S&G- Keraguan Shareen

170 9 4
                                    

Setelah Gleano dan yang lainnya pulang kini tersisa Kara dirumah nenek Nia, niatnya untuk berjalan-jalan dengan Shareen pun akan Kara ubah. Dia harus membantu Shareen kembali pada Gleano, sesuai apa yang dijanjikannya. Nenek Nia keluar dari kamarnya dan menghampiri Kara, tepatnya duduk disamping Kara.

"Jadi alasan Shareen kesini karena itu?" Tanya nenek Nia dengan raut serius. Kara menganggukan kepalanya, "iya nek, laki-laki tadi adalah laki-laki yang dicintai Shareen. Diantara permasalahan mereka ada kesalahan Kara, dan sekarang Kara mau bantu mereka buat kembali bersama," raut wajah Kara penuh penyesalan, Kara menyesal telah mencoba memisahkan Shareen dan Gleano

Pundak Kara diusap dengan lembut oleh Nenek Nia, "nenek juga sedikit gak percaya sama sifat kamu dimasa lalu, tapi niat kamu yang ingin memperbaiki semuanya itu bagus, Kara."

"Nek apa sekarang bisa Kara bertemu sama Shareen?"

Nenek Nia sedikit berpikir kemudian mengangguk, "boleh. Kamu ke kamarnya aja."

Kara bergegas menuju kamar Shareen yang pintu kamarnya tertutup rapat. Tangannya mengetuk pintu itu beberapa kali namun tidak ada sahutan.

"Shareen ini gue Kara, gue mau ngobrol sama lo." Terus saja Kara mengucapkan kalimat itu tapi tidak ada jawaban sama sekali.

Pada akhirnya Kara mendengar sebuah kunci terbuka, Kara tersenyum lebar akhirnya Shareen membuka pintunya. Sekarang Shareen tengah duduk ditepi ranjangnya menghadap jendela. Kara lihat raut wajah Shareen yang murung.

"Lo lupa sama ucapan lo kemarin?"

Tentu Shareen ingat dimana ia mengatakan akan menyelesaikan masalahnya dengan Gleano. Tapi entah kenapa saat Gleano ada dihadapannya seketika niatnya lenyap. "Gue inget kok," gumam Shareen pelan dan Kara masih bisa mendengarnya.

"Lo kenapa? Harusnya tadi lo bicara sama Gleano, selesain semuanya tapi—"

"Ra! Gue ragu..." Shareen menundukan kepalanya, jangan sampai air mata yang sedari ditahannya lolos begitu saja. Shareen merasakan ada yang mengusap bahunya, tentu saja itu Kara.

"Kenapa lo ragu?"

"Gu-gue..." Shareen menghela napasnya dalam-dalam. Kenapa begitu sulit mengatakan keraguannya pada Kara?

"Lo tau gak, tumbuhnya keraguan lo itu bisa memperumit masalah kalian." Kara terus saja mengusap bahu Shareen, "inget kata gue Reen, lo udah dewasa pasti lo bisa selesain ini. Jangan kabur dari masalah, ini semua ada jalan keluarnya."

Shareen menganggukan kepalanya pelan, ucapan Kara benar. Keraguannya akan mempersulit masalahnya.

"Besok, gue mau ketemu sama Gleano."

•●•●•

Setelah pulang menemui Shareen, Kara memutuskan untuk pergi kerumah Ari—menemui Gleano. Sebelumnya Kara menelpon Ari untuk menanyakan alamat rumah Ari. Jelas Ari penasaran kenapa Kara menanyakan alamat rumahnya dan Kara pun menjelaskan tujuannya untuk menemui Gleano.

Kini rumah Ari ada dihadapan Kara, kakinya melangkah untuk menuju pintu. Baru saja Kara mengetuknya tapi pintunya sudah terbuka duluan. Kara bersyukur karena yang muncul adalah sosok Gleano. Tatapannya datar setelah mendapati Kara.

"Ngapain lo disini?"

"Ada yang mau gue omongin, tentang Shareen." Begitu mendengar nama Shareen, Gleano menganggukan kepalanya kemudian duduk disofa yang ada dihalaman rumah Ari.

"Shareen mau ketemu sama lo, besok."

