Dean mengayun kursi rodanya menuju dapur untuk mengambil botol minum, disana ia langsung mencarinya diatas meja sekitar dapur namun tidak ia temukan. Dean membuka seluruh rak bawah namun tetap tidak ia temukan, ia pun langsung mendongakan kepalanya untuk melihatnya diatas rak.
"Rupanya disana" Dean mulai memposisikan kakinya mencoba untuk berdiri.
"Whoop! Whoop! Mau ngapain kamu?" Irene langsung menjaga Dean yang sedang mencoba untuk berdiri.
"Mau ambil botol air itu".
"Pelanggaran, melakukan hal berbaya tanpa pengawasan" ucap Irene sambil memberikan Dean botol air minum.
"Oh ayolah".
"Apa sih susahnya manggil buat minta bantuan" omel Irene.
"Kan sambil belajar" jawab Dean sambil tersenyum kaku.
"Sst.. tetap harus ada yang mengawasi!".
"Baiklah maaf, takutnya kamu ketiduran".
"Enggalah sayang".
"Terus kamu kenapa belum tidur?" tanya Dean.
"Belum lah, kan mau tidur dikamar kamu".
"Anak nakal" Dean tertawa.
"Aku nakalnya kan cuma sama kamu".
"Percaya" jawab Dean dengan senyum jailnya.
Setelah masuk kamar Irene langsung membantu Dean untuk pindah kekasurnya, setelah Dean duduk dengan nyaman dikasur, Irene pun langsung loncat dan memeluk Dean erat.
"kamu wangi sekali" ucap Irene sambil mengendus baju Dean.
"apalagi kamu" yang langsung mencium pipi Irene.
Irene langsung menatap Dean sambil tersenyum malu dan mengusap - usap pipinya.
"Dean..." panggil Irene sambil memainkan jari-jemari Dean.
"hmm?" Dean menatap Irene lembut.
"apa kamu takut?".
"takut apa?".
"Jerman? kamu akan kesepian disana" ucap Irene yang mulai berempati "apa aku boleh menemanimu disana?" tanya Irene berharap.
"Ssst apa yang kamu bicarakan, terapi ini membutuhkan waktu yang lama, kamu harus menjalani hidupmu dengan baik disini, mengerti?" tegur Dean.
"baiklah" Irene kecewa.
"kamu tau? aku tidak takut kesepian, aku hanya takut aku tidak bisa kembali seperti dulu" kata Dean mencoba tegar.
"kamu pasti bisa! jangan lupa ada aku disini! aku akan menunggumu!" kata Irene menyemangati Dean.
Dean hanya tertawa kecil sambil meliriknya "kamu benar-benar akan menungguku?".
"tentu saja! kenapa kamu bertanya? kamu membuatku takut".
"bagaimana jika aku pulang dengan kondisi yang masih sama? apa kamu akan tetap bersamaku?" tanya Dean lembut.
"iya! memangnya apa bedanya nanti dengan sekarang? bahkan dengan kondisi saat ini aku masih bersamamukan?" Irene mencoba meyakinkan Dean.
"terima kasih banyak" Dean mulai menunduk.
"hei lihat aku" Irene menyentuh dagu Dean lembut, Dean pun menatap Irene dengan tatapan yang sendu.
"satu-satunya hal yang perlu kamu lakukan adalah kembali, aku ulang lagi Kem..Ba..Li, mengerti? apakah kamu mau berjanji akan kembali?" tanya Irene.
"aku berjanji" jawab Dean mulai menitikkan air mata.
"ingat kamu sudah berjanji, jika sampai kamu tidak menepati janjimu aku akan membencimu seumur hidupku, aku tidak akan pernah lupa pada janjimu".
"akan aku ingat itu" jawab Dean tegas.
"baiklah" Irene memeluk Dean kembali dan dibalas dengan pelukan erat Dean sambil mencium seluruh wajah Irene.
Pagi hari
Sinar matahari mulai masuk melalui celah-celah jendela yag tertutupi tirai benang putih yang membuat seisi ruangan menjadi cerah. Sedikit demi sedikit mata Dean pun terbuka, ia langsung meregangkan tubuhnya dan meraba seisi kasur
"Irene?" panggil Dean yang menyadari Irene sudah tidak ada disampingnya.
"selamat pagi" sapa Irene sambil mengintip dari kamar mandi.
"mandi? tumben rajin" goda Dean tertawa sambil memposisikan diri untuk duduk.
"lah.. memangnya aku ga pernah mandi pagi ya?".
"engga pernah" jawab Dean singkat.
"hmm Kamu benar juga, aku hanya bersiap-siap untuk berenang" jawab Irene sambil tertawa.
"tuh kan.." Dean pun ikut tertawa.
Irene langsung melepar handuk kearah Dean "ish..".
Dean tertawa sambil bersiap-siap untuk pindah ke kursi roda.
"Rin, tolong" panggil Dean sambil menunjuk arah kursi roda yang berada jauh darinya.
Irene langsung membawakannya kearah Dean sambil menggigit sikat giginya dan mencoba membantu Dean pindah.
"Biar aku sendiri, kumur-kumur dulu sana, terus aja digigit sikat giginya" goda Dean.
"hmm hmm hmm" gumam Irene yang saat ini mulutnya dipenuhi busa.
"udah sana, aku tidak mengerti ucapanmu".
"hmm" Irene langsung pergi kekamar mandi untuk berkumur.
Dean pun pindah kekursi roda sendiri dan pergi kekamar mandi.
"tunggu ya, aku mau ganti baju renang dulu" kata irene sambil berjalan meninggalkan kamar Dean.
Dean hanya mengangguk sambil terus mencuci mukanya.
Tak lama Irene kembali sambil berlari kearah Dean.
"Dean! ikut aku.. bentar aja" kata Irene yang langsung mendorong kursi roda Dean."eh .. kenapa? Wajahku belum dibilas" keluh Dean sambil terus mengusap-usap mukanya dengan sabun.
"udah bentar aja.." kata irene sambil terus mendorong Dean kearah kamar Bella. Sesampainya Irene langsung mengajak Dean mengintip isi kamar Bella dan terlihatlah Bella dan Alex yang sedang tidur bersama.
"apakah dulu kita secepat itu?" tanya Dean dengan tatapan heran.
"mereka memecahkan rekor" jawab Irene sambil menggelengkan kepala.
"benar-benar tidak bisa dipercaya" lanjut Irene.
"aw.." keluh Dean sambil menutup matanya.
"kenapa??" tanya Irene.
"mataku kena sabun loh rin" jawab Dean sambil sedikit berteriak.
"ah! Sorry sorry lupa" Irene tertawa dan mendorong Dean kembali menuju kamar mandi.
Sesampainya disana Irene langsung membantu Dean membersihkan mukanya juga matanya yang terkena sabun.
"Masih perih ?" tanya Irene yang ikut membilas sabun yang ada di muka Dean sambil tertawa.
"kamu ini malah tertawa" kata Dean sambil menepuk lengan Irene.
"Temani aku renang ya".
"Hah?".
"Aku ganti baju dulu bye".
"Anak ini..." Dean langsung menuju lemari untuk mengganti pakaiannya.
Tak lama datang lah Irene dengan bikininya dan handuk kimono yang tidak terikat.
"wah.. stunning" puji Dean yang terus menatapnya dari ujung kaki hingga ujung rambut.
"apaan sih.." kata Irene mencoba untuk tidak menghiraukan ucapan Dean karena malu "kamu sudah siap?" tanya Irene cepat.
"Udah, aku hanya menggantinya dengan celana pendek" kata Dean sambil menunjuk celana yang sedang ia kenakan.
"cool, come on!".
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
РомантикаSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...