Hari demi hari berlalu, Dean terus melawan rasa malasnya utuk pergi terapi dan benar saja hasilnya tidak sia-sia, saat ini ia sudah bisa melakukan hal-hal kecil yang penting seperti, mengganti kantung kencingnya sendiri, menyikat gigi, mencuci muka, dan makan sendiri karena tangan kirinya sudah mulai menguat.
"ngopi yu" ajak Dean.
"apa?! Gasalah denger gue?" respon Alex yang begitu antusias.
"bisa lebih lebay ga?".
"gila ini momen bersejarah bro" Alex mulai tertawa.
"ayo keburu gue berubah pikiran" kata Dean.
"tuan Dean akhirnya keluar rumah" goda Alex sambil bangkit untuk mencari pakaian yang akan dikenakan Dean.
Alex memilih celana levis hitam, kaus putih dan jaket levis. Ia membantu Dean mengenakan semuanya.
Alex dan Dean menyusuri trotoar untuk pergi menuju cafe yang biasa Alex kunjungi. Angin malam yang sejuk membuat mereka begitu nyaman.
Ini pertama kalinya Dean keluar rumah dengan kondisinya saat ini dan ternyata tidak seburuk apa yang ia pikirkan. Ia mencoba untuk tidak menghiraukan tatapan yang orang-orang berikan padanya, ia peka begitu banyak orang yang berusaha untuk tidak melihatnya dengan tatapan kasihan dan baguslah, mereka mengerti.
"ini dia kita sudah sampai" ucap Alex sambil mendorong Dean masuk kedalam cafe.
"nice place" komentar Dean sambil melihat sekeliling isi cafe.
"mau pesen apa?" tanya alex sambil mendorong Dean kesebuah meja.
"americano aja deh" jawab Dean sambil terus mengamati seluruh isi cafe yang bernuansa klasik dengan cat dominasi abu dan juga beberapa lukisan tokoh-tokoh penting dunia yang membuat cafe ini terlihat sangat elegant.
"oke tunggu ya" Alex mulai memindahkan sebuah kursi ke meja samping agar kursi roda Dean bisa masuk, Dean menunggu sambil melihat-lihat orang yang berlalulalang lewat jendela.
"americano 2".
"oke tunggu ya mas".
Alexpun menunggu sambil melihat-lihat kue yang ada pada rak kaca pendingin. Fokus pada kue-kue membuat ia tidak sadar telah menginjak sepatu salah satu customer yang ada disampingnya.
"aw ..." keluh gadis itu.
"astaga maafkan aku, apakah kamu baik-baik saja?" tanya Alex sambil melihat kaki gadis tersebut.
"oh iya tidak apa-apa" jawab gadis itu.
"ah syukurlah kamu mengenakan sepatu" kata Alex sambil melihat wajah wanita itu.
"kamu ??" gadis itu melirik Alex dari ujung kaki sampai ujung kepala.
"iyaa ?" tanya Alex bingung dengan reaksi gadis itu yang seakan-akan mengenalinya.
Alex terus menatap gadis itu sampai akhirnya ia menyadarinya "ah ! kamu?!".
"kita pernah bertemu, kamu adiknya Dean kan? Tapi sejak kapan Dean punya adik, dia benar-benar menyembunyikan banyak rahasia, kamu benar-benar terlihat tidak asing" kata Irene.
"hmm.. tentu saja terlihat tidak asing, aku adiknya.. lalu kenapa kamu bisa ada disini?" tanya Alex kaku sambil mengintip Dean sesekali.
"aku sedang ada tugas disini, aku sedang mengontrol supermarket yang ada dikota ini untuk beberapa minggu" jelas Irene.
"ini dua americano-nya" ucap barista itu menyela percakapan mereka sambil memberikan dua americano.
"ah terima kasih" jawab Alex sambil menerima kedua kopi tersebut.
" a.. aku pergi duluan ya?" lanjut Alex dan langsung menghampiri Dean dengan cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
Roman d'amourSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...