"Irene.." panggil jevan lembut.
Irene langsung menoleh kearahnya "hmm ?".
"ada apa? Kamu terlihat sedang tidak enak badan" tebak Jevan sambil memperhatikan kekasihnya itu.
"huh? ti.. tidak, aku baik – baik saja" jawab Irene dengan senyum palsu yang tercetak jelas dibibir merahnya.
"Serius? tapi.." Jevan terdiam sejenak,
"baiklah, syukur kalau kamu tidak kenapa – kenapa".Irene terus menatap Jevan dengan mata sembabnya. Merasa ada yang tidak beres dengan cepat Jevan langsung mendekati Irene.
"ada sesuatu yang ingin kamu katakan? Apa? Beritahu aku".
Irene mulai memalingkan wajahnya karena tidak tahan menahan tangis.
"ada apa Irene?" tanya Jevan sambil memegangi tangan Irene.
"a..aku telah melakukan kesalahan Jev" jawab Irene.
Raut wajah Jevan berubah seketika, ia sadar topik apa yang akan dibahas kekasihnya tersebut
"beritau aku"."aku ingin, tapi aku tidak bisa Jev" sahut Irene.
"just tell me".
"a...aku dan De...dean".
"Dean?" Jevan terkejut karena nama Dean yang tiba-tiba masuk dalam topik pembicaraannya.
"Ka... kami" Irene terhenti sejenak "ber... berciuman" jawab Irene sambil menunduk.
Jevan langsung mematung setelah mendengar ungkapan dari pacarnya itu,
"a..apa?! kamu ini kalau ngomong yang bener" nada Jevan langsung meninggi."aku mengatakan yang sebenarnya Jev" jawab Irene sambil menangis.
"akan kuhajar dia!!" Jevan langsung berdiri dengan kesal.
"tidak Jev! Aku yang memulainya! Aku.. maafkan aku...".
"a... apa?" Jevan menatap Irene tidak percaya dan kembali duduk disebelah Irene sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
"kenapa bisa? Apakah kejadiannya malam tadi? bahkan aku tidak tau sekarang kamu bisa sedekat itu dengan Dean".
Irene langsung menceritakan seluruh kejadian diantara Dean dengan dirinya, baik saat Dean yang tiba-tiba jatuh sakit hingga Dean mendatangi kamar Irene untuk mengembalikan jaketnya.
Jevan hanya menunduk sambil meremas rambutnya.
"Maaf maaf maaf" Irene kembali menangis sambil memeluk lengan Jevan.
Seketika keheningan mulai memenuhi area taman kampus. Mereka terus terdiam sampai pada akhirnya Jevan memulai pembicaraan.
"ingatkah saat kamu menanyakan hal tentang aku menyukaimu atau tidak?" tanya Jevan yang tiba-tiba memecahkan keheningan.
Irene masih memeluk lengannya sambil menangis karena merasa sangat bersalah.
"sekarang aku tau kenapa kamu selalu menyimpulkan bahwa aku tidak suka padamu, bahkan belum satu kali pun aku menjawab semua pertanyaanmu itu" lanjut Jevan.
"Jevvv" panggil Irene mengisyaratkan Jevan untuk berhenti.
"ya tentu saja aku menyukaimu" kata jevan dengan cepat "aku hanya ingin kamu tau perasaan aku sebelum semuanya terlambat, untuk detik ini hingga seterusnya aku tidak akan lagi memintamu untuk jadi pacarku meski sebenarnya aku masih ingin" Jevan menatapnya dengan putus asa.
"jev... sudahlah".
"seharusnya aku yang meminta maaf, maaf telah membuatmu terlibat dengan hubungan ini, padahal kamu sudah dari lama mencegahnya" Dengan tiba-tiba Jevan memegangi tangan Irene.
"Irene.. aku sebagai sahabat sekaligus pacar yang sudah lama mengenalmu, tentunya aku akan melakukan yang terbaik untukmu, kamu tahu itu bukan ?" tanya Jevan mencoba meyakinkan Irene.
Irene hanya menganguk sambil menatap kearah lain, melihat Irene seperti itu tiba-tiba tangan Jevan mendarat di dagu Irene dan dengan lembut Jevan membuat Irene menatapnya.
"dengarkan aku, meski aku tidak begitu dekat dengan Dean, tapi aku mengetahui Dean itu orang yang seperti apa..".
Irene masih menatap Jevan menantikan penjelasan selanjutnya.
"aku tau kamu suka sama dia, dan yang dipikiran kamu sampai saat ini tuh hanya Dean, aku tau kamu marah pada Dean, tapi rasa marahmu masih bisa tertutupi dengan rasa sukamu pada Dean.. saat ini percuma jika kita terus menjalin sebuah hubungan ini, karena pikiran dan hati kamu masih untuk Dean, apalagi sekarang kamu sudah tau alasan Dean melakukan semua itu" jelas Jevan.
"cukup Jevan..".
"untuk momen saat dirumah sakit itu, sebenarnya itu ciuman yang mengungkapkan betapa sayangnya aku sama kamu, baik sebagai sahabat dan juga wanita yang sedang aku sukai, saat itu aku bingung.. aku ingin merelakanmu bersama Dean, tapi aku juga ingin kamu jadi milikku sampai akhirnya di kelas aku hilang kendali dan berpacaran denganmu, tapi kali ini aku sudah buat keputusan.. aku akan merelakanmu untuk Dean" lanjut Jevan lagi.
Irene menggelengkan kepalanya.
"aku tau kalau kamu tuh gapernah suka sama aku, aku percaya kalau kamu tuh sayang sama aku, tapi aku juga tau benar bahwa sayang yang kamu kasih ke aku itu adalah kasih sayang sebagai sahabat, tidak pernah lebih dari itu.. dan saat kamu menerimaku .. aku yakin kamu menerimaku bukan karena alasan cinta, tapi karena rasa kasihan ..".
"Jevann..." teriak Irene yang terus mencoba menghentikan ocehan Jevan.
"Tidak apa-apa Irene" Jevan mencoba untuk tegar,
"Dean.., kenapa aku sampai rela melepaskanmu untuk Dean? Sebenarnya aku sudah mengawasinya dari sejak lama, karena aku sendiri penasaran kenapa kamu bisa suka banget sama dia, dan entah kenapa aku selalu lihat dia saat kita sedang bersama, dan apa kamu benar-benar ga sadar bahwa Dean terus memperhatikanmu sampai saat ini?. Aku tidak tau apa alasan dia sampai mengikuti dan mempethatikan kamu sampai seperti itu, tapi menurutku dia sedang penasaran sama kamu, dia udah penasaran sama kamu jauh dari sebelum kalian bertengkar didepan lift, dan ada hal penting yang harus aku kasih tau ke kamu".
Jevan terdiam sejenak setelah mengoceh panjang lebar.
"kamu tau bahwa... Dean lah yang menolongmu saat kejadian pencuri itu dan juga yang mengejar pencuri itu, ia menelponku untuk bawa kamu kerumah sakit" lanjutnya.
"Hah? apaa??!!".
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
RomanceSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...