Waktu sudah menunjukan pukul delapan pagi, Dean terbangun dan mulai meregangkan tubuhnya.
"lu nyari apa?" tanya Dean sambil memperhatikan Alex yang sedang mondar mandir dihadapannya.
"eh udah bangun, lihat ponsel gue ga?" tanya Alex.
"gue terakhir lihat di meja deket wc" jawab Dean.
Alex pun bergegas pergi kedalam kamar Dean untuk mengambil ponselnya.
"gue mau keluar bentar ya mau ketemu ibu, ibu hari ini gabisa kerumah, jadi gue mau ambil makanan dulu okay ? Bentar aja 10 menit" kata Alex sambil mengangkat Dean naik kekursi roda dan membawanya kekamarnya.
"oke santai".
"oh ya, malem kenapa ga bangunin gue sih?" tanya Alex sambil melepas dan mengganti kateter Dean.
"yakin lo bisa bangun?" tanya Dean sambil menyerngit.
"ya paksa aja lah, lu jadinya turun sendiri kan" omel Alex sambil menyikati gigi Dean dan membersihkan mukanya.
"Thank you".
"yaudah gue pergi dulu ya, hati-hati jangan bertingkah aneh-aneh dan juga jangan buka pintu sembarangan" kata Alex sambil merapikan baju Dean. Ia menyimpan kedua tangan Dean disisi kursi roda agar jari tangan kanannya dapat mengontrol remote kursi roda tersebut.
"really? I know... Pergilah".
"hahaha, gue pergi".
***
Dean menggerakan kursi roda otomatisnya ke teras rumah untuk mencoba mengambil susu sendiri.
"loh biasanya diatas meja" lanjutnya lagi sambil terus mencari dua botol susu disekitar teras hingga bawah meja.
"astaga, bagaimana bisa sampai kesana, ah pasti ulah anjing tetangga itu" keluh Dean sambil menghampiri dua buah botol susu besar yang tergeletak dilantai teras.
Dean pun mulai membungkukan badannya kedepan dengan perlahan karena ia tetap harus berhati-hati agar badannya tidak tersuntrung kedepan.
Setelah itu ia langsung menjulurkan tangan kirinya kebawah, ia mulai mengambil satu botol susu itu dengan perlahan, karena botol susu itu masih terlalu berat untuk tangannya yang lemah. Setelah berhasil ia langsung menyimpannya diatas kedua pahanya.
Saat mengambil botol susu yang kedua, tangannya yang sedang mendorong badannya untuk tegak tiba-tiba terpeleset dan..
"o..o..no..".
Dan saat tubuhnya hendak tersuntrung ke lantai teras, tiba-tiba terdengar suara hentakan kaki yang begitu cepat sampai terdapat kedua tangan yang berhasil mendarat di pundak Dean untuk menahan tubuhnya.
Orang tersebut langsung membantu Dean untuk kembali menegakan tubuhnya, Dean memandang orang tersebut dari bawah. Kaki rampingnya yang dibaluti jeans biru dengan sepatu sneakers putih terlihat begitu indah.
Dean pun mulai semangat untuk melirik lebih jauh orang itu, karena ia tau bahwa seseorang yang berada didepannya ini adalah seorang perempuan. Namun matanya terbuka sangat lebar saat ia berhasil memandang wajah orang yang berada didepannya saat ini.
"Irene?" nama itu langsung terucap oleh Dean dengan begitu saja.
"De, De, Dean?".
Astaga apa ini? Apa yang harus aku lakukan? Apakah aku harus menghindar lagi? Haruskah aku berteriak agar dia menjauhiku ? Apa aku harus telpon Alex ? Atau apa harus aku hadapi saja ?.
"eh bagaimana kabarmu?" tanya Dean mencoba untuk tenang.
"ba.. baik" jawab Irene sambil terus menatap Dean dengan tatapan tidak percaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
RomantizmSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...