Ada harapan yang tumbuh pada diri Gleano, "serius?" Tanyanya dengan senyum yang mengembang.

"Iya. Tadi dia bilang mau ketemu sama lo besok, soal tempat sama waktu lo tanya sendiri."

"Gue mohon lo besok bicara baik-baik sama Shareen, dia sayang lo Glean, cuman karena perlakuan lo rasa sayangnya berkurang. Gue gak bisa maksa dia buat kembali sama lo, semuanya tergantung Shareen kembali. Kalo Shareen mau kembali sama lo, lo pake kesempatan itu sebaik-baiknya. Kalo Shareen nolak, jangan paksa karena itu bisa saja rasa sayang ke lo berkurang." Ucap Kara panjang lebar. "Gue kesini cuman mau bilang itu, gue pamit pulang."

Mata tajam Gleano menatap Kara yang kakinya melangkah menuju gerbang rumah Ari, "Kara!"

Kara yang hendak membuka gerbang pun terkejut, ia membalikan tubuhnya. "Makasih!" Kara yang melihat senyuman Gleano pun mendadak terpaku ditempat, senyuman Gleano yang dinanti-nantinya. Kara menjauhkan pikiran itu, Gleano milik Shareen. Tujuannya sekarang adalah mempersatukan kembali Shareen dan Gleano, bukan memisahkannya seperti dulu.

Kara mengangguk dan membalas senyum Gleano kemudian pergi dari hadapan Gleano.

Senang? Gleano sangat-sangat senang! Tangan kekarnya merogoh ponsel yang ada dicelananya, tangannya mulai mengetik nama Shareen.

Gleano Arizha
Shareen?
Besok mau ketemu dimana? Jam berapa?
Shareen, makasih karena udah mau ketemu dan ngobrol sama gue:)

Senyumnya terukir dibibir Gleano, ternyata Shareen langsung membalas pesannya.

Shareen Elleya
Bsk gw shareloc
Jam 10

Gleano Arizha
Oke besok gue gak akan telat. Sekali lgi makasi:)

Gleano senang walaupun pesannya dibalas singkat juga hanya dibaca saja, setidaknya Shareen tidak menghindarinya lagi seperti kemarin. Ingin rasanya waktu dipercepat sampai besok pun datang, Gleano ingin bertemu Shareen mengajaknya berbicara, ingin melepas rindu juga memperbaiki masalahnya. Baru saja Gleano merasakan senang tapi pertanyaan yang selalu mengganggu pikirannya muncul kembali.

Apa Shareen akan kembali padanya?

"Pret, kenapa lo?"

Lamunan Gleano buyar ketika Kemal duduk disofa yang tadi ditempati Kara, laki-laki itu membawa kue bolu ditangannya, "mau Glean?" Tanya Kemal sambil menyodorkan kue bolu yang sudah digigit olehnya.

Gleano hanya mendelik, lebih baik ia pergi ke kamar dari pada menghadapi Kemal. "Ogah!"

Sedangkan ditempat lain, Shareen terus memandangi layar ponsel yang menampilkan riwayat chat Gleano. Besok ia harus bertemu dengan Gleano, menyelesaikan masalahnya dan memberi keputusan yang tepat. Shareen mengambil sebuah buku kecil yang ia bawa, didalamnya bukan hanya tulisan—tapi ada juga beberapa poto polaroid bersama Gleano yang ditempelkan.

Shareen tidak munafik, ia masih sayang dan ingin kembali pada Gleano. Tapi egonya terlalu kuat. Shareen kecewa tapi juga perasaannya lebih kuat. Rindu? Shareen sangat merindukan Gleano, rindu canda tawanya Gleano, rindu Gleano yang selalu mengganggunya, juga rindu semuanya tentang Gleano. Tak mungkin Shareen memeluk Gleano besok, ia dikendalikan oleh egonya.

Tangannya mengusap air mata yang hendak turun membasahi pipinya, kemudian kembali menyimpan buku itu. Shareen kembali memikirkan keputusannya untuk besok, ia harus memikirkannya dengan matang.

"Semoga keputusan gue gak salah."

•●•●•

Bentar lagi end!! Tetep stay ya! Jangan lupa VoMent:)

See you next part<3

Shareen & Gleano [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang