Thai ?

1K 51 3
                                    

"ini susu hangatnya" kata Irene sambil menyodorkan susu hangat pada Dean.

Dean tersenyum lembut dan langsung meminumnya dengan cepat.

"kamu pasti kedinginan sudah menunggu diluar sejak tadi"  kata Irene sambil mengambil gelas Dean yang sudah kosong.

"Tidak apa-apa tidak perlu khawatir" jawab Dean sambil menelusuri rumah Irene untuk melihat-lihat.

"Bentar ya biar aku nyalakan pemanas dulu".

"Aku baru pertama kali ya kerumahmu setelah sekian lamanya".

"Iya juga, karena aku yang sering kerumahmu".

"Rumahmu indah juga, padahal bukan untuk ditinggal lama".

"Iyaa ini hasil saat kamu marah padaku, aku pikir dengan mengisi kesibukan rasa sedihnya akan menghilang, taunya aku mendekor sambil menangis" jawab Irene sambil menatap Dean untuk menunggu reaksinya.

"Really? Bisakah kamu untuk tidak membahasnya lagi? Aku merasa sangat bersalah" balas Dean merasa bersalah.

"Oke maaf-maaf" Irene langsung tertawa.

"ayo lihat kamarku" lanjut Irene yang  langsung mendorong Dean dengan semangat kekamarnya.

"Masi sama, terlihat rapi seperti apartmu yang dulu" puji Dean.

"Tentu saja, aku apik kamu jorok" ejek Irene.

"Baiklah bisa diterima" jawab Dean sambil tertawa. 

"Btw sudah jam sepiluh malam, aku pulang ya ?" Kata Dean.

"Pulang?" Tanya Irene dengan nada kecewa.

"Iya, kamu ingin aku menginap disini?" Pancing Dean.

"TENTU SAJA!".

"Astaga haha, yaudah biar aku ganti baju dan siap-siap dulu ya?".

"Kamu pake baju piamaku saja".

"Tidak masalah, tapi aku kan harus mengganti kateter ku, kamu mau bangun bolak-balik antar aku ke wc?".

"Tidak masalah".

"Tidak tidak, aku harus menggantinya".

"Daripada kamu harus menuruni tangga itu susah payah, biar aku saja yang mengambilkannya oke? Tunggu bentar", Irene langsung pergi meninggalkan Dean sendiri dikamarnya dan pergi menghampiri Alex.

Tak lama setelah itu.

"Ini dia, apakah kamu bisa memakainya sendiri?".

"tentu saja".

Mereka pun bersiap-siap dikamar mandi, menyikat gigi bersama, mencuci muka bersama, dan setelah itu Irene membukakan kantung kateter Dean dan meninggalkan Dean sendiri dikamar mandi untuk menyelesaikan urusannya.

"Sudah selesai".

"Baiklah, saatnya mengganti pakaian menjadi piyama!!" Ucap Irene merasa sangat Excited.

Disana Irene mengurus Dean terlebih dahulu untuk mengganti pakaiannya menjadi piyama lalu membantunya pindah ke tempat tidur, baru setelah itu gilirannya.

"apa kasurnya nyaman?" tanya Irene memperhatikan Dean yang sedang duduk dikasur.

"ya ini sangat nyaman".

Irene menyusul Dean yang sedang duduk dikasur. Entah mengapa keheningan pun sedikit demi sedikit menyelimuti mereka.

"Hmm apakah sekarang kamu mulai menjaga jarak denganku?" Tanya Dean tertawa memecahkan keheningan.

"Haha maafkan aku, rasanya canggung saja"  jawab Irene malu.

"Apakah harus aku yang mendekatimu terlebih dahulu?" Tanya Dean sambil menggerakan sedikit demi sedikit pinggulnya mendekati Irene dengan bantuan tangannya.

Dengan cepat Irene langsung mendekati Dean dan duduk disampingnya.

"Kamu tidak ingin memelukku?" Tanya Dean dengan senyuman hangatnya.

"Tentu saja aku mau!" Irene langsung mendekati Dean lebih dekat lagi dan langsung melingkarkan tangannya pada tubuh laki-laki yang tidak lagi  kekar seperti dulu, ia langsung menyimpan kepalanya pada dada Dean.

Dean tersenyum sambil memeluk Irene erat sambil menciumi rambut Irene yang lembut. Namun tiba-tiba Dean merasakan getaran yang berasal dari tubuh Irene.

"Irene ada apa ?" tanya Dean panik.

Irene langsung mengusap air matanya "maaf.. aku tidak bisa menahannya".

"ada apa astaga... " tanya Dean khawatir sambil ikut mengusap air mata Irene.

"apa benar kamu akan ke Jerman? Aku  baru saja membayangkan kamu pergi kesana. Kenapa kamu tidak memberitahuku? Kamu berencana untuk pergi sebulan lagi agar bisa bersama denganku? dan sekarang tinggal sisa seminggu lagi. Maafkan aku, aku merusak kesempatan ini, aku merusak semuanya" isak Irene.

"sudahlah berhentilah menyalahkan dirimu, lagi pula kita punya waktu seminggu lagi".

"andaikan saja kita menggunakan waktu sebulan itu dengan baik, pasti akan menyenangkan dan berapa lama kamu disana?" tanya irene lagi.

"satu sampai dua tahun" jawab Dean.

Tangisannya semakin kencang, ia langsung menutup wajahnya dengan bantal.

"maafkan aku menangis seperti ini. Sakit membayangkan aku tidak bisa melihatmu dalam waktu selama itu".

Dean tersenyum mencoba tegar.

"udah udah.. Irene yang aku kenal tidak seperti ini" kata Dean sambil  meanarik dan memeluknya.

"berdoa saja.. agar aku bisa membaik, aku sangat rindu saat aku berdiri, berjalan, dan juga berlari, aku rindu saat aku berhasil melindungimu..".

Irene mengangguk dan  mencoba menghentikan tangisannya.

"Aku tidak tau aku bisa seperti dulu lagi atau tidak, karena kemungkinan itu sangat kecil. Setidaknya aku harus berusaha agar aku bisa berdiri dengan kuat dan lebih mandiri tanpa merepotkan banyak orang, jika aku tidak bisa seperti dulu apakah kamu masih mau menerimaku ?".

Irene menatap dalam mata Dean.

"Apa yang kamu bicarakan? Bahkan untuk saat ini aku masih ada disampingmu, harapanku hanya satu, kamu kembali" jawab Irene lembut sambil mengusap pipi Dean.

Dean langsung berkaca-kaca dan memeluk Irene
"Terima kasih banyak" dan langsung menciumi seluruh wajah Irene dan juga bibirnya.

"minggu ini kita harus menghabiskan waktu bersama oke? Apa kamu senang?" tanya Dean sambil tersenyum.

Irene mengangguk sambil tersenyum lebar dan terus mempererat pelukannya.

"aku punya rencana, bagaimana jika besok kita pergi berlibur?" tanya Dean.

"berlibur? " jawab Irene dengan semangat.

"coba sebut salah satu negara yang ingin kamu kunjungi?" tanya Dean.

"hmm apa yaa".

"yaa sebut saja satu negara yang saat ini ada dipikiranmu".

"thailand?".

"thailand? why?".

IN BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang