Terima Kasih Dean

905 54 0
                                    

"baiklah akan aku jelaskan semuanya" ucap Dean sambil menyeruput minumannya.

"Sebenarnya selama ini aku sadar kalau kamu itu suka mengikutiku, bagaimana tidak? Setiap aku berada disuatu tempat, selalu ada kamu disekitarku. Akhirnya aku mulai penasaran apa alasan kamu melakukan semua itu, sampai-sampai aku memutuskan untuk mencari tau tentangmu dan kebetulan suatu hari aku mendengar percakapan kamu dengan  temanmu yang membahas hal tentang aku, disana aku dengan percaya diri menyimpulkan bahwa kamu itu menyukaiku, haha sorry" Dean tertawa tersipu malu diikuti Irene yang ikut tersenyum.

"Tapi... Sebenarnya aku masih tidak begitu yakin atas kesimpulan yang aku buat sampai pada akhirnya aku memutuskan untuk menanyakannya padamu secara langsung dengan cara yang berbeda, yaitu dengan cara mendesakmu seperti saat didepan lift".

"Oh jadi..." Irene terkejut dan memotong pembicaraaan Dean.

"Yaa dan terbukti, kamu memberitahuku semuanya, dan akhirnya aku juga tau bahwa kamu benar-benar menyukaiku, namun sayangnya perkataanku saat didepan lift itu terlalu  berlebihan dan berhasil menyakitimu, aku tidak berpikir bahwa kamu akan percaya begitu saja dengan semua perkataanku" lanjut Dean yang mulai menundukan kepalanya.

"ya tentu saja aku percaya, karena semua itu masuk akal bagiku" jawab Irene.

"aku sungguh menyesal".

"sudahlah, lagipula aku merasa lega karena kamu tidak benar-benar bermaksud berkata seperti itu, dan kenapa kamu tidak membertitahuku soal malam itu? kenapa kamu langsung mengejar pencuri itu seolah-olah kamu tau benda penting  apa yang ada didalam tasku?".

"entahlah.. aku seperti tidak punya hak untuk memberitaumu soal itu dan sebenarnya aku sempat melihatmu sedang membicarakan kalung itu dengan begitu bangga pada temanmu dan kudengar itu adalah kalung pemberian mamamu. Lalu malam itu saat kamu menyebut nama mamamu sambil menangis, entah mengapa dengan cepat aku langsung terpikirkan kalung itu dan akhirnya aku memutuskan untuk mengejarnya, entah kenapa aku seperti merasakan apa yang kamu rasakan saat itu" jawab Dean.

"yaa but... are you crazy? Bagaimana jika kamu terluka? Lagipula kalung itu sudah tidak ada" ujar Irene.

"Maaf karena aku tidak menyadarinya dan berterimakasih lebih awal, baik yang di festival maupun kejadian malam itu. Ternyata kamu sudah banyak sekali membantuku, aku tidak tau harus bilang apa selain berterima kasih" lanjut Irene sambil merasa bersalah.

"sudahlah.. kamu tidak perlu memikirkannya, semuanya sudah berlalu, yang penting kamu baik-baik saja".

"terimakasih" Irene langsung tersenyum.

Tiba - tiba keheningan pun menyelimuti mereka diikuti dengan angin yang menyapa mereka dengan hangat, Irene yang sedang menatap kedepan langsung menoleh kearah Dean yang ternyata saat ini sedang menatapnya.

"aku menyukaimu" Ucap Dean tiba - tiba dengan suara beratnya.

Irene terdiam sambil terus menatap laki-laki itu.

"a..aku menyukaimu" ulang Dean.

"apa yang sedang kamu lakukan?" Tanya Irene sambil tertawa dengan canggung.

"kenapa? Apa tidak boleh aku memberitahumu soal perasaanku?".

"astaga sudahlah hentikan omong kosongmu itu" kata Irene sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.

"bagaimana bisa kamu masih menganggap semua ini sebagai candaan?" tanya Dean kecewa.

"lalu apa lagi kalau bukan candaan? Bagaimana bisa seorang Dean menyebut kalimat itu dihadapanku" Irene mulai tertawa.

Dean yang ikut tertawa langsung menggenggam kedua tangan Irene.

"aku menyukaimu, aku menyukaimu, aku menyukaimu Irene" ucap Dean berulang-ulang.

Irene mulai menatap Dean sambil mengerutkan dahinya.

"aku mengerti.. kamu baru break sama Jevan dan mungkin kamu berpikir semua ini benar-benar datang secara tiba-tiba. Tapi percayalah yang datang secara tiba-tiba itu hanyalah momen nya, untuk perasaanku sudah datang dari sejak lama" ucap Dean.

"aku tau kamu masih menyukaiku dan kamu juga harus tau bahwa aku menyukaimu lebih dari kamu menyukaiku, untuk saat ini aku tidak akan menundanya lagi, kemarin saja Jevan sudah mendahuluiku, aku tidak ingin semua itu terulang" lanjut Dean lagi sambil terus memegangi kedua tangan Irene, namun tiba-tiba kedua tangan Dean berpindah memegangi dagu Irene, tangannya yang besar mulai meraba pipi Irene dengan lembut.

"apakah harus dengan ini kamu akan percaya ?" tanya Dean sambil mendekati wajah Irene dengan lembut hingga tak terasa saat ini bibir lembutnya sedang mendarat dibibir Irene.

Saat itu Irene hanya terdiam kaku dan tidak tau harus bagaimana, tak lama Deanpun melepaskan ciumannya dan menatapnya sambil tersenyum.

Namun Irene mulai merasa bergairah setelah tersadar ia sedang menatap Dean dengan jarak sedekat itu, dengan refleks Irene mulai menyimpan kedua lengannya dipundak Dean dengan kaki yang sedikit jinjit dan langsung mencium lembut bibir Dean, Dean pun kembali mencium Irene sambil tertawa kecil lalu mengangkat Irene dipelukannya.

"I love you".

"I love you too".

"so... hari ini kamu resmi jadi milikku-kan?" tanya Dean dengan senang dan penuh harap.

Irene hanya mengangkat alis kanannya sambil menatapnya dari samping, Dean langsung tersipu malu dan menutup mukanya dengan kedua tangannya karena mengingat tingkahnya yang terlihat begitu senang dan terang-terangan.

"tentu saja, we are official now" jawab Irene dengan bahagia.

"so, this is the best moment for giving you this beautiful thing" ucap Dean sambil memperlihatkan kalung pemberian mama Irene yang berhasil ia dapatkan dari pencuri itu.

"WHAT! DEEEANN" Irene langsung mengambil kalung itu dan menatapnya sambil menangis.

" bagaimana kamu..." Irene masih tidak percaya.

"De! Sumpah" Irene langsung memeluk Dean dengan erat dan kembali menciumnya.

"Terima kasih De...".

IN BLUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang