"apa kamu butuh tumpangan?".
Irene yang sedang berjalan menuju gerbang utama kampus langsung menghentikan langkahnya dan menoleh kearah belakang.
"Jevan? Kenapa kamu masih disini?" tanya Irene terkejut.
Jevan hanya terdiam. Disana Irene menyadari raut wajah yang diberikan oleh sahabatnya itu, yaitu raut wajah yang penuh rasa belas kasihan. Seketika Irene langsung megetahui bahwa laki – laki ini sudah mengetahui semuanya.
"what's wrong with you!" Irene yang kesal langsung berjalan pergi meninggalkan Jevan dengan malu.
"Irene!" Jevan langsung turun dari motornya untuk mengejar Irene yang terus berjalan tanpa menghiraukan dirinya.
"Irene!" panggilnya lagi sambil menarik lengan Irene dan langsung memeluknya.
"kenapa kamu selalu ada disaat momen– momen memalukan seperti ini..." ucap Irene sambil menangis tersedu - sedu dipelukannya.
"ayo kita pergi" ajak Jevan sambil memegangi kedua bahu Irene dari samping dan berjalan menuju motornya.
Jevan yang melihat Irene duduk tegap di motor dengan mata yang bengkak langsung menarik kedua lengan Irene dan membiarkan dia untuk memeluknya.
"tenangkan dirimu, dan menangislah sampai kamu puas" ucap Jevan.
Irene langsung melemaskan tubuhnya dan menyenderkan tubuhnya di punggung Jevan.
"aku sangat kesal pada Dean, tapi aku juga kesal sama kamu" tegur Jevan sambil mengendarai motornya dengan santai.
Irene tetap terdiam sambil terus menitikkan air mata dipunggung Jevan.
"aku kesal pada Dean karena kamu sungguh tidak pantas diperlakukan seperti itu, dan aku kesal padamu karena masih saja menyukai laki-laki yang sudah jelas tidak menyukaimu" Jevan mengomel, "kamu mau aku antar pulang atau bagaimana?".
Irene menggeleng.
"baiklah, aku akan mengajakmu berkeliling meski sebenarnya aku sendiri tidak tau harus membawamu kemana" komentar Jevan yang langsung meningkatkan kecepatan laju motornya.
taman kota
"setelah semua ini terjadi, apakah kamu masih mau mengejarnya?" tanya Jevan sambil menyeruput kopi panasnya.
Irene menghapus air matanya dengan ujung lengan jaketnya sambil menggelengkan kepalanya.
"kamu ini memang harus dipermalukan dulu, baru sadar" Jevan menatapnya dengan ekspresi yang bersimpati sambil mengusap air mata Irene dengan sapu tangan miliknya.
"aku benar – benar kesal Jevan" Irene membungkuk dengan jengkel.
"apakah harus kuhajar dia?" tanyanya dengan kesal.
"jangan berani – beraninya ya kamu! Jangan sampai kamu terlibat dalam masalah, Sudahlah biarkan saja dia" jawab Irene tegas.
"kamu tuh cantik.. baik.. dan banyak laki-laki yang naksir sama kamu, tapi kenapa harus Dean?" omel Jevan memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan.
"apakah kamu menyukaiku?" tanya Irene secara terang - terangan.
Jevan langsung tersentak dan merasa dirinya telah tertangkap basah "hah?".
"siapa yang kamu sebut banyak laki-laki yang naksir padaku? Bahkan kamu saja tidak menyukaiku" keluh Irene sambil menyeruput kopinya,
"ayo pulang" ajak Irene sambil beranjak dari tempat duduknya."kesimpulan macam apa itu! bahkan aku belum sempat menjawabnya" geram Jevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
IN BLUE
RomansSebuah perjalanan cinta seorang gadis pada lelaki yang sudah ia sukai semenjak awal kuliah, cinta yang ia kira bertepuk sebelah tangan rupanya menjadi sebuah cerita cinta yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. namun semuanya berubah begitu ce...