Khilaf

1.2K 67 0
                                    

Hari demi hari berlalu, setelah kejadian malam itu Dean tidak pernah terlihat lagi dari pandangannya. Entah mengapa akhir-akhir ini Irene merasa dirinya mulai peduli pada laki-laki itu, ia selalu merasa khawatir saat Dean tidak masuk kelas.

"apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya jevan.

"ti.. tidak ada" jawab Irene mencoba tenang sambil menghisap lolipop-nya.

"hmm baiklah".

"Aku pulang sekarang ya, kamu jadi latihan futsal kan?" tanya Irene.

"iya maaf ya".

"Gausah lebay gitu deh, yaudah aku pulang ya.. jangan sampai cedera loh" pesan Irene.

"sip! hati - hati di jalan ya sayang" kata Jevan sambil terus memegangi jemari Irene.

Irene langsung berdiri sambil melepaskan jemarinya dari tangan Jevan dengan lembut.

"bye Jevan" pamit Irene sambil megusap pipi Jevan dan langsung melangkah pergi meningglkan Jevan.

"Bye sayang".

Irene berjalan dikoridor apartementnya sambil membawa dua kantung plastik besar berisi makanan dan perlengkapan bulanan. Sesekali ia menyimpan kantung belanjaannya tersebut di lantai karena telapak tangannya yang mulai memerah. Saat keluar dari lift, langkah Irene langsung terhenti.

"Dean?".

Dean yang sedang duduk diruang tunggu langsung menoleh dan menghampiri Irene.

"hallo Irene" sapa Dean sambil tersenyum.

"bagaiamana kamu bisa ada disini?".

"ah tidak sulit untuk menemukan alamat cewek cantik kaya kamu"

"Yoo man ! Ada apa dengan laki-laki ini, semakin hari semakin menggila, but wait.. tentu saja anak ini memiliki banyak koneksi untuk menemukan alamatku, itu bukan perkara yang sulit untuk anak sultan seperti dia".

"hmm baiklah, so... ada apa kamu sampai jauh - jauh datang kesini?" tanya Irene.

"ah ini" Dean memperlihatkan jaket yang ada ditangannya,
"jaketmu tertinggal di kamarku".

Irene langsung menurunkan kantung belanjaannya dan mengambil jaket yang diberikan Dean.

"astaga terima kasih, kamu tidak perlu sampai repot - repot datang kesini hanya untuk jaket lusuh ini".

"tapi berkat jaket ini aku jadi punya alasan untuk bisa ketemu sama kamu".

Irene hanya terdiam dengan pipi yang mulai merona.

"sini aku bantu" pinta Dean sambil memberikan jaketnya pada Irene dan langsung mengangkat kantung belanjaannya.

"biar aku saja" kata Irene yang  mencoba untuk merampas kantung belanjaannya dari Dean.

Dean menyembunyikan kantung belanjaannya di balik tubuhnya sambil menggelengkan kepalanya.

"Ah baiklah" Irene pun dengan cepat langsung mebukakan pintu rumahnya.

"eh tunggu, apa tidak masalah aku masuk ke rumahmu?" Langkah Dean tiba-tiba terhenti.

"Ya tentu saja" jawab Irene sambil mempersilahkan Dean masuk.

Dean pun dengan langkah yang sopan mulai berjalan masuk menuju dapur dan menyimpan kantung belanjaan dimeja makan.

"terima kasih banyak" ucap Irene.

"tidak masalah, baiklah aku pulang ya".

Hanya itu? Kenapa hanya sebentar? kenapa aku berharap dia tinggal sedikit lebih lama disini? dan juga rasa gugup ini kenapa datang kembali? Apa tidak masalah jika aku mengajaknya makan malam bersama, yaa hitung - hitung ungkapan terimakasih telah mengembalikan jaketku.

IN BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang