S&G- Masa Lalu?

165 8 2
                                    

Ingat, Tuhan yang menciptakan semua semesta aja maha pemaaf loh. Masa kita yang lemah sombong sampai tidak mau memaafkan. Sebesar apapun kesalahan, kalau dimaafkan akan lebih baik.

-Yuli, Bunda Gleano

•●•●•

Gleano menatap Yuli yang sedang menatap poto seorang gadis kecil, tangannya mengusap punggung Yuli untuk menenangkannya.

"Di-dia datang lagi Glean" lirih Yuli yang tatapannya tak lepas dari poto itu.

Gleano menatap Yuli sedih, kehadiran Belyra membuat Yuli kembali terpuruk. Bahkan, Rizha masih mencoba membuat Yuli jangan mengingat kejadian itu dan ikhlaskan 'dia'.

"Glean"

Rizha datang dengan sepiring nasi goreng dan segelas air mineral, tentunya untuk Yuli. Gleano yang paham maksud ayahnya pun menggeser tubuhnya.

"Makan dulu bun" Rizha duduk disamping Yuli yang asalnya itu tempat Gleano barusan.

Yuli melirik Rizha sekilas lalu kembali menatap poto itu lagi. Rizha dan Gleano meringgis melihat Yuli yang seperti itu.

"Bun, makan dulu. Dari kemarin kamu belum makan" Rizha masih berusaha membujuk Yuli.

"Iya bun makan dulu" lanjut Gleano.

Yuli menyimpan poto ditempat asalnya lalu mengusap air matanya.

"Belyra" ucap Yuli pelan namun dapat didengar.

"Bunda mau Belyra kembali"

Dan ya! Rizha dan Gleano sama-sama terkejut dengan Yuli. Bagaimana bisa Yuli menginginkan Belyra kembali.

"Bun??"

"Kejadian itu hanya kecelakaan dan bukan sepenuhnya salah Belyra"

Rizha menyimpan piring yang dipegangnya tadi lalu menghampiri Yuli. "Maksud kamu apa bun?" Tanyanya aneh.

"Mungkin kita salah paham" Yuli membalikan badannya sehingga menatap Rizha dan Gleano.

"Tapi Belyra penyebab kecelakaan itu!"

•●•●•

Suara tangisan terdengar dari arah kamar, tangisan yang sangat pilu. Gadis itu sangat kacau, rambut yang berantakan, seragam yang kotor, dan mata pandanya mulai muncul.

Satu jam lamanya Belyra menangis setelah mengingat kejadian beberapa tahun lalu, dia benci dengan diri sendiri.

"Bodoh! Belyra benci!" Tangannya terus saja menjambak rambutnya. Rasa sakit dikepalanya dikalahkan oleh rasa sakit batinnya.

Belyra meraih ponsel yang ada dimeja kecilnya. Mencari kontak seseorang yang membencinya setelah Gleano.

"Kak..." suara Belyra bergetar.

"Apa?!" Seseorang menjawabnya dengan ketus.

"Be-belyra takut kak..."

"Gue harap lo gak kerumah lagi! Gue gak sudi punya adik pembunuh kayak lo!"

Belyra menangis tersedu-sedu ketika mendengar suara milik kakaknya yang memaki dirinya. Tak lama sambungannya putus dari pihak sang kakak.

Belyra tau, dia pantas diperlakukan seperti ini. Bahkan dari awal Belyra siap menerima resikonya jika dia pulang ke Indonesia.

Shareen & Gleano [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang