha turun dari motor lalu berjalan dengan sedikit berlari kearah gerbang. Ia memegang geruji besi gerbang tersebut.
"Pak Satpam! Bukain gerbangnya dong!" teriak Aletha.Pak satpam menghampirinya. "Maaf, gerbang udah waktunya di tutup. Kalau kalian telat berarti ga boleh masuk."
"Tapi Pak saya harus masuk sekolah hari ini." Aletha bermohon.
"Nggak, sudah sana kamu pergi." Pak satpam itu pergi meninggalkan Aletha dan kembali memasuki sebuah pos.
Aletha menghampiri Revan yang tampak santai, ia masih duduk di atas motornya dan masih mengenakan helm. "Gimana acara bermohonnya? Gagal?"
Aletha mengerucutkan bibirnya. "Lo kok ga bantu gue sih? Lo juga kenapa ga ngasih rokok buat nyogok Pak Satpam?"
Revan tersenyum miring dari balik helm full facenya. "Gue udah ga ngerokok Aletha."
Aletha menatap Revan tak percaya. "Lo pasti bohong 'kan?"
"Kan lo yang nyuruh gue berhenti. Gue berhenti ngerokok karna lo tauk!"
"Masa sih lo ga nyimpen rokok sebatang pun?"
"Nggak!" Revan menegaskan kembali. "Ya udah yuk, sekarang naik ke motor. Kita jalan-jalan aja," ajak Revan."Terus kita ga masuk sekolah hari ini? Ihh! Revan mah sesat." Aletha mengalihkan pandangannya karna merasa kesal.
"Percuma pasti nanti bakalan dihukum sama Pak Roby kalo lo masuk pun." Aletha menatap Revan sambil memasang pupil eyes, membuat Revan tidak tega melihat gadis itu. "Ya udah gue bakal coba rayu Pak Satpam."
Kini Revan turun dari motor dan berjalan kearah pagar. "Pak Satpam!"
Satpam itu pun menghampiri Revan. "Boleh masuk ya, Pak. Kasian pacar saya udah melas-melas mukanya." Revan sebari mengeluarkan beberapa pecahan uang lima puluh ribu dari saku celananya dan memberikan pada Satpam tersebut.Dengan halus, Satpam itu membuka gerbang dan mempersilahkan Aletha dan Revan untuk memasukinya. "Cepat masuk sebelum kalian ketahuan," ucap Pak Satpam.
Revan cepat-cepat memasukan motornya ke dalam gerbang tanpa menstater, takut deru motornya terdengar oleh warga sekolah. Alhasil mereka memarkirkan motornya terlebih dahulu di parkiran. Dan berjalan mengendap-endap perlahan untuk menuju lantai 3.
Sesampai di lantai 3, barulah mereka memasuki kelas masing-masing.
Aletha membuka pintu kelas. Semua pandangan tertuju padanya. Aletha menghela napasnya, ia sangat beruntung di kelas belum ada guru yang mengajar, bahkan guru yang terkenal disiplin pun belum memasuki kelas.
Cepat-cepat ia duduk di bangku kosong samping tubuh Arsen. Bella dan Anggun merasa heran sambil menatap Aletha, tak biasanya gadis itu terlambat. Pernah sih beberapa kali Aletha terlambat, namun semenjak saat itu ia tidak lagi terlambat, tapi ini? Ia terlambat lagi.
"Kemana aja lo?" tanya Anggun yang menoleh ke arah Aletha.
"Kesiangan gara-gara nulis cerita semalem," balas Aletha yang di hadiahi anggukan Anggun, dan Anggun kembali menghadap ke depan.
Sedangkan Arsen juga sama menoleh kearah Aletha yang tengah mengeluarkan buku pelajarannya. "Lo kok bisa kesiangan? Tadi berangkat bareng siapa?" tanya Arsen.
Aletha menoleh sambil tersenyum kikuk. "Hehe, gue berangkat bareng Revan, semalem gue nulis cerita sampe ga sadar kalo udah tengah malem, akhirnya besoknya gue kesiangan. Hehe."
Arsen hanya mengangguk-angguk, dalam hatinya ia merasa sedikit cemburu karena Aletha masih berhubungan dengan Revan. Arsen kembali terfokus ke depan, sebelum pada akhirnya guru killer sekaligus disiplin pun memasuki kelas. Dia adalah guru Biologi, siapa lagi kalau Bu Nissa dengan wajah galaknya.✨✨✨
"Kak Revan, nanti malem sibuk ga?" tanya Marsya yang membuat Revan menoleh kearahnya.
"Engga, kenapa emangnya?" balas Revan.
Seperti biasa setiap jam istirahat Revan selalu bersama Marsya. Mereka adalah sepasang kekasih yang baru saja jadian beberapa hari yang lalu. Dulu biasanya ketika jam istirahat Revan selalu bersama teman-temannya yang lain, namun kali ini ia selalu bersama Marsya.
"Gitu tuh! kalo temen udah punya pacar, temen sendiri suka dilupain," celetuk Leon di sudut kantin.
"Kalau udah putus balik lagi ke temen," sambar Fathur yang tak kalah pedas omongannya.
Revan menoleh sekilas sebari menatap tajam kearah teman-temannya. Lalu sedetik kemudian, Revan kembali menatap Marsya.
"Kita nonton yuk!" ajak Revan.
Marsya yang tengah memakan semangkuk bakso langsung menatap tak percaya. "Serius kak?"
"Serius dong! Aku kan ga pernah ajak kamu nonton, lagian nanti malem, kamu ga sibuk 'kan?"
Marsya mengangguk sambil tersenyum malu. "Emangnya mau nonton apa?"
"Film horror mau?"
Marsya mengangguk, "Boleh Kak."
"Oke, kalo gitu nanti malem aku jemput kamu di rumah ya." Revan tersenyum, beberapa detik kemudian ia mengacak rambut Marsya. "Jangan lupa dandan yang cantik-- eh nggak usah deng, kamu kan udah cantik. Hehe."
Lagi-lagi Revan sukses membuat pipi Marsya bersemu merah seperti tomat matang. Marsya tidak membalas ucapan Revan dikarenakan ia merasa sedikit gugup.
Tak lama kemudian, dari pintu masuk kantin, Aletha dan Arsen datang dan langsung duduk di meja kantin yang tak jauh dari posisi Revan dan Marsya duduk.Aletha tampak nyaman dengan Arsen. Ia juga sempat melirik kearah Revan, namun beberapa detik kemudian ia membuang pandangannya kearah lain.
Revan merasa semakin Aletha dekat dengan Arsen, kedekatan Revan dan Aletha juga semakin berkurang. Revan tak bisa lagi menjaili Aletha di sekolah karena Revan sudah menjadi milik Marsya.✨✨✨
Gimana rasanya terjebak dalam friendzone? Pastinya ga enak, begitupun yang dirasakan oleh Anggun. Anggun sudah lama menyimpan rasa untuk Wildan, namun Wildan belum juga membalas perasaannya.
Kedekatan Anggun dan Wildan terjalin semenjak Rafi meninggalkannya. Anggun merasa cintanya bertepuk sebelah tangan. Anggun tak tahu kenapa Wildan belum memberikannya kepastian, akahkan Wildan menganggap Anggun hanya sebagai sahabat?
Anggun merasa hatinya tak karuan ketika Wildan mengenggam tangannya. Jantung Anggun berdetak tak karuan ketika Wildan memperhatikannya. Akankah semua itu tak bermakna? Sampai kapan Anggun akan digantung seperti jemuran?Sampai pada akhirnya saat ini Wildan mengajak Anggun untuk pergi ke taman belakang sekolah. Katanya Wildan akan membicarakan hal penting. Taman belakang sekolah memang sepi, hanya ada tumbuhan-tumbuhan dan beberapa pohon di sana. Awalnya Anggun menolak, namun ketika melihat wajah Wildan yang tampak serius tidak seperti biasanya, Anggun menjadi penasaran.
Anggun dan Wildan berjalan bersamaan menuju taman belakang. Ketika mereka sampai di sana, mereka berhadap-hadapan dan saling pandang.
Anggun melihat manik mata hitam pekay itu menatapnya dengan dalam. Cowok berambut yang disertai jambul itu memasang wajah serius.
"Gue mau ngomong sesuatu sama lo." Wildan mengawali sebuah percakapan. Suasana tampak menegang. "Tentang persahabatan kita," lanjutnya.Anggun mengerutkan keningnya. "Emangnya kita kenapa?"
"Gue ngerasa... kita udah beda. Gue merasakan hal itu."
"Maksudnya?"
Wildan menghela napas beratnya. "Sebenernya... gue... gue suka sama lo."
Kalimat itu berhasil membuat Anggun diam terpaku saat itu juga. Anggun tak tahu harus berkata apa, yang jelas ia merasa ada rasa senang dalam hatinya yang sekarang menjalar keseluruh tubuh hanya dengan kalimat sederhana penuh makna.
"Gue suka sama lo semenjak pertama kali kita ketemu, bahkan sebelum Rafi ngenalin lo ke gue..." jelas Wildan."Tapi ketika gue tau kalau Rafi suka sama lo, gue milih mendem perasaan gue sendiri dan mengikhlaskan lo bersama Rafi daripada sama gue," lanjutnya.
"Gue sama Rafi udah berteman sejak lama sampai pada akhirnya kita menyukai satu wanita yang sama. Sampai pada suatu hari ketika Rafi ninggalin kita semua, gue ngerasa sedih, kenapa orang yang berarti dalam hidup gue harus pergi ninggalin gue secepat itu."
Sekilas pikiran dan kenangan tentang Rafi melintas di pikiran Anggun. Anggun ingin menangis, namun ia tahan dengan cara menggigit bibir bawahnya.
"Tanpa gue duga, Rafi nyuruh gue jagain lo dan Rafi tau gue suka sama lo dari Revan."
"Revan ceritain semuanya ke gue, gue pikir rasa suka gue ke lo ga bakal terbalaskan. Dan sampai detik ini, gue bisa deket sama lo, Gun."
Wildan meraih kedua telapak tangan Anggun. Anggun merasa jantungnya mulai memompa dengan cepat, desir darahnya terasa tak beraturan sampai pikirannya berkecambuk memikirkan apa yang akan dikatakan Wildan selanjutnya.
"Gue mau lo jadi pacar gue, dan jadi milik gue." lanjut Wildan.
Deg. Anggun terdiam sejenak.
"Lo mau jadi pacar gue?" lanjut Wildan dan membuat Anggun ingin melayang-layang diangkasa.
Anggun sempat berkedip dan menatap Wildan yang ada di hadapannya. Memastikan kalau ia berada di dalam dunia nyata dan bukan hanya hayalan semata.
"Gimana? Lo mau? Jangan bilang kalo lo ga suka gue."
Anggun tersenyum, seburat kebahagiaan itu tidak bisa ia sembunyikan. Meski Anggun tak mungkin berjingkrak-jingkrak karna senang di depan Wildan.Tak lama kemudian, Anggun mengangguk malu. "Iya, gue mau jadi... pacar lo, Wildan."
Wildan meloncat seketika sambil berteriak, "Akhirnya!"
Dan tanpa menunggu persetujuan, Wildan memeluk Anggun dan mengecup kening gadis itu membuat Anggun merasa tak percaya.
Cup.***
TBCVote ☆ + koment 💬
KAMU SEDANG MEMBACA
Revalet
Teen Fiction[COMPLETED] [LENGKAP] Sequel Boy Bestfriend [Bisa dibaca lebih dulu] jadi kalian ga perlu baca cerita pertamanya karna akan tetap nyambung. "Sahabatan sama mantan? Kenapa nggak?" tanya Revan. "Udah jadi mantan bukan berarti ga boleh temenan 'kan?" ...