Drama Lapangan Basket

1.6K 105 1
                                    

"nona lift?".

Suara berat itu tiba-tiba terdengar begitu jelas dibelakangnya, Irene langsung menoleh dan tersentak setelah melihat Dean sedang berdiri tepat dibelakangnya sampai - sampai ia tak sadar bahwa bukunya saat ini sedang melayang mengarah kakinya.

"aw!" Irene langsung mengusap kakinya terus menerus.

"astaga, apa kamu baik - baik saja ?" Dean langsung mendekat sambil melihat kaki Irene.

"ah, iya.. ti.. tidak apa - apa" jawab Irene dengan seulas senyuman kaku diwajahnya sambil terus mengusap kakinya.

"sini aku lihat" Dean mulai turun menekukan kaki untuk melihat kondisi kaki Irene.

"tidak, tidak apa-apa" Irene langsung melangkah mundur kebelakang "sungguh, aku baik - baik saja".

"yakin?" tanya Dean mencoba meyakinkan kembali Irene, karena ia sadar setebal apa buku yang telah menimpa kaki gadis itu.

"Iya jangan khawatir, by the way.. ada apa?" tanya Irene mulai mengalihkan pembicaraan.

"tidak, tidak ada apa-apa".

"Serius ?" tanya Irene tidak percaya.

"lain kali saja".

"Serius ada apa?" desak Irene.

"sebelumnya aku mau minta maaf dulu kalau saja nanti ucapanku terdengar lantang".

"Santai,  just tell me" jawab Irene santai.

"Okay, pertama.. bagaimana kamu bisa tau namaku?" tanya Dean.

The fuck?

"huh?" Irene terdiam "Just that ?" .

"Yaa.. bagaimana kamu bisa tau namaku?" ulang Dean.

"nama-mu?" Irene terkekeh.
"yaa kamu tau sendiri kalau kamu ini cukup terkenal di kampus bukan? jadi tidak heran kan kalau orang-orang bisa tau namamu, termasuk aku.." jelas Irene.

"hmm oke, pertanyaan kedua?".

"Baiklah?".

"Hmm Apakah kamu menyukaiku??" tanya Dean tanpa ragu.

"huh?? " Irene cukup tercengang dengan pertanyaan yang satu ini.

Anjir gila ini anak

"temanku memberitauku kalau kamu sering mengintip untuk melihatku, sebenarnya aku malu dan tidak yakin untuk menanyakan hal ini padamu .. tapi jika itu benar, sorry.. bisakah kamu berhenti melakukannya?".

Irene  masih dalan keadaan shock dan terus menatap Dean.

"ya.. tapi jika tidak, tidak apa - apa, mungkin temanku yang terlalu berlebihan menyuruhku untuk menanyakan ini padamu".

Sadis nih bocah, terpaksa gue buka kartu.

"Fyuh.. temanmu ini tidak melebih - lebihkan" jawab Irene sambil menghembuskan napasnya.

"apa?".

"sebelumnya aku ingin meminta maaf karena sering mengintipmu dikelas atau mengikutimu saat pergi ke kantin, tapi kamu jangan khawatir karena aku tidak pernah sekali pun melewati batas".

"ah.." Dean tertawa "baiklah terimakasih karena sudah jujur, tapi mulai saat ini lebih baik kamu berhenti melakukannya" pintanya.

"sebelumnya, agar tidak salah paham, apa kamu tau apa alasanku mengikutimu?" lanjut Irene.

Dean menggelengkan kepalanya sambil terus menatapnya.

"aku menyukaimu" jawab Irene yang ikut menggila.

Dean terkejut dan terdiam sambil terus menatapnya dalam.

Irene yang sedang menunduk, sesekali ia melirik Dean yang saat ini terus menatapnya.

Ayo dong, ngomong apa kek gitu. Malu bgt anj.

Dean tetap terdiam dan tidak merespon.

"Tidak ada komentar? kejam ya kamu" komentar Irene.

Dean menghembuskan napasnya dengan kuat lalu menarik lengan dan mendekati Irene hingga tidak ada jarak diantara mereka. Irene yang tersentak langsung mundur kebelakang namun tertahan oleh tangan Dean yang berada dipinggangnya.

"Kenapa kamu..

IN BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang