"Pah.. bisa tolong dateng ke kelas Istel?, Istel pusing banget..."ucap Istel lewat ponselnya.
"Astaga, Istel pusing? Bentar ya papah kesana".
Dean langsung mengambil tongkatnya dan berjalan memasuki sekolah Istel. Ini pertama kalinya Dean memberanikan diri untuk masuk kedalam sekolah Istel karena ia tidak ingin memperlihatkan kondisinya yang lemah pada teman-temannya Istel.
"Papah.." Istel merengek.
"Kenapa sayang ko bisa? Kakak engga sarapan ya tadi?" Tanya Dean yang sigap langsung memeluk Istel.
Istel pun mengiyakan dengan memamerkan giginya.
"Tuhkan.. papah kan udah sering bilang kalo mbak bikin sarapan buat kakak itu dimakan.. lain kali jangan diulang lagi ya." Omel Dean dengan lembut sambil menggendong Istel.
"Engga usah pah.., Kita jalan aja. Memangnya papah kuat gendong kakak?" Tanya Istel yang masih mengkhawatirkan kondisi papahnya.
"Bisa.. papah bisa kok kak." jawab Dean yang mulai berjalan dengan tongkatnya.
Saat dalam perjalanan menuju parkiran mereka berpapasan dengan teman-temannya Istel.
"Istel cepat sembuh ya.." ucap Rani salah satu teman dekat Istel.
"Makasi ya Ran.."
"Cepat sembuh ya Istel.." ucap temannya yang lain.
"Iya terimakasih ya" jawab mereka.
"Papah nya kenapa ya? Kakinya sepertinya bermasalah" bisik temannya yang lain.
"Apakah papahnya cacat?" Bisik temannya lagi.
"Hey! Tidak ada yang salah dengan papahku! Kalian ini sedang berbisik atau berteriak sih, sudah sana pergi." Bentak Istel kesal.
"Tuhkan kamu ini bicara apa sih, jangan hiraukan mereka Istel.. cepat sembuh yaa." ucap Rani sambil menarik teman-temannya pergi.
Dean terdiam sambil terus menggendong Istel sampai mobil dan mampir ke apotek.
"Papah beli obat dan bubur dulu ya, Kakak tunggu disini sebentar." ucap Dean yang langsung keluar dari mobil.
Tak lama kemudian Dean kembali dengan bubur dan beberapa bungkus obat untuk Istel. Setelah Istel menghabiskan buburnya dan memberinya obat keheningan pun terjadi.
"Pah.. are you okay?" Tanya Istel sambil melirik Dean.
"Hah? Iyaa papa okay." jawab Dean ragu.
"Hmm I don't think so." Istel tidak langsung percaya.
"Papah cuma takut Kakak malu karena temen-temen kakak tau kondisi papa kaya gini." Jelas Dean.
Istel terdiam sambil melirik Dean sinis.
"Papah ini gimana sih, jangan pedulikan mereka.. malah tadi tuh kakak bangga banget sama papah rela-relain gendong kakak meski Kakak tau sebenarnya papah pasti keberatan." jelas Istel.
"Aku benci, kalau papah mulai nethink kaya gini." lanjut Istel sambil memalingkan muka ke arah jendela.
Dean langsung menggapai wajah Istel dan menciumnya.
"Maafin papah ya, papah senang kalau kakak memang merasa seperti itu." ucap Dean "jangan ngambek lagi ya cantik.." lanjutnya sambil mengusap pipi Istel.
"Iya." jawab Istel singkat.
"Yaudah kita pulang ya" ucap Dean sambil menahan tawa.
Sore Hari
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
RomanceSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...