"emang aku engga boleh banget ya jadi pacar kamu?" tanya Jevan sambil merangkul Irene kembali.
Irene hanya meresponnya dengan gelengan kepala yang tegas dan langsung menarik lengan jevan untuk mempercepat langkahnya.
"sejauh itu kah perbandingan aku dengan tipemu?" tanya Jevan dengan nada kecewa.
"bukan seperti itu...".
"lalu kenapa?".
Irene menghembuskan napasnya dalam-dalam, "sudahlah, apakah kamu ingin melihatku meremas kepalaku lagi? Aku benar-benar pusing mendengar pertanyaanmu yang terus berlipat ganda".
"jangan! jangan! lebih baik aku berhenti bertanya dibanding aku harus menerima artikel aku sedang jalan dengan wanita gila".
Ada alasan mengapa Irene tidak pernah menghiraukan ucapan sahabatnya itu, author harap kalian tidak bosan dengan ungkapan ini.
"Yang namanya kekasih selalu ada mantan, namun tidak akan pernah ada yang namanya mantan sahabat"
Namun itulah faktanya, Irene hanya tidak ingin kehilangan sahabat satu-satunya itu dan ia juga tidak ingin terlihat seperti mempermainkan Jevan. Irene takut jika ia merespon Jevan mungkin saja Jevan akan menyimpan harapan kecil didalam hatinya.
Saat ini Irene sedang tidak ingin menyukai siapapun, meski ia sendiri tidak tau ia akan berhasil melupakan Dean atau tidak.
Mungkin banyak pro dan kontra mengenai sahabat yang berujung menjadi sepasang kekasih, ia tau bahwa banyak hubungan persahabatan antara laki-laki dan perempuan yang berakhir menjadi sepasang kekasih, bahkan itu jauh lebih baik karena masing-masing diantara mereka sudah mengetahui kelebihan dan kelemahan masing-masing.
Tapi ketahuilah, tidak semua hubungan itu berjalan semulus itu. Intinya, ia benar-benar tidak tau akhir cerita romance nya ini berjalan kearah mana, ia tidak tau akan bersama siapa kelak mungkin Jevan, atau bisa saja si brengsek Dean ataupun orang lain yang tiba-tiba datang dalam kehidupannya. Irene hanya menyerahkan semuanya pada Tuhan dan membiarkan waktu yang menuntun semuanya.
Untuk saat ini ia benar-benar tidak ingin merespon Jevan terlebih dahulu, karena jika Irene membiarkan hatinya menyukai Jevan, ia tidak ingin merasa sakit hati jika suatu hari Jevan memiliki seorang kekasih atau mungkin menyelingkuhinya. Bisa saja persahabatan yang telah mereka bangun selama bertahun-tahun akan hancur begitu saja. Itulah sebabnya ia tidak pernah menggurau godaan Jevan jika mengatakan hal yang bersangkutan dengan cinta.
"kamu udah beli tiket Rhythm Festival ?" Jevan mengalihkan pembicaraan.
"belum" jawab Irene.
"loh? Emang kamu gakan ikut?".
"loh, kamu ikut?".
"Kepengennya.. tapi kalau kamu mau temenin aku sih".
"Lah kok jadi aku patokannya".
"Suka-suka aku lah".
"Dihhh".
"Please ya..", Pinta Jevan penuh harap.
"alright then".
"yesss, Ini tiketnya !" Jevan langsung memberikan tiketnya pada Irene dengan semangat.
"Loh? udah beli tiketnya?" Tanya Irene sambil melirik tiket yang diberikan Jevan.
"Hehe".
"Banyak basa - basi banget sih, bilang aja dari awal pengen nonton sama aku" Irene menjulurkan lidah.
"No comment".
Sesampainya dikantin mereka langsung berjalan menuju stand susu, stand susu yang terkenal dengan susu pisangnya yang lezat, dan Irene lah salah satu pelanggan setianya.
Saat berjalan menuju stand penjual susu, Irene melihat sekumpulan mahasiswa laki-laki dari anggota tim basket yang sedang beristirahat memenuhi meja pojok sisi kanan yang saat ini sedang membuat heboh seisi kantin dengan suara tawa keras mereka.
Biasa, anak cowo kalo udah kumpul bahan pembicaraan mereka tuh melebihi anak cewe, tidak ada habisnya.
Irene mengamati seluruh pemain basket yang ada disana dan setelah diperhatikan ternyata Dean juga sedang berada disana.
Dia terlihat sedang duduk santai sambil ikut tertawa bersama seluruh teman tim basket-nya. Ia terlihat begitu keren seperti biasa, ia mengenakan jersey basket berwarna merah tua dengan celana grade berwarna hitam, dan rambutnya yang basah membuat dia terlihat begitu Cool.
Irene mencoba untuk mengontrol dirinya dan terus berjalan mengikuti Jevan yang ada didepannya. Sesampainya di stand susu, dengan konyolnya Irene mencoba untuk melirik Dean secara diam - diam dan tidak disangka-sangak ternyata Dean saat ini sedang menatapnya.
Irene langsung membuang pandangannya dari Dean. Karena masih merasa tidak yakin bahwa Dean saat ini sedang menatapnya, Irene pun dengan bodohnya kembali menoleh kearah Dean dan benar saja, ternyata Dean benar - benar sedang menatapnya sambil...
"Tunggu... Tersenyum? Kenapa dia tersenyum?"
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
RomansaSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...