"kenapa kamu begitu malu mengatakannya? Apa yang tidak aku tau tentangmu!" komentar Irene sambil tertawa.
Dean langsung menepuk lengan Irene karena malu, disana Irene terus tertawa sambil membuka celana Dean kecuali pakaian dalamnya. Irene membantu Dean untuk pindah kekursi roda khusus mandi dan diantarkanlah Dean keruang shower.
"wah.. orang tuamu benar-benar luar biasa, semuanya telah didesain dengan baik" puji Irene sambil terus memperhatikan kamar mandi Dean yang telah didesain khusus untuk Penyandang disabilitas sepertinya saat ini.
"oleh sebab itu kamu tidak perlu khawatir" kata Dean dengan santai.
"baiklah.. aku keluar sekarang, ingat panggil aku jika kamu membutuhkan sesuatu".
Dean hanya mengangguk.
Irene pun keluar dari kamar mandi sambil menutup pintu.
Dean mulai menarik pakaian dalamnya dengan susah payah, karena kakinya sama sekali tidak bisa digerakan, jadi cukup sulit untuk menggerakkan pinggulnya, setelah berhasil ia langsung melemparkannya ketempat pakaian kotor.
Deanpun mulai mandi diatas kursi roda miliknya. Selesai mandi ia langsung mengelap badannya dengan handuk dan disimpanlah handuk itu diatas kedua paha untuk menutupi kemaluannya. Setelah itu ia langsung keluar menghampiri Irene yang sudah menyiapkan pakaian untuk dirinya.
"Aku bisa melepaskan pakaian dalamku, tapi aku belum bisa memakainya, maaf".
"Sst udah diam saja, lagian kalau kamu malu toh aku tidak akan melihatnya".
"Baiklah, terimakasih".
Irene pun membantu Dean mengenakan pakaian dalamnya terlebih dahulu. Setelah menariknya hingga paha, Dean mulai merangkul Irene dengan tangan kirinya agar bokongnya sedikit terangkat begitu pula saat mengenakan celana pendek yang ia kenakan saat ini. Untuk baju, Dean sudah bisa melakukannya sendiri namun karena Irene ada disini, Irene ikut membantunya karena tangan kanan Dean yang masih belum bisa digerakan.
"Nah sudah, aku tinggal sebentar ya ke rumah mau mandi, sebentar saja" ucap Irene sambil menyisiri rambut Dean,
"Jangan keluar, sudah diam dirumah saja" lanjutnya.
"Iya Irene" jawab Dean sambil menahan tawanya.
"Baiklah, jangan bandel".
***
"oh ya kita mau makan apa hari ini" tanya Dean.
"bagaimana dengan steak, aku ada rekomendasi tempat yang bagus" usul Irene.
"apakah tempatnya nyaman?" tanya Alex memastikan.
"kamu tidak akan menyesal, tempatnya tidak jauh dari sini" jawab Irene.
"baiklah.." kata Alex.
Sambil mengikuti arahan dari map mobil yang sebelumnya telah diatur oleh Irene, merekapun mulai berangkat.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam akhirnya mereka sampai ditempat tujuan.
"sampai.." sahut Irene dengan semangat.
"ini hotelkan?" tanya Dean sambil melirik bangunan tinggi yang ada didepannya itu.
"ya.. restorannya ada diatas, ayo kita parkir di basement aja" ucap Irene.
Setelah memakirkan mobilnya di basement, merekapun langsung menaiki lift hingga lantai dua puluh lima. Hotel ini menyediakan restoran dengan ruang outdoor dan indoor yang dikelilingi tampilan klasik, lampu warm whitenya menghiasi setiap sudut restoran tersebut dan juga kolam renang yang indah dengan hiasan lampu yang disorot langsung kearah kolam yang membuat kolam tersebut terlihat begitu megah.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
RomantizmSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...