Chapter 1: tetangga baru

445 49 25
                                    

Update woyyy

Kalau ada yang typo komen yak

Vote nya jangan lupaaa😉

✨✨✨

Hari minggu, hari dimana semua orang bersantai. Aletha membuka jendela kamarnya, sinar matahari kian memasuki celah jendela kamarnya dan menyinari sebagian ruangan kamar Aletha.

Aletha keluar dari kamar menyapa Tania dan Adit yang sedang sarapan pagi.

"Pagi, Mah-pah," sapa Aletha dengan senyuman sumeringah. Ada Alika dan Gio di sana yang juga sedang ikut sarapan.

"Gue ga di sapa?" tanya Gio yang baru saja melahap roti selai stroberi buatan Tania.

"Pagi Abang tersayang," ucap Aletha.

"Geli." Gio terkekeh. Aletha mencubit pinggang Gio dengan cubitan tajam. "Aww! Sakit bego!"

"Mah, Bang Gio ngomong kasar," ucap Alika kepada Tania.

"Mampus!" pekik Aletha.

"Maaf, Mah. Spontan, hehe." Tania menatap Gio sambil menggelengkan kepalanya.

"Inget umur, bentar lagi kamu nikah. Harus bisa jaga bahasa," nasihat Tania.

Aletha yang sedang mengoleskan selai pada rotinya langsung menoleh. "Abang mau nikah sama siapa? Udah ada calonnya?"

Gio menyengir sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Udah, mungkin gak lama lagi bakalan nikah setelah lo lulus SMA nanti."

Sedih dan senang semua bercampur aduk di benak Aletha. Sedih karna sesudah lulus SMA nanti Gio akan meninggalkan Aletha dan Alika. Dan senang karna Gio sudah memiliki pendamping hidupnya. "Abang gak lama lagi bakal ninggalin gue sama Alika dong?" ucap Aletha dengan wajah cemberut.

"Makanya sekarang lo jangan songong mulu kalau sama gue."

"Abang yang nyari ribut sih!" Sergah Aletha yang tak mau kalah.

"Lo yang jahilin gue mulu!"

"Sok tau!"

"Lo yang sok ta--" belum sempat Gio menyeleseikan ucapannya, Adit langsung memasukian segumapalan roti kedalam mulu Gio penuh. Sehingga kini Gio sulit untuk berbicara.

"Makan dulu yang kenyang, nanti kamu ikut Ayah ke kantor yang ada di Bandung ya buat ngeliat urusan kerjaan di sana," ucap Adit.

Gio tidak bisa berbicara, mulutnya penuh dengan roti. Sedangkan Aletha terkekeh.

Gio perlahan mengunyah dan menelan rotinya.

"Ihh Ayah, rotinya kegedean. Btw emang kantor ga di tutup hari minggu gini?" tanya Gio.

"Nggaklah, lagian 'kan kantornya punya ayah, nanti ayah ajak kamu buat liat-liat ke sana selagi kamu ada waktu. Nanti kalau udah nikah siapa tau kamu bisa kerja di sana," ucap Adit yang dihadiahi anggukan dari Gio.

"Oke, Yah."

✨✨✨


Setelah beberapa menit kemudian Aletha menyeleseikan sarapannya. Ia ikut membantu Tania mencuci piring di dapur.

"Tha, nanti anterin kue yang ada di meja makan ke tetangga sebelah ya, katanya anaknya baru aja pindahan," ucap Tania.

Aletha mengangguk. "Oke, Mah."

Tania berjalan ke lantai atas sedangkan Aletha membereskan dapurnya. Setelah ia selesei membereskan dapur, Aletha merapikan rambutnya. Lalu Aletha meraih kue yang ada di meja makan dan segera mengantarkan kue itu ke tetangganya.

Penampilan Aletha begitu kucel, seperti halnya orang baru bangun tidur. Belum mandi dan hanya menggunakan kaos oblong berwarna hitam dan celana training panjang berwarna abu. Aletha berjalan santai ke rumah yang ada di sebelah rumahnya.

"Assalamualaikum, permisi," teriak Aletha namun tak ada respon dari dalam rumah.

"Assalamualaikum, woy ada orang ga?"

Beberapa detik kemudian, keluarlah laki-laki yang menggunakan kaos oblong dan celana pendek di atas lutut. Laki-laki itu keluar dengan wajah tampannya sebari menggaruk tengkuknya.

Aletha terpana melihat ketampanan wajah laki-laki itu. Rambutnya yang terlihat acak-acakan, alisnya yang tebal melengkung sempurna, hidungnya yang mancung, wajahnya yang putih bersih, dan bibirnya yang berwarna merah mudah.

Sempurna.

Aletha terlihat gugup, berbeda dengan dirinya sekarang yang terlihat seperti... orang gila pinggir jalan.

"Wa'alaikumsalam, berisik amat sih lo!" Celetuk lelaki itu.

Aletha berusaha menahan dirinya agar tidak gugup. "G-gue ke sesini buat nganterin kue dari Mama gue buat lo." Aletha menyodorkan sepiring kue itu kepadanya.

"Makasih." Hanya satu kata yang terucap dari bibir cowok itu, lalu ia kembali berjalan memasuki rumah.

"Eh!" sergah Aletha. Cowok itu pun menoleh. "Piringnya jangan lupa di kembaliin."

Cowok itu tak merespon. Aletha berhasil menahan kegugupannya. Jantungnya berdetak kencang seperti sehabis lari marathon. Tak di sangka pipinya merah merona. Senyumannya tak bisa ditahan ketika melihat ketampanan yang ia temukan pada pagi hari ini.

"Woyy kunyuk!"

Aletha menoleh ketika ada seseorang yang seperti memanggilnya. Aletha menoleh ke arah rumah Revan yang terletak di seberang rumahnya. Revan pindah rumah semenjak orang tuanya meninggal. Dan menyebabkan Aletha dan Revan sering bertemu bahkan hampir setiap hari.

"Ngapain lo di situ kayak orang gila?" tanya Revan yang melihat Aletha sedang senyum-senyum sendiri di depan rumah orang lain.

Aletha tersentak, lalu menatap Revan dari kejauhan yang hanya memakai kaos putih dan celana hitam pendek. Kaos putih itu terawang, sehingga memperlihatkan perut Revan yang sixpack dan otot lengannya yang bergelombang dari kejauhan.

Aletha terpana melihat perut Revan, namun rasa itu langsung ia tepis ketika Revan berjalan ke arahnya. "Ngapain lo disini?"

Bukannya menjawab, Aletha malah cengar-cengir. "Yeuh, udah kayak orang gila. Mulut ada ilernya, rambut acak-acakan, belum mandi ya lo?"

Aletha langsung tersadar akan penampilannya. Ya ampun, memalukan.

"Eh gue masuk dulu ya." Aletha berlarian kecil memasuki rumahnya. Ia tersadar bahwa penampilannya seperti orang gila.

"Mama!" Teriak Aletha ketika sudah sampai di dalam rumah.

Tania keluar dari lantai atas. "Apaan sih teriak-teriak udah kayak orang utan."

"Mama ga bilang kalo cowok tetangga sebelah itu ganteng. Mama juga bilang kalo anaknya itu cowok."

"Kenapa emang?

"Aku ga benerin penampilan dulu pas nganterin kue, aku kira yang bakal keluar itu ibunya, eh ternyata anaknya," jelas Aletha.

Bukannya turut perihatin, Tania malah terkekeh. "Sukurin! Lagian bukannya cepet-cepet mandi, setidaknya benerin penampilan dulu gitu."

"Lah? Kok ga turut perihatin? Mama liat sendiri aku sekarang kayak apa? Liat kan?" Aletha menunjukan penampilannya kepada Tania.

"Iya persis, kayak... gembelan."

"MAMA!" Aletha jadi semakin kesal. Tania malah mengejeknya daripada memberikannya solusi.

Aletha lebih memilih kembali memasuki kamarnya dengan wajah cemberut. Ia membuka balkon kamarnya dan menatap sinar matahari pagi. Sesekali ia menoleh ke arah kanan dan melihat ada cowok yang tadi ia temui pagi ini. Cowok yang memiliki wajah sempurna.

Cowok itu sedang membaca sebuah buku di kursi yang ada di balkon samping balkon kamarnya. Senyuman perlahan terukir di bibir Aletha. Melihatnya ketika membaca membuat Aletha ingin memandangi cowok itu terus menerus. Entah mengapa, ketika cowok itu terfokus pada buku membuatnya terpana. Dan tanpa sadar cowok itu balik menatapnya.

RevaletTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang