Rambut Pendek, Badan Ramping

975 80 0
                                    

Saat ini takdir menggiring mereka dalam satu lift yang sama dan juga memberikan bonus tamparan untuk Irene agar berhenti mengharapkan Dean. Ya untuk pertama kalinya Irene melihat Dean berduaan dengan seorang wanita.

Sesekali Dean dan Irene saling menatap namun langsung mengelak kearah lain dengan cepat. Keheningan benar-benar menyelimuti isi ruang lift namun tiba-tiba suara dari wanita yang berada disamping Dean itu pun terdengar dan berhasil memecahkan keheningan.

"De, jadikan malam ini kita nonton?" tanya wanita itu sambil menatap layar ponselnya.

Namun saat itu Dean hanya terdiam dan tidak menjawab pertanyaan wanita tersebut.

"De ?" panggil wanita itu melepaskan pandangan dari layar ponselnya dan menatap Dean.

"terserah" jawab Dean dingin.

Tiba-tiba Jevan menunjukan isi layar ponselnya pada Irene.

"apakah ini bagus? Aku ingin membelinya" tanya Jevan bersandiwara.

Irene tertipu dan mendekati Jevan untuk melihat layar ponselnya. Disana terlihat sebuah note yang tertulis..

"siapa dia? Pacarnya? Sial sekali kamu"

Irene langsung mendorong ponsel tersebut kearah Jevan dan memberi isyarat dengan gerakan matanya yang menyuruh Jevan untuk segera memasukan ponselnya pada saku jeansnya.

"tidak, itu buruk" komentar Irene dengan kesal yang ikut bersandiwara.

"baiklah" kata Jevan sambil menahan tawa.

"Menonton? Siapa wanita itu? Mengapa dia berani sekali mengajak Dean untuk nonton dan juga memegang tangannya? apakah dia pacarnya? dia benar - benar pacarnya?! ah sudahlah.. kenapa aku seperti ini lagi? Kenapa rasa cemburu ini masih ada.. cukup! semuanya tidak akan berubah, tapi kenapa wanita itu sangat cantik dan anggun... ah fuck".

Tak lama kemudian Pintu lift pun terbuka dan mereka membiarkan Dean dan teman wanitanya untuk keluar terlebih dahulu.

"apakah dia pacarnya?" tanya jevan lagi sambil berbisik.

"siapa peduli" Irene berjalan dengan cepat meninggalkan Jevan.

"ngomong - ngomong cewe tadi well banget ya, cantik, rambutnya pendek, badannya ramping, putih. Tapi Dean tuh bener - bener dingin, masa cewe kaya dia diacuhkan seperti itu, cewe secantik dia aja tidak diperhatikan apalagi ka..mu.." goda Jevan yang mulai cekikikan.

Irene membuka mulutnya dengan lebar untuk bersiap - siap memberikan semprotan suara toa khasnya pada Jevan.

"Bercanda !" Jevan yang langsung menutup mulut Irene sambil tertawa "sedikit serius sih" tambah Jevan dengan perasaan bangga.

Irene mulai mengepal tangannya dan Jevan pun mulai berlari. Pada akhirnya mereka pun saling kejar-kejaran sambil tertawa. Entah kenapa Irene dan Jevan begitu senang kejar-kejaran, mereka benar-benar terlihat seperti tom and jerry.

Dean menatap Irene dan Jevan yang sedang berlari dari belakang, Karin wanita yang disebelah Dean pun langsung menyadarinya.

"kamu kenal mereka?" tanya Karin penasaran.

"tidak" jawab Dean ketus.

didalam mobil Dean

"kamu mau nonton film apa?" tanya Karin.

Dean lagi-lagi hanya terdiam menatap fokus kedepan sambil menyetir.

"Dean? kamu kenapa sih?" tanya Karin lagi.

Dean masih terhanyut dalam pandangannya kedepan.

"Dean!!" panggil Karin dengan nada yang sedikit tinggi.

Dean menatapnya dan langsung membanting setir kepinggir jalan untuk menepi.

"kamu kenapa sih? Aku cape ngadepin kamu kaya gini terus" tegur Karin kesal.

"cape? ngadepin aku?" Dean tertawa dan menatap Karin dengan tajam.

Karin langsung terdiam tepat setelah melihat tatapan tajam yang Dean berikan.

"sebenarnya siapa yang capek? Are you Kidding me Karin?" tanya Dean dengan nada yang tinggi.

"kayanya aku gak bisa terus-terusan ngebiarin kamu kaya gini" lanjutnya.

"Dean... cukup" potong Karin yang mulai ketakutan.

"mulai saat ini, mari kita hentikan semua drama ini" tegas Dean.

"Dean.. cukup.. jangan dilanjutan, kita ini pacaran....".

"Harus aku ingatkan berapa kali?! Itu dulu dimana aku masih bisa dibodohi".

"tapi kamu tidak pernah mengatakan putus.." Karin mencoba untuk membela.

"Hubungan kita sudah berakhir dari dua tahun yang lalu oke? kenapa kamu terus berpura-pura tidak mengerti? Apa kamu tidak lihat dari perlakuanku padamu yang sudah berubah?".

"De.. tolong jangan seperti ini.. aku kan sudah minta maaf...".

"apa menurutmu itu cukup? Apa kamu bisa bayangkan betapa marahnya aku dulu? Orang tuaku menjodohkan aku denganmu dan saat itu aku sangat berusaha untuk mencintaimu, lalu saat aku berhasil mencintaimu kamu malah berpaling dengan laki-laki lain.. kenapa aku harus setuju dengan perjodohan bodoh itu?! padahal aku tidak mendapatkan keuntungan apapun dari perjodohan ini,  dan kamu tau?! kenapa aku terus bersamamu sampai saat ini? karena kamu anak dari sahabat ayahku! Tapi aku sudah besar dan sepertinya aku harus bertindak".

"Dean.. tolong.. aku tidak akan melakukannya lagi, aku mencintaimu".

"mencintaiku?" Dean tertawa mengejek.

"lalu kenapa baru sekarang? Dulu kenapa? Maaf aku mengatakan ini, tapi sepertinya kamu hanya mencintai hartaku, bukan diriku.. saat selingkuhanmu itu bangkrut, kamu baru mendekatiku lagi, apa kamu pikir aku bodoh?!".

"engga De, aku bisa jelasin" Karin terus memohon sambil memegangi tangan Dean, namun Dean dengan cepat menghempasnya.

"sebenarnya kamu tidak perlu menjelaskan apa-apa karena semua itu tidak ada gunanya. Aku tidak akan cemburu ataupun marah atas apa yang kamu lakukan saat ini, yang aku inginkan hanyalah kamu menjauhiku karena aku tidak kuat melihatmu terus mendekatiku tanpa rasa malu sedikitpun. Apakah kamu masih berani mendekatiku?" tanya Dean sinis.

"De..." panggil Karin lagi sambil menitikkan air matanya.

Dean langsung menjalankan mobilnya kembali dan pergi menuju rumah Karin dengan kecepatan tinggi.

Sesampainya di rumah Karin

"kamu bisa keluar sekarang" ucap Dean ketus sambil terus menatap kedepan.

Karin pun turun dari mobil Dean tanpa berkata apa-apa dan menutup pintu mobilnya, setelah itu Karin mengintipnya lewat jendela.

"De..." panggilnya.

Tanpa mempedulikan Karin, Dean langsung mengendarai mobilnya kembali dengan sangat kencang dan meninggalkan Karin.

IN BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang