4 hari kemudian
"Jevan!!" panggil Irene.
"Irene? Ko udah masuk? Maksudku kamu masih harus banyak istirahat".
"tinggal luka dikaki aja ko" jawab Irene dengan santai yang langsung duduk disampingnya.
"aku belum sempat bilang makasih secara langsung sama kamu, so makasi yaaa" lanjut Irene.
"bukan kalimat itu yang harus kamu katakan, tapi permintaan maaf" jelas Jevan.
"Permintaan maaf?" Irene terdiam sejenak.
"ah.. iya maafin aku ya udah ngerepotin kamu" lanjut Irene cepat.
Jevan menghela napas dalam - dalam lalu menatap Irene.
"Aku belum pernah sama sekali merasa direpotkan sama kamu ya, bukan itu.. bukan".
"Terus apa?".
"kamu tau betapa khawatirnya aku saat itu? Bahkan ini pertama kalinya aku harus melihat kamu tidak sadar selama dua hari loh" Jelas Jevan.
Irene terdiam sambil menunduk "maaf".
"itu yang ingin aku dengar. So kamu harus janji, kalau aku menawarkan kamu tumpangan, kamu engga boleh nolak. Setuju?" Jevan menatap dalam mata Irene.
"Oke.. oke.. aku janji. Jadi... kamu udah maafin aku belum?".
Jevan langsung memberikan pelukan hangat pada Irene.
"kamu tau, salah satu alasan kenapa aku sangat ingin menjadi pacar kamu?".
Irene menatap kosong kedepan sambil menerima pelukan hangat dari Jevan.
"agar aku selalu bisa melindungi kamu sepenuhnya" lanjut Jevan.
"Apa?".
"Maaf aku mengungkit soal hubungan lagi" Jevan menyesal.
"Tidak, maksudku baiklah ayo kita pacaran" jawab Irene dengan tiba-tiba.
"Hah? serius kamu?" tanya Jevan tidak percaya.
Irene mengangguk "tapi apapun yang terjadi, meski hal terburuk sekali pun, tolong selesaikan dengan baik - baik dan jangan sampai tali persahabatan kita putus".
Jevan memamerkan senyumannya yang lebar.
"tentu saja! astaga! Kamu serius?! Woy... gua pacaran sama Irene!!!" teriak Jevan.
"Jevan!!!" Sentak Irene sambil memukulnya.
Anak - anak kelas pun langsung bersorak mengucapkan selamat.
"ah.. iya terima kasih" jawab Irene dengan rona merah di wajahnya.
Jevan hanya melihatnya sambil menyenderkan tubuhnya dipintu kelas, ia terus tersenyum sambil memandang Irene dengan bangga.
"astaga... tuhan, apakah semua yang aku lakukan ini adalah pilihan yang benar? Semoga saja".
"yuk jalan-jalan" ajak Jevan.
Irene langsung berdiri dari kursinya dan mengikuti Jevan. Selama perjalanan Irene melihat Jevan yang terlihat kaku dan tidak seperti biasanya, ia terus berpaling dari tatapan Irene dengan kikuk.
"Kamu kenapa sih? Ga nyaman?" tanya Irene menatap Jevan heran.
"huh? Ehh.. tidak, ah kamu ngertilah.." Jevan merasa malu.
Irene tertawa melihat Jevan yang tersipu malu.
"Kalau kamu kaya gini, aku juga ikut ganyaman tau. Apa ini tujuan kita berpacaran? Bukannya kita seharusnya merasa lebih nyaman satu sama lain?" tanya Irene menahan tawanya.
"ah... maafkan aku, aku cuma engga percaya aja akhirnya kita berpacaran" jawab Jevan sambil merangkul Irene.
Irene hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.
Jevan mulai mencubit pipi Irene lagi "kamu mau beli apa? Banana milk lagi?" tanyanya.
"Iya dong".
Mereka terus berjalan menuju kantin sambil menerima tatapan penasaran yang dipancarkan oleh mahasiswa - mahasiswa lainnya.
"beruntung sekali Jevan mendapatkan Irene".
"menurutmu siapa yang beruntung?".
"astaga kecengan gua diambil Irene".
"wajar sih Jevan suka, Irene cantik".
Rupanya berita telah menyebar secepat kilat, seisi kampus telah mengetahui status mereka yang telah berpacaran.
"mereka ini sedang membicarakan kita dibelakang atau sedang berbicara langsung sih? Suara mereka besar - besar sekali" Cibir Jevan.
Irene tertawa "biarkan saja, lagipula ulah siapa ini? siapa yang berteriak soal hubungan kita?".
Jevan hanya memamerkan gigi putihnya sambil menggaruk kepala.
"celebration.. celebration..." bisik Jevan.
Irene hanya tertawa sambil memukul lengan Jevan.
Selesai Kelas
"aku ngembaliin buku dulu ya" ucap Irene sambil membawa 3 buku besar ditangannya.
"sini.. apa gunanya punya pacar" Jevan langsung mengambil ketiga buku itu dari tangan Irene.
Irene tersenyum dan berjalan sambil menggandeng tangan Jevan.
"hmm first date, tell me where do you want to go?" tanya Jevan.
"hmm... movie" saran Irene.
"cool".
Mereka pun terus menghabiskan waktu bersama kemana pun mereka pergi. Akhir-akhir ini mereka sering menonton bersama, pulang bersama, makan bersama, jalan - jalan bersama, ya.. begitulah bumbu manis saat masih pertama kali pacaran, semua yang mereka lakukan terasa begitu manis. Mereka terus melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan bersama sampai pada akhirnya tidak terasa dua bulan telah berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
RomanceSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...