Sepulang dari rumah Shareen kemarin, Gleano frustasi. Gleano yakin kalau alasan Shareen pergi adalah karena dirinya. Menyusul Shareen? Ya, Gleano akan menyusul. Gleano terus menghubungi Shareen namun tak kunjung dibalas, dan itu membuatnya semakin frustasi.
Dipukulnya tembok pembatas rooftop dengan keras sehingga tangannya memerah. Para sahabatnya membiarkan Gleano melakukan itu, biarkan Gleano melampiaskan semuanya. Sesekali Kemal dan Zedan menegurnya namun diabaikan.
"Udah dong Glean" entah keberapa kalinya Kemal menegur Gleano.
Bugh
Reynand sedikit meringis seperti dia yang merasakannya. Sedangkan Ari, dia diam.
"Udah bangsat!" Kali ini kesabaran Kemal habis, saat Kemal akan mendekati Gleano namun bahunya ditarik oleh Ari.
"Biarin" ucap Ari.
Kemal mengangguk lalu duduk ditempat semula.
Brakk...
Gleano dan lainnya terkejut ketika pintu rooftop terbuka, muncul sosok pria paruh baya dengan wajah marahnya. Kemal membuka mulutnya.
"Mampus!" Ucap Zedan pelan.
"Kalian ini?! Yang lain pada belajar, kalian malah nongkrong disini!" Pak Asep menatap mereka secara bergantian dan berhenti disosok Reynand.
"Kamu Reynand! Kamu itu siswa baru, malah ikutan jadi brandal!"
Reynand menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, "hak saya dong Pak, yang bayar SPP kan orang tua saya, malahan orang tua sa–"
"Halah! Sekarang kalian kembali kekelas!"
Pada akhirnya mereka pasrah, mereka pun pergi keluar rooftop. Namun, tinggal Gleano lah yang masih dirooftop, menatap tangannya yang memerah.
"Mening sekarang nurut sama Pak Asep dulu. Nanti gue bantu cari Shareen" setelah mengatakan itu, Ari kembali melangkah lagi.
•●•●•
Pukul 09.15 WIB, seorang gadis baru saja membuka matanya dari tidur nyenyaknya. Matanya mengerjap perlahan, menatap ruangan sekitar yang berbeda. Cat berwarna kuning. Tunggu, ini bukan kamar Shareen. Kamarnya hanya bercat unggu.
Shareen melangkahkan kakinya, dia membuka jendela yang ada dihadapannya. Udara segar masuk kedalam kamarnya, tidak dingin tapi segar.
Shareen menepuk jidatnya pelan, dia lupa jika dirinya berada di Bandung. Dirumah Nenek Nia. Shareen menatap dirinya disebuah cermin yang berada disamping jendela.
Mata yang sembab, rambut berantakan, dan mata yang memerah. Shareen ingat bahwa semalam dirinya tidur dalam keadaan menangis. Menangis? Ya! Shareen menangis karena Gleano. Shareen merasakan sakit hati ketika mengingat dimana Gleano memeluk Belyra.
Shareen menghela napas panjangnya, "gue gak boleh lemah karena cinta!" Kemudian Shareen memasuki kamar mandi. Hari ini Shareen berniat jalan-jalan disekitar rumah Neneknya untuk menghilangkan sakit hatinya.
Entah, Shareen tak yakin jika dirinya pergi ke Bandung akan membuat masalahnya selesai. Shareen tak ahli dalam masalah cinta, ini baru pertama dia merasakan ini.
Hari ini Shareen mengenakan kaos berlengan panjang berwarna merah dan dimasukan kedalam rok putih dibawah lutut. Rambutnya dia gerai tak lupa memakai jepit silvernya. Hanya memakai bedak bayi membuat Shareen sangat cantik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shareen & Gleano [COMPLETE]
Teen Fiction[COMPLETE] • Pada awal pertemuannya Shareen langsung masuk kedalam pesona seorang Gleano, begitu pun Gleano yang terbuai oleh paras Shareen yang begitu cantik dan senyumannya yang manis. Keduanya benar-benar beruntung bisa dipertemukan dan saling me...